Share

Bab 152

Qeiza duduk di depan meja rias. Memandangi cincin pertunangan yang masih melingkar di jari manisnya. Tiga hari telah berlalu semenjak kematian Chin Hwa. Dia pernah mengembalikan cincin itu kepada Nyonya Song, tetapi wanita paruh baya itu menolak.

“Kau pakai saja,” ujar Nyonya Song. Menatap Qeiza dengan mata berkaca-kaca. “Kalau suatu hari nanti kau mendapatkan pengganti anakku ….” Nyonya Song membelai wajah Qeiza. “Kau boleh melepas dan menyimpannya.”

“Nyonya ….” Lidah Qeiza terasa kelu. Dia ingin mengatakan bahwa lebih baik dia mengembalikan saja cincin pemberian Chin Hwa. Akan tetapi, melihat wanita itu menyeka air mata, Qeiza menelan kembali kata-kata yang sudah berada di ujung lidah.

Nyonya Song mengusap cincin di jari Qeiza. “Anggap saja anakku selalu mendampingimu!”

Qeiza menghela napas panjang. Penggalan obrolan itu menyesakkan dada. Dia tak percaya Chin Hwa meninggalkannya sehari menjelang pernikahan mereka.

Qeiza berjalan ke lemari pakaian dan membukanya. Sebuah gaun pen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status