Share

Bab 20B

Aku tidur sambil memeluk ponsel, lelah menunggu dia menelepon. Benar kata Dilan, rindu itu berat. Dan baru sebentar dia pergi, rasa itu telah mampu membuatku kehilangan selera makan.

Jam sebelas malam, ponselku bergetar. Dan ketika kudapati namanya di layar ponsel, hal pertama yang kulakukan adalah aku demam panggung. Gemetar ketika ujung jariku mengusap layarnya ke atas. Lalu suaranya menelusup di telinga, seperti sebuah lagu yang telah sangat lama ingin kudengar.

"Emily?"

"Kenapa Bapak pergi tanpa kabar?" Aku tak bisa menahan diri untuk tak bertanya. "Bapak bahkan belum menjelaskan padaku apa maksud kata-kata Bapak yang terakhir. Apa, apa memang semua lelaki seperti itu? Suka sekali membuat perempuan menunggu?"

Aku menghembuskan nafas lega. Semua yang ingin ku katakan, yang seharian ini, bahkan sejak kemarin malam terus menganggu, akhirnya bisa kulepaskan. Di seberang sana, Pak Arfan terdiam cukup lama. Mungkin dia terkejut mendengar kata-kataku.

Atau mungkin, apa yang ku tanyakan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status