Share

Bab 4

Mertua Angkuh Jatuh Miskin (4)

Bab 4

Aku menghembuskan nafas kasar, ketika masuk ke dalam kamar. Sedangkan Mas Feri masih menemani keluarganya di ruang makan. Sikap mereka sangat baik, dan memuji suamiku. Beda sekali jika padaku, tetap ketus.

2 hari di rumah ini, sukses membuat suamiku berubah. Dia sekarang lebih condong pada keluarganya. Baginya mungkin mudah melupakan kezaliman mereka, tapi bagiku itu sangat sulit.

Besok aku harus segera cari kontrakan untuk mereka, tak bisa kubiarkan mereka lama tinggal di sini.

**

Aku pulang ke rumah sore hari, karena usai dari toko dan untuk kontrakan aku sudah meminta bantuan Dewi temanku. Dia sudah mendapatkan kontrakan yang cukup jauh, dari tempat tinggalku.

Keadaan rumah sepi, aku mandi dan berganti pakaian. Tak ada juga terlihat Mas Feri dan keluarganya, ketika aku keluar kamar.

"Mbak, mau di buatkan kopi?" tanya Sari yang menawariku kopi, dia memang hapal kebiasaanku minum kopi.

"Boleh Sar, oiya kenapa sepi sekali. Pada kemana?" tanyaku.

"Tadi pada pergi Bu, dari pagi. Setelah Bu Nayla pergi mereka juga pergi setelahnya," jelas Sari.

"Pergi? Naik apa?" apa Mas Feri pergi menggunakan mobil.

"Naik mobil Bu, Pak Feri dan keluarganya. Tapi mereka tak bilang mau pergi kemana,"

Aku hanya mengangguk dan paham. Sari kemudian berlalu menuju dapur.

Mas Feri mengajak pergi kemana keluarganya. Tanpa bilang padaku terlebih dahulu.

Ponselku berdering, panggilan masuk dari Mas Feri.

"Assalamualaikum Dek, kamu ada di mana?" tanya Mas Feri padaku.

"Aku di rumah Mas, dan kamu tidak ada di rumah dengan keluargamu. Kalian pergi ke mana membawa mobil?"

"Ini aku pergi ngajak jalan-jalan ibu dan Mbak misni beserta keluarganya," jawab Mas Feri.

"Mengajak mereka jalan-jalan?"

"Iya dek kita cuma ke mall aja, katanya Ibu mau beli baju baru dan keponakanku juga minta dibelikan tas dan sepatu baru, karena mereka akan masuk sekolah setelah libur semester 2 ini," jelasnya enteng seperti tak merasa bersalah.

"Kenapa kamu pergi tanpa bilang padaku Mas, dan menyenangkan keluargamu!"

"Keluargaku juga keluargamu Dek, kamu jangan perhitungan begini kasihan Ibuku, hidupnya sudah berubah. Apa salahnya jika aku mengajak ibu jalan ke mall dan membelikan apa yang dia mau," Mas Feri tetap kekeh tak merasa ini salah.

"Kamu telah berubah Mas!" aku masih berusaha mengatur emosi yang seperti akan meledak.

"Aku tidak berubah! Sudahlah Dek, kamu tidak usah dendam lagi pada keluargaku, lupakan saja kejadian yang telah berlalu. Jika kamu baik pada keluargaku, aku yakin pasti ibu akan menerimamu,"

"Terserah Mas apa yang kamu bilang!"

"Dek, jangan marah Mas menelpon kamu mau minta transfer uang," ujarnya.

"Bukankah kamu sudah kuberi uang Mas! Apakah uang di dalam rekeningmu sudah habis?" biasanya memang aku yang memberi Mas Feri uang karena ia tak bekerja. Tak ada pikiran buruk karena selama ini rumah tangga kita baik-baik saja, dan Mas Feri membantu tenaga dalam merintis usaha. Walau tetap semua aset atas namaku.

"Tadi ATM-ku digunakan oleh ibu untuk belanja isinya hanya ada tuga juta, sudah habis. Sedangkan ini mau ajak ibu dan yang lain untuk makan tapi uangnya sudah habis, kamu bisa kirim kan Dek 6 juta saja," ucapnya memintaku mengirim uang.

Aku mematikan sambungan telepon sepihak, begitu entengnya Mas Feri meminta aku untuk mentransfer uang sebanyak itu demi menyenangkan keluarganya.

Kartu ATM di berikan pada Ibunya. Tidak akan Mas, aku harus bertindak jika nanti kamu tetap memilih keluargamu, maka mungkin kita lebih baik berpisah. Aku tidak akan melupakan bagaimana keluargamu dulu menghinaku.

Aku memanggil Sari.

"Bantu saya untuk mengemasi pakaian mereka, Sar," ujarku dan mengajak Sari menuju kamar belakang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status