Share

BAB 3

DAMIAN

"WHAT?! Kau akan menikah?!" Aku yang sudah tahu respons Sarah hanya diam, dan ia yang menatapku nyalang.

"KAU ANGGAP HUBUNGAN KITA APA DAMIAN?!!" Bentak Sarah yang kali ini malah membuatku geram, berani sekali dia meninggikan suaranya.

"JAGA UCAPAN MU SARAH!!" Bentakku balik yang langsung membuatnya menciut dan terdiam.

"Kamu tega padaku Damian." Ucapnya pelan.

"Hei tenanglah, pernikahan ini tidak akan lama." Ucapku melembutkan suara.

"Apa maksudmu?" Tanya Sarah penasaran.

"Pernikahan ini hanya akan aku jalani selama satu tahun, dan setelahnya aku akan menceraikan wanita itu." Jawabku sambil merangkulnya.

"Ini demi Mama yang ingin aku menikahi wanita pilihannya." Lanjut memberi alasan sebenarnya.

"Benarkah kamu akan segera menceraikan wanita itu, setelah waktunya tiba?" Tanya Sarah sambil memandangku lekat.

"Ya." Ucapku singkat.

"Apa kita harus backstreet setelah kamu menikah Damian?" Tanya Sarah yang sudah mulai tenang.

"Ya, kecuali pada wanita yang akan menjadi istriku nanti." Ucapku.

"Apa maksudmu?" Tanya Sarah dengan raut wajah bingungnya.

"Karena dia sudah aku beritahu, bahwa aku sudah memiliki seorang kekasih." Ucapku sambil mengusap pipinya dengan lembut.

"Oh, Damian. Aku sangat mencintaimu Damian." Ucapnya yang langsung tersenyum sambil memelukku.

"Aku tahu." Balasku memeluknya balik, tanpa membalas ungkapan perasaannya.

Entah mengapa, ketika Sarah mengatakan kata cinta padaku membuatku tidak mampu membalasnya. Aku dengannya menjalin kasih karena ia baik, cantik dan juga sexy. Tidak akan ada pria yang menolak pesonanya, termasuk aku.

Pekerjaan Sarah yang berprofesi sebagai salah satu model majalah dewasa. Membuat orang tuaku tidak menyukai aku berhubungan dengan Sarah. Namun aku mengabaikan peringatan orang tuaku, karena aku sendiri berhak memutuskan pilihan ku sendiri dengan siapa aku menjalin kasih. Kecuali perjodohan yang di atur oleh orang tuaku, aku tidak bisa menolaknya. Apalagi aku tidak ingin melihat Mama yang sedih karenanya, karena beliau sendiri tidak pernah meminta hal apapun. Dan mungkin dengan perjodohan ini, aku bisa melakukan sedikit baktiku pada Mama.

"Aku harus kembali lagi ke kantor ada pekerjaan yang belum aku kerjakan." Ucapku melepaskan pelukan kami.

"Bukannya kamu akan menemaniku berbelanja hari ini?" Tanyanya dengan wajah cemberut.

"Lain kali saja nanti akan aku temani, dan ini pakailah sepuas mu." Balasku sambil memberikan salah satu black card ku padanya.

"Oh, terimakasih, Sayang." Ucapnya merangkul leherku dan membuat kami berciuman panas sebelum aku pergi dari apartemennya.

*****

Aku duduk di ruang kerjaku di kantor, memeriksa dokumen ke dokumen lainnya, membuat aku harus teliti dengan data yang keluar masuknya barang yang telah di hasilkan dari perusahaan yang aku pegang.

Perusahaan property dan otomotif yang Romanov Company miliki membuat perusahaan ini salah satu perusahaan terbesar di dunia membuat siapa saja yang bekerja di sini akan selalu menerima gaji yang fantastis.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk." Ucapku saat pintu kerja yang di ketuk dari luar.

"Tuan, ada Ibu anda di luar." Ucap Joshua.

"Suruh masuk." Ucapku yang di angguki hormatnya.

Kernyitan heran timbul di keningku, karena tidak biasanya Mama harus laporan terlebih dahulu jika akan masuk.

"Damian besok kamu jemput Anne di rumahnya untuk fitting baju pengantin kalian." Ucap Mama yang baru saja masuk serta duduk di sofa dan aku menghampiri seraya duduk di depannya.

