Happy Reading ❤️
Abian melajukan mobilnya membelah jalanan kota dengan kecepatan sangat cepat. Ia tidak ingin terlambat untuk menghadiri rapat dadakan yang dilakukan oleh Wibowo.Walaupun sebenarnya hubungan antara keduanya belum terlalu baik. Tapi, Abian berusaha mencoba untuk membuat hubungannya dengan Wibowo lebih baik lagi. Setelah sampai di kantor, Abian segera mengambil langkah menuju ke tempat rapat yang telah diberitahukan oleh Aslan. Sesampainya di ruangan, Abian disambut oleh Aslan dan dipersilahkan untuk duduk di kursi yang telah ditentukan.Abian menurut, karena rapat tengah sedang berjalan dengan suara Wibowo yang begitu mendominasi. Dari awal Keluarga kecilnya ini mengangkatnya sebagai seorang anak, jujur Abian begitu mengagumi sosok Wibowo. Pria tegas dengan ide-ide cemerlang yang begitu hebat."...karena kerugian tersebut, pihak Sandoro group membutuhkan suntikan dana. Jadi, saya memutuskan untuk membeli saham yang tengah mereka jual."Abian mengerti, buntut Video Akbar begitu mempeng
"Abian, jangan melihatku dan mengatakan hal yang tidak-tidak!" protesku sambil memanyunkan bibirku."Jangan menggodaku, Mawar!""Siapa yang menggodamu?""Bibirmu, jangan sampai aku kembali menciumnya!"aku menepuk keningku dan menggeleng cepat, berusaha untuk menyembunyikan ketakutanku. Tetapi, Mana mungkin Abian akan melakukan hal-hal seperti itu, sedangkan ini adalah rumahku."Kenapa melamun?""Ah, tidak. Aku hanya berpikir, kenapa Papa bisa berubah secepat itu." aku tersenyum getir saat mengingat saat -saat dimana Abian diperlakukan sangat berbeda dengan teman kuliahku."Apa karena sekarang kau sudah menjadi bagian dari lingkungan orang terpandang dan memiliki segalanya?"Abian menaikkan kedua bahunya pertanda tak peduli dengan masa lalunya yang tak diterima oleh Papa."Ada beberapa hal yang tak kau mengerti, Mawar. Tapi aku yakin, suatu saat nanti kau akan mengerti jika sudah memiliki seorang anak. Setiap orang tua menginginkan sebuah kebaikan untuk anak gadisnya. Dan, aku yakin. P
"Bagaimana denganku?" lagi, Mulan mempertanyakan hal yang sama. Wanita itu begitu menginginkan sebuah jawaban, walaupun dalam hati kecilnya, ia sangat mengetahui bahwa Mawar adalah rival terberatnya dalam menaklukkan hati Akbar."Aku sudah pernah mengatakannya, kalau Mawar adalah salah satu wanita yang berada dalam hatiku. Sama halnya dengan dirimu, Mulan. Jadi tidak perlu terus menerus mempertanyakan hal yang sama." Akbar menarik diri agar tak terlalu duduk berdekatan dengan Mulan. Pria itu menyandarkan kepala dan tubuhnya pada Sofa. Wajahnya menatap langit-langit dan membayangkan wajah Mawar. Akbar masih ingat, saat pertama kali melihat wajah Mawar saat acara makan malam keluarga. Wanita itu tampak malu-malu, begitu manis dan menggemaskan. Wanita berwajah manis dan tak pernah sekalipun membosankan jika dilihat berulang kali. Pribadi yang selalu ceria dengan segala macam cerita yang ia miliki dapat menarik perhatian Akbar. Namun, sayangnya Akbar tidak suka dengan sifat kemandirian y
"Papa!"Papa tampak tak memperdulikan rentetan kekesalan yang telah aku luapkan. Pria yang sebagian rambutnya telah memutih itu tampak begitu bersemangat untuk memojokkan diriku."Pa…" kembali aku mencoba bernegosiasi dengan berjalan mendekati Papa. Aku memilih duduk di sofa yang berhadapan dengan Papa, tak kupedulikan jika tubuhku menghalangi kedua pria itu untuk melihat ke arah televisi."Mawar, ayolah. Papa ingin melihat berita," protes Papa.Aku menggeleng cepat menanggapi hal tersebut. "Kita harus bicara. Aku tidak ingin lagi dijodoh-jodohkan, karena aku ingin fokus terlebih dahulu untuk mengerjakan tugas untuk melakukan Restoran. Dan juga, aku ingin kembali ke dunia kepenulisan."Abian terlihat lebih memilih untuk memainkan ponselnya tanpa memandang ke arahku. Hanya Papa yang terlihat menyimak ucapanku."Kau bisa melakukan hal itu bersama dengan Abian," sergah Papa."Aku belum ingin menjalin hubungan baru, Pa. Jadi aku harap, Papa dapat mengerti dan memahami keputusanku."Papa m
"Ini tidak ada hubungannya dengan Ibumu, Akbar. Jadi tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana kehidupan ibumu." Sergah Sandoro yang terlihat kesal dengan sikap Akbar yang mulai mengaturnya."Bukankah nasib Ibu hampir sama seperti Mawar. Keduanya sama-sama diselingkuhi oleh suaminya. Bedanya, Mawar istriku itu berontak. Berbeda dengan Ibu yang terus-menerus diam saja dengan penghianatan yang Ayah lakukan.""Tutup mulutmu!"Akbar tersenyum miring menanggapi perkataan Sandoro."Kenyataannya Seperti itu, Ayah. Dan aku sangat mengerti, Ayah takut jika aku terus mempertahankan Mawar, Bisnis Ayah akan hancur seketika. Benar bukan?""Kalau kau tahu, kenapa masih saja keras kepala! Biarkan saja Mawar memilih jalannya sendiri, dan kau hidup bahagia dengan Mulan.""Kalau aku tidak bisa mendapatkan kembali Hati Mawar, aku Jamin. Tidak ada lagi pria yang bisa menikahinya.""Terserah, yang penting jangan sampai mengganggu Bisnisku! Karena kebodohanmu dan Mulan, Bisnisku berada di ujung tanduk!"
