PAPA MUDA 43 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Senyum perlahan merekah layaknya bulan sabit ketika ingatan kecupan malam itu menghampiri di tengah hujan kerinduan. Basahnya hati dan perasaan karena cinta justru memberikan kehangatan yang tidak mungkin terlupa. Andai waktu bisa diberhentikan, ia ingin menciumnya hingga lelah dan memeluknya hingga tertidur lelap. Bukankah itu satu hal yang didamba semua pasangan? Bisa memadu kasih tanpa memikirkan batasan waktu. "Kamu mikirin apa, Al?" Wanita yang selalu setia di setiap langkah sang anak bertanya tanpa sengaja karena melihat seperti orang gila. Tersenyum sendiri tapi dengan sorot mata kosong tanpa asa. Hampa. Bahkan, raga yang mulai menua karena usia mengambil duduk di sebelah sang anak. "Apa ada yang kamu pikirkan? Gimana perasaan kamu? Udah mendingan? Di rumah aja dulu satu atau dua hari lagi. Biar benar-benar sehat, baru kembali ke konter," ujarnya lagi diiringi pertanyaan yang belum sempat terjawab sebelumnya. Begitulah perasaan
PAPA MUDA 44 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSikap peduli atas dasar sopan santun mampu nyalakan setitik tanda tanya akan sebuah jawaban yang tersembunyi jauh di dasar jiwa. Karena bagaimanapun dalamnya hati tidak pernah bisa diselami layaknya lautan. Entah itu hanya sebuah kesamaran atau kesungguhan, hanya diri sendiri yang tahu. Begitu juga Arista yang tidak mampu menebak arti kepedulian sang pria saat ini. Meskipun akalnya sadar bahwa semua hanyalah basa-basi sapa. Sementara hatinya tetap menggenggam nama baru sekuat baja. Ia tidak mau menghalangi kisah yang seharusnya bersemi dan bertahta."Kamu enggak perlu khawatir tentangku, Al. Aku baik-baik aja. Ya udah, aku pulang dulu. Terima kasih udah ngizinin antar jemput Gala. Oh, ya, untuk besok mungkin aku enggak bisa antar, karena ada tanggung jawab di salah satu platform," ujarnya berbohong untuk menutupi masalah yang tengah dihadapi. Semua itu demi menjaga agar kesalahan yang dulu tidak tenggelam semakin dalam ke jurang penyesalan.
PAPA MUDA 44 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengingat masa dulu membuat Alsaki memberikan kecupan hangat di puncak kepala. Tanda kasih yang begitu besar seperti jagad raya. Bahkan, sayangnya seluas samudera. Alsaki sadar kehadiran Gala di sisinya akan memberikan arti sendiri dalam melakoni peran sebagai bintangnya makhluk Tuhan."Ayo, buruan, Pa ... nanti Kak Dyra keburu pulang. Terus Gala batal main bareng," sungutnya tidak sabar. Ya, sejak kemarin ikut menyaksikan kepanikan karena ulah sang papa, ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi. "Ya, ayo! Papa tinggal berangkat. Enggak perlu dandan lah. Mau sebentar juga," jawabnya menggoda sembari tertawa. "Papa enggak usah dandan dan terlalu tampan. Gala nanti kena saing," balas bocah kecil itu yang sudah memakai pakaian biasa. Tawa keduanya menggema ke seluruh kamar. Kedekatan dari tawa sederhana yang baru saja terjalin merupakan kebahagiaan mahal tapi harga murah. Alsaki berhasil membangun suasana itu sejak sang anak usia dua tahun l
PAPA MUDA 44 COleh: Kenong Auliya ZhafiraBocah itu menggeleng, "Bukan. Mama tadi antar jemput sekolah aja. Gala dateng sama Papa," jawabnya dengan wajah begitu polos dan lucu. "Itu, Papa ...," tunjuknya kemudian ke arah ruangan sang penguasa Gala Cell. Adrian dan Dyra menoleh secara bersamaan. Benar saja, pria yang begitu mengusik pikiran tengah keluar dari ruangannya dan perlahan berjalan mendekat. Dada yang sejak tadi sesak karena dipenuhi rindu, perlahan siap meledak dibarengi debaran. Meskipun wajahnya masih sedikit pucat, tetapi langkahnya yang pasti justru menandakan kalau keadaan sudah baik-baik saja. Berbagai rasa mengaduk perasaan sedih dan bahagia tercampur menjadi kesatuan yang memporak-porandakan jiwa. "Jadi, yang aku lihat tadi beneran dia? Bukan perasaanku aja? Aku pikir tadi kewarasan ini mulai hilang. Alhamdulillah jika kamu udah bisa beraktivitas, Mas ... aku ikut seneng, dan aku ... kangen," gumamnya sembari menghapus bulir bening yang tanpa sadar membasahi pipi.
