Share

Bab 2

Mertua Angkuh Jatuh Miskin (2)

**

Bab 2

"Memang semua milik Nayla, Mbak. Aset yang kita miliki juga atas nama dia," timpal Mas Feri menjelaskan.

Mbak Misni dan Ibu mertua saling pandang, dan tak mengatakan apapun lagi. Aku bisa membeli semua ini karena berjualan gamis dan tas, awalnya secaa online di sebuah aplikasi, hingga kini mempunyai toko juga. Omset ratusan juta sudah ku dapatkan, dan toko dengan ratusan ribu follower.

Karena hinaan mereka membuatku bertekad bisa membalas keangkuhan keluarga Mas Feri. Tanpa bantuan mereka, aku bisa membeli rumah, kendaraan. Dan membeli hinaan mereka selama ini.

"Mama, Vino lapar!" rengek Vino anak kedua Mbak Misni.

"Aku juga, Ma! Dari pagi kita belum makan!" timpal si sulung Kinan.

Segitu tak punya uang kah mereka, ini sudah menjelang sore dan mereka belum makan.

"Fer, kamu gak kasihan sama keponakanmu?" ucap Mbak Misni yang kini suaranya memelas agar kami kasihan pada mereka. Walaupun tetap ia hanya bicara pada Mas Feri. Dan aku di anggap seperti tidak ada.

"Ya, kalian boleh tinggal di sini. Tapi untuk sementara, aku akan cari kontrakan nanti!" ucapku.

"Terus, dimana nih kamar kita?" tanya Mbak Misni ketus tanpa ucapan terima kasih.

"Ikut aku!" aku mengajak mereka ke kamar belakang, ada 2 yang kosong.

"Kenapa kamar kami di sini, di depan masih ada 2 kamar kosongkan?" ibu mertua protes dan tak terima.

"Sudah bagus ada kamar yang bisa kalian tempati!" jawabku.

"Kamar aku di mana, hey!" hardik Kinan padaku, anak gadis ini memang tak punya sopan santun.

"Saya punya nama, kamu yang sopan jika ingin tinggal di sini!" ucapku tegas dan menatapnya.

"Feri! Kami gak mau di kamar ini, Mbak butuh kamar yang luas!"

"Semua terserah Nayla, Mbak. Kamar ini juga bersih dan layak!" jawab Mas Feri.

"Aku akan beri kasur lantai, di kamarmu Mbak. Jadi Mbak Misni dan Mas Agung tidur di kasur bawah, anak kalian bisa tidur di kasur!" ujarku dan meninggalkan mereka.

"Menantu kurang aj*r!" bentak Ibu mertua.

"Jika tidak mau, bisa cari tempat lain!" ujarku.

**

"Maaf ya Dek, keluargaku datang tanpa memberitahu. Mas tahu, kamu tak nyaman dengan kehadiran mereka," ucap Mas Feri mungkin ia merasa tak enak.

"Gak apa Mas, kan cuma sementara," akan kubuat mereka tak betah di sini. Mereka juga tak akan tinggal gratis.

🍁🍁

"Fer, apa gak ada makanan untuk sarapan?" tanya Ibu menghampiri kami yang sedang duduk di sofa sambil menonton film. Hari ini kami cukup santai, dan mungkin akan menghabiskan waktu di rumah.

"Ibu mau makan, beli dong!" jawabku.

"Saya gak bicara sama kamu," sahut Ibu mertua.

"Bu, jangan bicara ketus pada Nayla. Dia sudah menolong Ibu," bela Mas Feri.

"Dia juga tak menghargai mertua di sini, kamar kami kecil, belum lagi jam segini tak ada sarapan! Harusnya istrimu ini masak!" ocehnya sinis.

"Ibu dan Mbak Misni jika mau sarapan bangun pagi, masak sendiri! Kenapa harus aku yang melayani kalian? Masih untung di tumpangi!" jawabku tak kalah pedas.

Dulu saja ketika mereka masih kaya raya, setiap ada acara aku dan mas Feri datang. Hanya suamiku yang di tawari makanan, sedangkan aku selalu di anggap tidak ada. Hanya menelan ludah, ketika melihat mereka menikmati hidangan. Mas Feri juga tak mau makan sendiri, pasti ia akan mengajakku pulang tapi Ibu melarang.

"Kamu mau makan nanti saja, setelah beresin rumah san cuci piring!" terpaksa aku menuruti Ibu untuk membereskan dan menjadi tukang cuci. Sedangkan Iparku yang lain sibuk berbincang biasanya kadang kudengar saling pamer harta mereka.

Usai mencuci piring aku juga tak mau ambil makanan, lebih baik pulang.

"Kamu itu memang mis-kin tak punya attitude, apa tak pernah di ajari orangtuamu untuk menghormati mertua!" cicitnys sinis.

"Untuk apa menghormati jika hanya hinaan yang ku dapat, masak sendiri, sepertinya masih ada telur di kulkas! Masih untung juga kan ku-izinkan untuk makan, tanpa harus cuci piring!" ucapku menyunggingkan senyum.

"Feri, kamu jangan diam saja Ibu di perlakukan seperti ini oleh istrimu! Kamu harus pesankan makanan untuk Ibu dan Kakakmu, Ibu tunggu makanannya!" ujar Ibu mertua dan berlalu.

"Biar saja Mas, mereka masak telur tak usah di pesankan makanan!"

"Iya dek," jawab Mas Feri.

🍁🍁

"Bu, kita harus bisa bujuk Feri, untuk meminjamkan sertifikat rumah ini. Agar bisa beli rumah baru dan aku kembali membuka usaha!" ucap Mbak Misni sambil menyeduh kopi.

Ibu mertua, Mbak Misni dan suaminya sedang berada di dapur dan duduk di kursi meja makan.

"Iya Bu. Kami gak akan mungkin tinggal di sini, lihat lah berapa sombongnya Nayla," timpal Mas Agung.

"Aku mohon Bu, pasti Ibu bisa membujuk Feri demi aku," Mbak Misni memohon pada Ibunya.

"Tenang ya kalian, Ibu pasti akan berusaha membujuk Feri. Sertifikat itu akan segera kita dapatkan!" ucap Ibu mertua dan mereka saling tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status