“Aku ragu kamu akan mengingatnya, bahkan kalau kalian kebetulan bertemu di jalan. Mungkin karena kamu tidak melihatnya cukup menonjol untuk bisa menarik perhatianmu. Dan yang ada di dalam perhatianmu pasti hanya Delvino,” ucap Devanda. “Meski mereka berbeda karena Daffa lebih terampil, cerdas, dan tanggap daripada Delvino, tapi dia juga adikku.”
Andriyan sama sekali tidak mendengarkan kalimat Devanda yang menekankan bahwa pria itu adalah adiknya, tapi lebih kepada pujian yang sudah Devanda katakan.
“Baiklah, aku paham, dia sangat luar biasa.”
“Benar. Aku bilang begini pun karena kamu membahasnya.”
Kecemburuan sepertinya sudah menyelimuti kepala Andriyan. Dia hanya mampu menggenggam erat sendok dan garpu ini, berniat melemparkannya sejak tadi.
“Setelah makan malam, bolehkah aku bicara dengan Daffa?” tanya Devanda yang meminta izin kepada Andriyan.
“Kenapa kamu minta ijin padaku
Tangan Andriyan menurunkan pakaian Devanda sampai putingnya terlihat. Dari belakang pria itu tidak berhenti menciumi leher dan telinga bagian belakang Devanda. Kedua tangannya jelas bergerak memilin putting Devanda. Merasa enak dengan hal itu Devanda terus mendesah sekali dan dua kali, hingga tak terhitung jumlahnya.Sampai akhirnya Devanda menegakkan tubuhnya. Membiarkan kursi yang dia duduki tadi jatuh menggelinding. Andriyan terus meremas payudara Devanda sambil melihat wajah Devanda yang keenakan dari dalam cermin.“Iyan, aku lebih suka di tempat tidur,” ucap Devanda yang wajahnya sudah memanas.Sama halnya Andriyan, tapi dia lebih sibuk memuaskan Devanda. “Aku suka di sini,” ucapnya.“Iyan.”“Tidak,” jawab Andriyan langsung. “Aku suka di sini, Vanda.”“Iyan … ahh … se—sepertinya sudah waktunya untuk melakukannya lagi … ahh … tapi--”“Iya, aku tau kalau kamu tidak suka di depan cermin.” Hanya itu yang dikatakan Andriyan karena dia masih fokus meraba seluruh tubuh Devanda.“Aku tid
“Kamu pasti lapar. Makanlah dulu,” ucap Devanda pada gadis itu.Memang ya sulit untuk tidak memiliki perasaan yang baik terhadap seseorang yang begitu murah hati. Uang itu dapat menggerakkan hati di dunia ini. Cara yang paling pasti adalah dengan menambah gaji mereka, tapi itu tidak akan bisa mendapatkan simpati mereka.Malah tindakanku bisa disalahartikan sebagai penghinaan kepada mereka.Devanda berjalan ke depan rumah, Senorita ada di sana untuk mengawasi kerja tukang kebun. “Rita, apa supir sudah kembali? Sepertinya saat ini tukang kebun sedang sibuk memotong ranting. Bagaimana dengan para pelayan? Apa mereka sudah makan siang?”Senorita agak bingung mendengarnya. “Ya, itu semua benar, Nyonya. Tapi, ada perlu apa Nyonya mencari mereka semua?”“Seperti yang kamu bilang, aku terlalu bermalas-malasan selama ini. Mungkin karena tba-tiba aku hidup di tempat yang jauh dari rumah, aku hanya m
Mayja keluar dari minimarket dengan beberapa barang. Mulai dari obat dan camilan. Dia melihat perempuan itu sedang menghisap pod, yang mirip dengan vape tapi versi lebih kecil. Sebenarnya siapa perempuan ini dan mengapa Rasel sampai menyakitinya? Sepertinya keduanya itu dekat.Dari belakang Mayja melihat perempuan itu sedang menelepon seseorang yang memasang foto mereka berdua sebagai profil. Namanya saja ‘Sayangku’, tapi tidak ada respon dari pria itu. “Sial,” gumamnya.Mayja pun mendekat dan duduk di sebelahnya. Saat kehadiran Mayja, dia meletakkan ponselnya di atas meja dalam keadaan mati. “Maaf sudah merepotkan Kakak,” ucapnya.Mayja tersenyum sambil mengangguk. “Tapi apa aku boleh tau kamu siapanya Rasel?”Dia tidak ingin menjawab. Hanya tersenyum sambil menerima salep yang Mayja berikan sebagai obat. Hal itu jadi membuat Mayja semakin penasaran, tapi dia tidak memiliki kuasa apa pun jika memang perempu
Bibi Andriyan atau ibu dari Jonathan, merupakan ketua partai politik paling berpengaruh di negara ini. Ia adalah inkarnasi dari sebuah ambisi yang sesungguhnya. Bak memiliki kendali terhadap dunia, dia menggerakkan manusia seperti boneka. Mengatur dan memimpin jalannya pemerintahan di balik sosok presiden yang turun lapangan.Itu sudah menjadi rahasia umum bagi semua orang.Aji, ayah Andriyan, memiliki beberapa tujuan besar yang dia upayakan sepanjang hidupnya itu hampir tidak bisa bersaing dengan saudara perempuannya. Bergelar keturunan dari keluarga sang pahlawan negara membuat nama mereka ikut besar. Namun, Elin sepertinya takut dengan Devanda yang terlahir dari garis keturunan yang sama mulianya itu mungkin saja tiba-tiba mengungguli dia di dunia, sama seperti dia pada orang lain. Salah satu alasannya juga karena ia sangat mempercayai seorang peramal yang selalu berhasil membantunya menyusun strategi. Kali ini peramal itu sempat membuatnya sakit berhari-hari karena
