Share

Bertepuk Sebelah Tangan

“Kamu kenapa, Rin?” Mbak Susi bertanya. Wajar kalimat itu terlontar darinya, sebab ini adalah kali ke sekian dia melihatku meninggalkan meja.

“Sakit, ya? Kamu pucet banget loh, itu.” Mbak Susi melongok melalui sekat kubikelnya. Dia terus menatap sampai aku duduk kembali ke kursiku.

“Nggak, Mbak. Aku nggak apa-apa.” Aku berusaha tersenyum, meski sejujurnya kepalaku mulai pusing karena kebanyakan menangis.

Untungnya, saat ini hanya ada aku dan Mbak Susi saja di ruangan. Jadi, tidak ada yang mendengar obrolan kami, meski bersifat pribadi. Tadinya, dia mengajakku ke kantin, tetapi aku menolak. Alasan akan menyelesaikan pekerjaan cukup bisa diterima Mbak Susi. Lalu, dia memesan makanan dari kantin bawah, dan dibawa ke meja kami masing-masing.

Rasanya, selera makanku hilang sejak Arsyl tidak pulang. Jangankan untuk makan, semua yang kulakukan seperti tak ada artinya.

Semua terjadi begitu cepat. Sampai sekarang, aku bahkan tidak menyangka bila Danar tega menciptakan perpecahan dalam ru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status