Flashback off"Lalu, apa yang selanjutnya terjadi?" tanyaku penasaran pada Mama. Wanita itu terlihat tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Mama, ayolah…" rengekku, berharap Mama mau mengatakan sesuatu."Mama kurang mengerti, tapi setelah tahu jika Wibowo mengangkat anak Abian, mama baru mengenal Abian. Papamu hanya bercerita sebatas itu saja. Jadi, jika kau ingin mengetahui kebenarannya, bicarakan saja pada Papamu." Lanjut mama dan mulai bangkit dari tempat duduknya."Jadi, tidak ada lagi yang mama ketahui?"Mama menggeleng dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.Kepergian Mama membuatku tersadar bahwa hal yang tak aku ketahui tentang Abian, akhirnya terbongkar juga. Ternyata, pria itu dari dulu begitu berminat dan benar-benar jatuh cinta padaku.Aku memejamkan kedua mataku, membayangkan berbagai macam hal yang terjadi akhir-akhir ini.Rasa sakit hati yang diciptakan oleh Akbar telah berada di satu titik yang begitu dalam. Hatiku terasa lebih tenang dengan sikap yang aku lakukan
"Ma, aku berangkat dulu." Ucapku pada Mama dan Papa yang sedang menikmati sarapannya."Ke persidangan?""Tidak Ma, aku akan ke restoran." Jawabku dengan melewati mereka tanpa berinisiatif untuk ikut serta dalam mencicipi sarapan pagi."Tidak sarapan terlebih dahulu!" teriak Mama yang masih terdengar di telingaku, namun tidak aku hiraukan peringatan Mama. Aku bergegas menuju ke garasi mobil dan tancap gas menuju ke tempat yang aku inginkan, yaitu restoran. Aku tidak ingin berdiam diri saja di rumah.Sesampainya di halaman depan restoran, aku melihat mobil seseorang yang sangat aku kenali. Ingin rasanya untuk menghindari pemilik mobil itu, namun harga diriku menolak untuk menghindarinya. Benar saja, saat aku turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran, aku disambut oleh Akbar dan Mulan.Sepasang suami istri itu terlihat duduk santai, menikmati minumannya. Kali ini, aku begitu menyesali keputusanku untuk membuka restoran terlalu pagi.Pandanganku bertemu dengan Akbar, pria itu
Aku tak memperdulikan pandangan mata tiap orang yang berada di restoran. Bentakan keras yang aku layangkan pada Mulan terdengar begitu jelas dan pastinya menarik perhatian pengunjung yang kebetulan sudah ada dan para karyawan restoran."Mawar, kecilkan suaramu. Aku tidak ingin menjadi bahan pembicaraan orang-orang." tegur Akbar tanpa bisa mengerti perasaanku."Pergi kalian semua," aku mencoba untuk bersabar.Mulan bangkit dari tempat duduknya, aku pikir Ia akan pergi. Namun, nyatanya wanita itu malah mendekat pada diriku, jarak kami hanya tinggal selangkah saja."Aku tidak peduli, jika suatu saat nanti Akbar akan jatuh cinta pada wanita lain. Aku akan menutup mata dan telinga, pura-pura bodoh dan tak peduli dengan itu semua. Itulah jawabanku, Rose alias Mawar yang berpura-pura menjadi Selingkuhan suami orang, agar mendapatkan kepercayaan dariku." Mulan terlihat tersenyum manis saat mengatakan itu semua. Wanita ini begitu cueknya dan percaya diri dalam mengatakan hal yang begitu sensi