Share

Bab 95: Penyerangan Kedua

Detik itu, Satya benar-benar menyesal mengizinkan Lintang pergi. Kalau tahu begini jadinya, ia akan berusaha lebih keras menahan Lintang.

[Mas Satya baik-baik di rumah. Jangan kemalaman tidur biar nggak telat bangun subuh. Aku sudah pesen Mbok Darmi buat bangunin Mas Satya kalau sudah azan belum bangun juga.]

[Duuh, pesen kamu lebih panjang dari bunda.]

Emot tertawa kembali masuk ke ponsel Satya. [Soalnya subuh itu kunci hari kita. Kalau subuh kita di awal waktu, insyaallah hari itu tidak akan ada yang sia-sia, rencana-rencana kita akan diberi kemudahan sama Allah.]

[Iya, Bu Ustazah.]

Sepertinya semua perempuan memang ditakdirkan cerewet sehingga hal kecil seperti bangun pagi saja dia harus mengurus. Padahal sejak Lintang pergi, Satya sudah memasang alarm sehingga tidak perlu khawatir akan terlambat bangun. Dia bukan bocah.

[Maaf, Mas. Aku cuma ngingetin.]

[Kamu di sana gimana? Baik-baik semua? Gimana makanan di sana? Cocok nggak sama perut kamu?]

Salah satu hal yang mengkhawatir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status