Share

Bab 159

“Qeiza! Jangan keterlaluan bercandanya!” Amira menegur Qeiza. “Nanti kalau Om dan Tante Santoso jantungan bagaimana?”

“Oh, hahaha ….” Santoso kembali tertawa. “Jadi, itu tadi cuma bercanda?”

Nyonya Santoso hanya geleng-geleng kepala sambil mengelus dada. Raditya mengulas senyum.

Qeiza mendesah. “Terserah kalau tak percaya,” ujarnya.

“Qei!” hardik Abbas. Dia melayangkan tatapan mematikan kepada Qeiza.

Qeiza menatap serius pada Raditya. “Jangan bilang aku tidak pernah mengatakannya!”

Qeiza bangkit. Dia membungkuk pada Tuan dan Nyonya Santoso. “Maaf Om, Tante … saya tidak bisa berlama-lama di sini,” pamit Qeiza.

Abbas ikut tegak. Dia menekan pundak Qeiza. Memaksa gadis itu untuk duduk kembali. “Apa yang kau lakukan, Qei?” tanyanya. “Makan malamnya baru saja dimulai. Tidak sopan pergi begitu saja.”

Abbas menekan suaranya. Berusaha menutupi amarah yang menggelegak dalam dada. Ternyata memanfaatkan Qeiza tak semudah dugaannya.

“Maaf, Paman! Aku juga ada janji yang lain,” tolak Qeiz
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status