"Mama tidak menerima penolakan, Damian." Lanjut Mama saat aku akan menyela.

"Baik aku akan menjemputnya besok." Lebih baik menurutinya dari pada harus mendengar Mama memarahiku, helaan napas pelan ku hembuskan, dan bersandar pada sofa.

"Mama bahagia kamu akan segera menikah apalagi dengan Anne. Dia wanita yang baik dan sopan. Mama harap kamu tidak mengecewakan Mama Damian, janjilah pada Mama bahwa kamu akan bahagiakan dia dan jangan sakiti Anne." Wajah yang tadinya berbinar bahagia kini menatap serius padaku, menanti balasan janjiku.

"Aku janji Ma." Ujarku.

Maafkan aku Ma, sengaja atau tidak dia pasti akan tersakiti olehku, lanjutku dalam hati.

"Ya sudah Mama pulang dulu, Papa mu sudah menelpon Mama terus-terusan. Ini untukmu makan siang tadi Mama masak makanan kesukaanmu." Ucap Mama sambil memberikan sebuah kotak yang berisi makan siang ku.

"Tidak makan siang bersamaku saja, Ma?" Tanyaku.

"Tidak sayang, Papa mu sudah mengajak Mama makan siang romantis siang ini." Ucap Mama yang mengerlingkan matanya membuatku tersenyum.

"Hati-hati Ma, bilang pada supirnya jangan terlalu cepat bawa mobilnya." Ucapku saat mengantar Mama keluar ruangan, dan di antar 'kan turun ke lobby oleh Joshua.

Meski usia mereka sudah tidak muda lagi, tapi mereka selalu menjaga keharmonisan mereka untuk tidak pernah surut, dan itu membuatku bahagia melihatnya.

*****

Kini aku yang sedang berada di dalam mobil tepatnya di depan rumah kediaman keluarga Mavros masih belum beranjak.

Namun setelah beberapa menit terdiam, aku mulai membuka pintu serta turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu lalu menekan bel tepat di samping pintu.

Tidak menunggu lama, pintu pun terbuka oleh seorang asisten rumah tangga dan mempersilahkan aku masuk setelahnya, hingga membawaku ke arah ruang makan.

"Tante." Sapaku pada orang tua Leanne.

"Oh ternyata kamu Damian, kamu kesini mau jemput Anne 'kan untuk fitting baju kalian." Sambutan hangat dari calon mertuaku membuat ku tersenyum kecil.

"Iya Tante." Sahutku.

"Apa Anne tidak memberitahumu, dia sedang pergi untuk membeli bibit bunga persediaan untuk di tokonya." Ucap calon mertuaku dengan heran.

Ahh, sial! Aku lupa memberitahukan akan menjemputnya, umpatku dalam hati.

"Tapi Anne bilang dia akan langsung ke sana jika urusannya selesai." Lanjut calon mertua ku yang tidak enak hati.

"Oh tidak apa-apa Tante, jika begitu saya langsung ke butik saja Tante. Saya permisi dahulu." Ucapku undur diri.

"Hati - hati Damian." Ucapnya mengingatkan.

"Iya, Tante." Ucapku tersenyum sopan.

Aku yang sudah berada di mobil kembali pun, segera menancapkan gas untuk pergi ke butik yang di tuju.

*****

"Halo Damian apa kabar? Sudah lama kamu tidak ke sini." Tanya Tante Selly adik dari Mama ketika aku telah tiba di butik.

"Baik Tante, maaf aku sibuk dengan pekerjaanku." Jawabku sambil membalas pelukannya.

"Di mana calon istrimu, kenapa ke sini sendirian?" Tanyanya heran.

"Calon menantuku masih di jalan Selly." Balas suara yang menginterupsi kami.

"Oh, Mbak Rose." Ucap Tanteku sambil berpelukkan dengan Mama.

"Seperti apa wanita yang akan di nikahi keponakan tampanku ini." Lanjut Tante Selly sambil menggodaku.

"Kamu pasti akan tahu sendiri, pokoknya dia wanita baik-baik dan juga cantik." Ucap Mama.

"Aku jadi tidak sab— " Sebelum ucapan tanteku selesai wanita yang kami tunggu tiba, ia berjalan masuk dan menghampiri kami.

"Maaf saya terlambat."

