Share

BAB 4

LEANNE

Hari ini di mana aku akan menikah. Setelah beberapa minggu yang lalu di adakannya acara pertunangan yang sederhana. Hanya keluarga saja yang menghadiri itu pun di rumahku.

Hotel berbintang salah satu aset milik Romanov Grup, yang di mana acara pernikahan akan di selenggarakan.

Seorang diri di kamar salah satu Hotel yang ku tempati saat ini setelah penata rias menyelesaikan semuanya.

Kini aku tengah berdiri di depan cermin melihat pantulan diriku sendiri, yang sudah di balut dengan gaun pengantin. Berwarna putih tulang, berlengan panjang yang memperlihatkan bahu telanjangku serta punggungku, dan ekor gaun yang menjuntai panjang.

Wajahku yang sudah di make-up senatural mungkin, tidak menutup kemuraman di raut wajahku. Helaan napas kasar yang bisa ku keluarkan, hinga terdengar pintu yang terbuka dan wanita paruh baya tak lain ibuku berjalan masuk ke arahku yang masih menatapnya dari cermin.

"Kamu sangat cantik sekali sayang." Ucapnya sambil mengusap pipiku dengan lembut.

"Jika pernikahan ini tidak kamu inginkan, tapi ibu berharap kamu akan bahagia dengannya dan saling mencintai. Jadilah istri yang berbakti, siapkan segala sesuatu yang di perlukan suamimu, layanilah dia dengan baik, dan maafkan ibu dan ayah yang menghendaki semuanya. Kami lakukan ini demi dirimu. Semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian." Lanjut ibuku dengan air mata yang sudah mengalir deras dari wajahnya. Aku pun hanya berdiam diri apa yang ia katakan, tanpa mengeluarkan sekata patah pun yang keluar dari bibirku.

"Ayo kita keluar semua orang telah menunggumu." Ucapnya setelah menghapus air matanya. Kami pun beranjak dari ruangan ini menuju aula tempat di pernikahanku akan terjadi.

Resepsi pernikahan yang meriah dan megah, setelah acara sakral telah usai. Dekorasi aula yang sangat indah, perpaduan antara purple dan golden soft tampak sangat mewah. Kini aku dan pria di sampingku yang sudah jadi suamiku satu jam yang lalu, tengah berdiri menyambut tamu yang mengucapkan selamat pada kami.

Senyum tipis paksa yang ku tampilkan, saat waktu resepsi berlangsung. Sama seperti Damian yang sedari tadi tidak memudarkan senyumannya.

Banyak sekali tamu yang berdatangan dari rekan bisnis orangtua kita dan Damian serta teman-teman dekatnya juga.

"Selamat Bro. Akhirnya lo nikah juga. Kalau di jodohin dapet istri seperti Anne, gue sih mau." Seorang pria yang menghampiri kami, setahuku dia Rafael sepupunya Damian.

Damian yang mendengar ucapan Rafael melotot tajam, entah apa maksudnya? Mungkin menjaga harga dirinya yang kini sudah menjadi suamiku.

"Just kidding Brother." Ucap Rafael seraya tertawa membuat para tamu melihat ke arah kami.

"Sepupu ipar, happy wedding yang sabar-sabar ya, sama sifatnya. Jika dia membuatmu bosan datang saja padaku. " Ucapnya kembali dan memelukku lama yang di lepas paksa oleh Damian.

"Kau! Pergi sana!" Usir Damian dengan sorot mata tajamnya.

"Tenang Brother. Jangan terlalu posesif begitu." Ucap Rafael berlalu dari panggung pelaminan. Setelah sekali lagi menggoda Damian agar terlihat kesal.

"Jaga sikapmu! Jangan mau di peluk oleh laki-laki sembarangan. Apalagi di pesta pernikahan kita, jangan membuat ku malu." Suara sinis yang tajam dan kasar menyapa telingaku yang membuat senyumanku lenyap seketika.

"Kak Athena, " Ku alihkan pandanganku ke asal suara yang memanggilku. Seorang wanita serta laki-laki di sampingnya , Kenny dan Justin berjalan ke arahku.

"Selamat atas pernikahanmu, Kak." Ucap Kenny sambil memelukku.

"Waahh! Ini calon suamimu? Tampan juga aku mau dong satu yang seperti ini." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah Damian yang menatap kami bingung.

"Siapa laki-laki yang mau dengan dirimu, wanita yang sangat cerewet." Ejek Justin yang membuat Kenny langsung menginjak kakinya.

