Share

Bab 4. Siska si Pengacau

Alvaro memasang wajah gelap melihat kedatangan salah satu wanita yang dibencinya di dunia ini. Dia mengisyaratkan pada Adi dan sekretarisnya untuk pergi.

Setelah Adi dan sekretaris Alvaro melangkah keluar dan pintu kantor ditutup, Alvaro menatap tajam wanita paruh baya itu dan berkata dengan ketus, "Apa kamu tidak tahu sopan santun?"

"Alvaro, Mama terpaksa melakukannya karena ingin mencegah perbuatan konyolmu itu." Siska, ibu tiri Alvaro, menjawab dengan wajah khawatir yang dibuat-buat.

Alvaro mendengkus. "Aku tidak mengerti ucapanmu. Apa yang konyol?"

"Jangan berpura-pura lagi. Mama sudah dengar kalau kamu ingin menikahi pembantu kamu sendiri!"

Alvaro mengepalkan tangannya dan menatap tajam sang mama tiri. Dia sudah menyembunyikan segala prosesnya agar tidak ada gangguan, tapi ibu tirinya itu masih bisa mengetahui hal ini. Sepertinya, orang-orang di kediaman harus ‘dibereskan’ lagi.

"Apa yang aku lakukan dan siapa yang akan aku nikahi bukan urusanmu. Pergi dari ruangan ini,” balas Alvaro selagi menarik salah satu dokumen di atas meja dan mulai memeriksanya.

Siska tampak tak senang dan langsung membalas, "Tentu saja itu urusanku. Aku ibumu!"

Sontak, manik hitam Alvaro bergeser menatap Siska dingin. "Jangan melewati batasmu, Siska,” geramnya. “Ayahku mungkin menikahimu, tapi kamu tidak pernah kuakui sebagai ibuku. Seumur hidup, ibuku hanya satu, dan itu bukan dirimu!”

Nada bicara Alvaro yang semakin tinggi, ditambah tatapan tajam pria itu, membuat Siska terintimidasi. Akan tetapi, dia tidak akan semudah itu mundur.

"Alvaro, jangan bersikap seperti ini.” Wanita itu mencoba untuk tampak lemah dan tersakiti. “Apa kamu lupa wasiat papamu sebelum meninggal? Dia meminta Mama menjagamu dan kamu menjaga Mama. Dan apa yang Mama lakukan sekarang adalah usaha untuk menjagamu, reputasimu!” ucap Siska dengan wajah tak berdaya dan sedih.

“Sadarlah! Bagaimana mungkin seorang ahli waris keluarga Hadinata menikah dengan seorang pembantu!? Apa kamu tahu apa yang dikatakan keluarga besar saat mendengar kabar ini!?”

Siska sengaja membawa nama keluarga besar Hadinata agar Alvaro terpojok.

Namun, bukan Alvaro namanya kalau mudah didesak. Justru sebaliknya sekarang bibir lelaki itu tersenyum sinis.

"Menjaga reputasiku?" Alvaro mendengkus dingin. "Sadarlah, Siska. Apa kamu tidak ingat asal-usul dirimu yang sebenarnya?"

Ucapan Alvaro membuat Siska tertohok dan menggertakkan gigi.

Awalnya, Siska hanyalah sekretaris ayah Alvaro, Sofyan Hadinata. Akan tetapi, kemudian wanita itu diketahui hamil anak pria tersebut, membuat sang ibu sakit hati diselingkuhi sampai kondisi kesehatannya memburuk dan berakhir meninggal.

Kemudian, tanpa memikirkan perasaan Alvaro, sang ayah menikahi Siska dengan alasan untuk bertanggung jawab atas anak dalam kandungan wanita tersebut. Padahal, kentara jelas pria tua itu hanya memikirkan kesenangannya memiliki seorang istri muda!

“Alvaro, jangan mengungkit hal semacam itu. Hal itu sudah lama berlalu!” ujar Siska.

Mata Alvaro memicing. “Baik, aku bisa tidak mengungkitnya. Akan tetapi, aku akan tetap mengungkit kenyataan bahwa kamu hanya tidak setuju dengan pernikahan ini karena kamu ingin aku menikahi Aletta. Bukan begitu?”