“Sebenarnya alasanku ke mari … bukan hanya berlibur atau mengunjungi Kakak,” ucap Daffa.Devanda sedikit terkejut mendengarnya. Daffa memang bukan tipe orang yang mendatangi suatu tempat tanpa tujuan, apalagi kalau itu tentang liburan. Hidup kekurangan dari kecil membuatnya enggan menghamburkan uang untuk hal yang tidak jelas. Jadi, Devanda yakin kedatangan Daffa hanya untuk menemuinya karena bocah itu memiliki perasaan padanya.“Apa terjadi masalah?” tanya Devanda langsung. Tangannya yang dari tadi berada di belakang, langsung berpindah ke depan.Daffa melirik ke arah jendela besar di lantai dua. Ada tubuh Andriyan yang berbalik pergi, sepertinya baru saja mengawasi atau mengintip interaksinya dengan Devanda. “Ini berkaitan dengan kemampuanku, Kak.”Daffa menghela napas berat. Sejujurnya dia enggan mengatakan hal ini sebab Devanda sudah berpesan untuk menerima bakat yang dimilikinya sejak lahir karena Tuhan tida
Mayja duduk di samping Devanda, sedangkan Daffa di depan sebelah supir. Hari ini katanya Devanda ingin menunjukkan keindahan Bali kepada Daffa sebelum pulang ke ibukota. Tentu tidak mungkin anak itu tinggal lama di sini karena masih harus masuk sekolah.“Pak, kita ke sana saja,” ucap Devanda setelah melihat pantai di depannya. Sebenarnya di Bali ini banyak pantai dan Devanda tidak tau apa saja. Jadi dia meminta supir untuk jalan lurus sehingga bisa langsung menepi jika menemukan pantai cantik. Toh, sejak menginjakkan kaki di Pulau Bali, Devanda belum pernah berkeliling.Masing-masing dari mereka pun membuka pintu mobil dan keluar. Betapa segarnya udara yang langsung menyerbak rambut Devanda. Pemandangan yang cantik, tapi terlalu banyak orang. Devanda tidak begitu nyaman.“Mau langsung ke pantai, Nona?”Devanda menunjuk cafe kecil di pinggir. “Aku haus, kita beli minum dulu saja.”“Baik.”“Ayo, Daffa.” Devanda merangkul bahu anak itu da
Langkahnya semakin cepat dari biasanya. Dia tidak ingin menimbulkan masalah karena alkohol yang membuat kesadarannya menurun. Dia khawatir namanya dan nama keluarganya akan tercemar. Sehingga, dia memutuskan untuk menghindar dari keramaian dan mencari tempat sepi untuk menghirup udara segar."Tunggu! Tolong, tunggu sebentar, Pak! Tunggu!"Dia mendengar suara itu, tapi sengaja mengabaikannya dan terus berjalan."Andriyan Prakarsastra!"Dia terpaksa berhenti. Perempuan itu pasti sangat nekat sampai berani memanggil namanya."Maaf, bukannya saya bermaksud lancang, Pak Andriyan, tapi bisakah Anda membantu kami? Kami sudah mencari-cari orang yang lewat di lorong ini, tapi hanya menemukan Pak Andriyan," ucapnya.Dia menoleh dan melihat perempuan itu dengan wajah panik. Dia tidak menjawab apa-apa, hanya menatapnya dingin."Emm, nyonya saya mengeluh pusing dan tubuhnya lemas. Saya tidak tahu harus berbuat apa karena saya tidak kuat membopongnya sendirian. Saya sangat khawatir dengan keadaan b
“Panggil dia 'ayah' karena dia calon mertuamu,” ujar Andriyan, mengoreksi ucapan Devanda di lorong tadi. Devanda tampak tak peduli. “Kita belum menikah secara resmi. Dia juga belum resmi menjadi ayah mertuaku,” sahutnya dengan nada acuh tak acuh dan kaku. Andriyan pun menahan kekesalannya. Dia teringat dengan perkataan Agnes. Apakah benar Andriyan tidak akan tahan hidup selamanya bersama Devanda yang kaku dan membosankan itu jika menjadi istrinya? Bukankah kehidupan pernikahan mereka akan menjadi sangat membosankan?“Lihatlah penampilan tunangan Anda yang kaku dan membosankan itu.”“Dia juga anti sosial. Angkuh dan tidak bisa bergaul dengan orang lain.”“Lebih baik Anda cari perempuan lain sebelum terlambat dan menyesal, Pak.”Kalau bicara fakta, semua orang yang melihat Andriyan bersanding dengan Devanda pasti akan berkata bahwa Andriyan lebih pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik. Bahkan tanpa usaha, Andriyan pun bisa dengan mudah menaklukkan perempuan mana saja yang dia ma