"Aww!! Sakit tahu!!" Geram Justin dengan ringisannya.

"Rasakan." Ucap Kenny dengan wajah puasnya.

"Kalian di mana-mana selalu saja ribut!!" Ucapku melerai mereka berdua yang seperti anak kecil.

"Kenalkan ini Damian, dan Damian mereka teman dan pegawai di toko ku." Ucapku yang memperkenalkan mereka.

"Hallo Kak, aku Kenny. "

"Damian."

"Saya Justin, "

"Damian."

"Toko amankan?" Tanyaku setelah mereka bersalaman.

"Tenang saja, serahkan pada kami. Semuanya pasti akan baik-baik saja." Ucap Justin sambil menepuk dadanya.

"Aku tidak ingin di saat aku masuk bunganya layu atau sampai mati." Ucapku memperingati mereka berdua.

"Aku potong gaji kalian jika itu terjadi." lanjutku pura-pura mengancam.

"Haish! Kakak ipar istrimu kejam sekali. " Adu Justin pada Damian yang menatap mereka datar.

"Ya sudah Kak, kami turun dulu mau memburu makanan gratis. Sekali lagi selamat untuk kalian, bye....." Ucap Kenny sambil menarik Justin dari hadapanku membuatku menggelengkan kepala dengan tingkah mereka berdua.

"Sepertinya kamu sangat dekat sekali dengan mereka." Suara Damian mengalihkan atensi ku padanya.

"Ya, bagiku mereka bukan hanya sekedar teman atau pegawaiku saja, tapi mereka lebih dari itu."

Ucapanku menutup pembicaraan kami. Aku maupun Damian hingga sampai pesta usai pun tidak ada kata lagi yang kami keluarkan.

*****

Pesta pernikahan telah usai tiga puluh menit yang lalu, dan kini aku sudah tiba di dalam kamar hotel kembali. Duduk di kursi meja rias, memijit pergelangan kaki yang sangat pegal. Setelah berdiri beberapa jam di atas pelaminan menyalami para tamu yang datang lebih dari seribu orang yang datang.

Seorang diri di kamar, karena Damian masih bercengkrama dengan beberapa rekan bisnisnya. Dan aku meminta izin terlebih dahulu untuk pergi dari sana, karena tidak tahan jika harus berdiri di atas high heel ini.

Melihat sekeliling kamar, yang di hias sedemikian rupa. Ku lihat kasur pengantin dengan seprai berwarna putih, dan taburan kelopak bunga mawar merah berbentuk hati yang sangat indah.

Sama seperti seluruh lantai yang di taburi kelopak bunga, juga lilin-lilin untuk mempercantik dekorasi kamarnya.

Berbeda dengan keadaan pernikahan yang akan ku jalani, jauh dari kata indah apalagi untuk bahagia.

Pernikahan yang hanya membutuhkan waktu satu tahun ini, yang akan aku bina dan jalani.

Hanya bisa tersenyum miris, dengan jalan hidupku.

Kebahagiaan yang sempat ku rasakan, harus terenggut cepat dari genggamanku, dan kini sebuah pernikahan, yang akan penuh drama ini membuatku menjadi wanita yang sangat menyedihkan.

Menghela nafas pelan, dan melepaskan segala hiasan di rambut, serta membersihkan make-up yang tidak terlalu sulit untuk di hapus. Segera ku beranjak dari kursi untuk segera membersihkan diri masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa baju ganti yang sudah aku siapkan terlebih dahulu.

Memasuki kamar mandi dan membuatku terpaku , disini tidak jauh berbeda seperti di luar yang sudah di hias.

Bath-up yang sudah terisi air, dengan taburan kelopak bunga yang mengambang, serta lilin-lilin yang menguarkan aroma wangi, membuatku sudah tidak sabaran untuk segera berendam.

Melepaskan gaun yang ku pakai, setelah resleting yang ku turunkan, untungnya tidak ada drama resleting yang sulit di lepas. Hingga tidak ada suatu insiden yang mengharuskan aku untuk meminta bantuan orang lain untuk membukanya.

Setelah semuanya terlepas dari tubuhku, segera ku tenggelamkan separuh badan ku sampai sebatas leher.

"Ah!! Nyaman sekali." Gumamku setelah berendam dengan air hangat, aroma terapi yang ku hirup dari lilin membuat seluruh tubuh dan otakku sangat rileks.

Membuatku terbuai untuk memejamkan mata sejenak.

▪️▪️▪️▪️▪️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status