Alvaro sangat tahu kalau Siska hanya mengincar harta semata ketika menikah dengan sang ayah. Wanita itu bahkan berusaha menyingkirkannya beberapa kali, tapi terus gagal karena perlindungan kakek dan neneknya.

Saat sang ayah berakhir meninggal beberapa tahun silam, kuasa harta jatuh ke tangan Alvaro sebagai ahli waris, dan Siska tidak lagi bisa menyentuh anak tirinya itu. Alhasil, Siska mengubah rencana dengan terus berusaha mengendalikan pria itu dengan menjodohkannya dengan Aletta, keponakannya.

Siska mengepalkan tangan, tapi berusaha tersenyum dan menjelaskan, "Aletta adalah gadis yang baik dengan bibit, bebet, bobot yang jelas! Dibandingkan seorang pembantu, jelas dia lebih layak untukmu!"

Alvaro menyandarkan punggung ke kursi dan berkata, "Di mataku, dia sama rendahnya dengan dirimu.” Pria itu mendengus. “Lagi pula, satu-satunya alasan kamu merasa dia layak untukku adalah karena dia bisa membantumu merebut sebagian harta keluarga!"

Siska mendelik. "Alvaro! Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu! Lagi pula, apa bagusnya pembantu itu sampai kamu begitu mati-matian ingin menikahinya?!”

Wajah Alvaro merah padam mendengar kata-kata Siska. "Berbeda dari Aletta, Ambar adalah wanita yang teguh, tekun, dan penuh kasih sayang. Dia juga satu-satunya orang yang bisa kupercaya menangani Afreen. Tidak seperti dirimu dan wanita pilihanmu itu!"

Siska terbelalak mendengar jawaban Alvaro dan bergumam dalam hati, ‘Apa pria itu buta? Atau jangan-jangan, gadis lugu berpenampilan sederhana itu sangat pandai menggoda pria?! Sampai-sampai kulkas berjalan ini saja bisa begitu tergila-gila padanya!’

Siska merasa dirinya sungguh sudah salah langkah. Seharusnya, dia waspada pada Ambar. Akan tetapi, tidak bisa sepenuhnya menyalahkan diri, terutama karena Ambar hanyalah seorang gadis kampung rendahan di matanya.

Siapa yang bisa menyangka Alvaro berakhir membelanya mati-matian sampai ingin menikahi gadis kampungan itu!?

Siska menggeram dalam hati, merasa frustrasi. Namun, kemudian dia mencapai satu kesimpulan, ‘Aku harus segera membereskannya.’

Menyadari aura Siska berubah mencurigakan, Alvaro langsung berkata, “Kalau tidak ada lagi yang ingin kamu katakan, segeralah pergi dari kantor ini!”

Siska menatap Alvaro dengan nyalang. “Kamu mengusir Mama?”

“Siska Yunita, ingat. Kamu bukan siapa-siapa di keluarga Hadinata,” tegas Alvaro. “Demikian, setuju atau tidak dirimu, hal itu tidak mampu mengubah atau menghentikan keputusanku.”

Pria itu menambahkan, “Kalau memang tidak setuju dengan caraku bertindak, maka segeralah tinggalkan keluarga Hadinata, atau aku sendiri yang akan mengusirmu!"

“Alvaro! Mama–”

“Sekali lagi kamu memanggil dirimu sendiri sebagai ibuku, jangan heran kalau aku memanggil security untuk mengusirmu dari tempat ini!”

Mati kutu dan tidak lagi bisa berkata-kata, Siska pun mengepalkan tangannya dan langsung berbalik. Dia pergi meninggalkan ruangan sambil menghentakkan sepatu hak tingginya.

Selagi berjalan menyusuri lorong lantai ruang kerja Alvaro, Siska menggertakkan gigi. "Ingin mengusirku …? Mimpi!”

Dia menghentikan langkah sesaat dan menatap pintu ruangan Alvaro penuh benci. “Tunggu saja, Alvaro. Aku pasti akan menggagalkan rencana pernikahanmu dengan wanita itu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status