PAPA MUDA 45 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTidak selamannya apa yang terlihat mata adalah peristiwa sesungguhnya. Bisa saja, itu hanyalah hasil dari pikiran yang terlalu lemah diprovokasi keadaan. Hingga menyuguhkan puluhan rasa yang mengoyak hati. Ketika sesal datang, mungkin semua yang berada di genggaman bisa terjatuh dan hilang. Berusahalah sekuat mungkin agar jiwa raga tidak bersinggungan dengan hati dan pikiran untuk mempertahankan apa yang dimiliki. Jangan sampai menyiksa karena hadirkan dilema.Dyra sendiri masih merasakan dilema itu, tetapi terlalu gengsi untuk mengungkapkan kata hati. Akan tetapi, jauh di dasar hati masih memiliki simpati. Karena bagaimanapun Mbak Arista adalah wanita yang melahirkan Gala—pria pujaan hati sekaligus calon imam jika Tuhan menjodohkan. Jadi, tanpa berpikir akan seperti apa hubungan yang ada setelah ini, ia memilih memberitahukan berita terpopuler di beranda biru pada sang pria. "Mas, sepertinya Mbak Arista lagi ada masalah soal nama baik deh.
PAPA MUDA 45 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra hanya mengangguk. Namun, kemudian menggeleng. "Enggak usah! Aku bawa motor. Aku pulang sendiri aja. Nanti kalau ada perkembangan aku kasih tahu. Kamu di sini aja, siapa tahu Adrian butuh. Atau juga kamu ingin melihat tentang dua hari lalu. Aku bisa pulang sendiri. Lagian aku udah kuat karena kamu ngasih asupan kasih sayang. Jadi, tenaga udah penuh," jawabnya sembari sedikit menggoda. Akan tetapi, satu cubitan sayang justru mendarat manja di kedua pipi. "Dasar, gadis aneh! Orang gadis di luar pada seneng dianterin pulang prianya, kamu malah enggak mau." Alsaki begitu gemas melihat perubahan emosi wanita di depannya. Sedetik wajah cantiknya tersapu badai air mata, lalu sedetik setelahnya tersingkap cerah layaknya mentari. Oleh karena itu, tangannya refleks memberi cubitan mesra di kedua pipi. "Aw! Sakit, Mas! Ini pipi, bukan aksesoris ponsel!" protes wanita yang masih mengusap pipinya. Sang pria justru tertawa melihat Dyra mengubah lagi
PAPA MUDA 45 COleh: Kenong Auliya ZhafiraAlsaki sengaja membiarkan Dyra dengan permainannya. Setelah merasa cukup, gilirannya memegang kendali. Tangan kanannya menarik pinggang sang wanita agar mengikus jarak yang ada. Kehangatan kembali tercipta kali kedua. Bahkan, kali ini lebih terasa didominasi nafsu. Kedua belah bibir yang menyatu seakan bernyanyi dalam tarian lidah di dalam sana hingga bertukar ludah berkali-kali. Menikmati gairah tertinggi sebuah hubungan yakni bertukar nafsu berkedok cinta. Hanya itulah mengekspresikan rasa cinta dari sudut pandang orang dewasa, meskipun ada juga yang berbeda, tetapi kembali lagi kalau cinta itu tidak bisa dipaksa. Jadi, lebih baik menikmati selagi ada dan bisa. Ketika tenggah berenang dan menyelami dalamnya rasa berbalut gairah asmara, tiba-tiba telinga mereka mendengar suara yang sangat dekat, siapa lagi kalau bukan Gala Mahendra. Dengan cepat, sang pria menarik diri dari kegilaan yang memberi kebahagiaan. Bahkan, jarinya masih sempat me
PAPA MUDA 46 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengetahui seseorang yang dulu pernah mengisi keseluruhan hati dan hidup tengah berada dalam keadaan tidak baik-baik saja, pastinya masih memiliki sedikit simpati. Bukan karena ingin kembali, tetapi sekadar wujud terima kasih dan peduli. Seberapa perih hati tergores, tentang manusiawi harus mendapat toleransi di urutan pertama. Apabila itu mampu terlewati, maka keberhasilan hidup tanpa membenci adalah sikap manusia sejati. Alsaki tidak mau lagi terjebak hidup yang menyembunyikan hatinya dalam gelap, tanpa cahaya. Kelam dan muram. Lagian ia sudah berjanji pada wanita yang baru saja pulang untuk berdamai dan menerima masa lalu tanpa menimbun luka. Sekarang menjadi waktu yang tepat. Ketika hati meyakini ingin memberi dukungan, saat itulah rasa benci dan dendam jatuh berguguran ke tanah. Ia tidak ingin lagi terinjak ketidakpastian akan hidup yang sebelumnya. Alsaki menatap Adrian yang memasang wajah khawatir seperti dirinya. Entah karena memiki