Share

106. Akhir Dewa Geli?

DI BAWAH siraman cahaya rembulan, tubuh Dewa Geli terbaring telentang di atas bongkah batu persegi. Tubuh bocah berpakaian kedodoran itu lemah lunglai tiada daya. Seluruh kekuatannya telah lenyap tersedot oleh pengaruh pukulan 'Sihir Penjerat Arwah' Putri Budukan. Sementara, batu persegi tempat terbaringnya tubuh si bocah tampak rata dan licin. Karena tiupan angin malam yang membawa lapisan kabut, hawa dingin batu itu terasa menusuk tulang dan amat menyiksa. Namun, Dewa Geli tak dapat berbuat apa-apa lagi, kecuali pasrah pada keadaan.

Tiga puluh lelaki kerdil menari berputar-putar mengelilingi tubuh Dewa Geli. Sambil menari, mereka menyanyi pula dengan diiringi tabuhan tambur dan genderang. Lelaki-lelaki kerdil yang cuma mengenakan cawat itu tampak begitu larut dalam kegembiraan. Sepertinya, mereka tengah mengadakan pesta yang amat meriah.

Sekitar dua tombak dari batu persegi tempat terbaringnya Dewa Geli, Putri Budukan berdiri tegak mengenakan jubah hitam. Tatapan mat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status