Sapaan suaranya yang lembut mengalun di telingaku. Saat pertama kali kami bertemu di makan malam waktu itu pun membuat perasaanku aneh, apalagi ia terlihat tidak tertarik dengan perjodohan kami. Mungkin aku memiliki perasaan aneh ini, karena dia selalu berekspresi datar sehingga menyentil egoku, apalagi dia terlihat sangat misterius.

Rambut panjangnya yang di gerai, berwarna coklat terang, dengan di sinari cahaya matahari membuatnya bersinar. Walaupun memakai baju casual yang pas di tubuhnya, sempat membuatku terpesona sangat lama. Jika saja suara Mama tidak membuyarkan semuanya.

Aku berdehem singkat, dan segera mengalihkan pandangan dari mereka.

"Tidak apa sayang, Mama juga baru sampai." Suara lembut Mama membuatku mengalihkan pandanganku ke arah Mama yang menatap Leanne dengan hangatnya.

"Mbak jadi ini mempelai wanitanya? Sangat cantik sekali. Halo sayang kenalkan aku Selly tantenya Damian." Ucap Tanteku menatap Leanne dengan mata berbinar dan saling cipika-cipiki.

"Senang bertemu denganmu Tante, saya Leanne." Balas Leanne dan kali ini ia tersenyum hangat dan lagi-lagi aku terpesona, dan membuat dada ku berdebar.

"Ya sudah. Ayo kita segera melihat gaun yang akan di pakai kamu nanti, Sayang." Ucap Mama sambil merangkul Anne.

"Dan Damian, cobalah tuxedo yang sudah di siapkan Selly." Lanjutnya.

Melihat pantulan diriku di dalam cermin menggunakan tuxedo berwarna putih dan sedikit warna hitam, terlihat sangat pas di tubuh kekar ku, membuat diriku terlihat berbeda.

"Tampan dan menawannya kamu Damian." Ucap Tanteku dengan mata berbinarnya saat melihatku keluar dari ruang ganti.

"Aku jadi ingin segera menikahkan Rafael, jika melihat aura ketampanan mu terpancar seperti ini. Tapi sayangnya anak itu selalu saja banyak alasan ketika aku tanyakan kapan menikah." Lanjutnya panjang lebar dengan dengusan kesalnya.

Rafael adalah anak kandung tanteku serta sepupuku juga.

"Mungkin saja belum ada yang cocok Tante. "Ucapku memberi pengertian.

"Apa ku jodohkan saja seperti denganmu, ya? Kamu beruntung Damian mendapatkan calon istri seperti Leanne. Tante sangat suka pada Leanne saat awal tante melihatnya, bahagianya tante jika Rafael menikahi Leanne saja."

Aku yang mendengar ucapan tanteku, entah mengapa membuatku kesal dan mendengus pelan.

"Hei, hei, Tante 'kan hanya bercanda. Mukamu sudah masam sekali." Candaan Tante ku membuat mood ku buruk.

"Damian, apa kamu sudah selesai?" Tanya Mama yang tengah berjalan ke sini dengan Leanne.

"Apa Leanne tidak mencoba gaunnya?" Tanya Tante ku.

Benar juga apa yang di katakan tanteku. Kenapa dia tidak memakai gaunnya dan memperlihatkannya padaku.

"Sudah Tante, dan semuanya pas sesuai ukuranku, tidak ada yang perlu di rombak lagi, dan aku sangat menyukai gaunnya." Sahutnya dengan senyum simpulnya.

"Baiklah, padahal Tante ingin sekali melihat kamu memakainya. Tapi tidak apa-apa, nanti juga di pernikahanmu Tante juga akan melihatnya." Ucap Tanteku.

"Kalau gitu aku pergi dulu Sel, masih banyak yang perlu di urus untuk pernikahan mereka." Ucap Mama.

"Dan Damian antar 'kan Anne pulang, Nak.

Mama pulang dulu kamu bareng sama Damian, ya Sayang." Lanjut Mama sambil memeluk Leanne.

"Ya, Ma." Balas Leanne memeluk, dan entah kapan panggilan Mama itu terucap dari bibirnya, namun yang aku yakin pasti Mama yang menyuruhnya.

Setelah Mama berlalu pergi, kami pun pamit juga pada tanteku sebelum kami pergi keluar dari butik.

▪️▪️▪️▪️▪️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status