Karena di sana ada Rosmala, Endrick tidak dapat berbicara banyak. Namun, kini ia memiliki ponsel yang bisa ia gunakan.Endrick menoleh ke arah kepala pelayan yang tengah berdiri. "Kamu belikan saya ponsel satu lagi!" pintanya.Rosmala merasa heran. "Buat apa kamu beli ponsel banyak-banyak? Bukannya itu sudah kamu punya?""Buat keperluan, Ma."Endrick pun melanjutkan langkah kakinya kembali, Rosmala menyusul, barulah kepala pelayan berjalan di belakang.***Suara ponsel berbunyi, Arzov yang kini tengah bersama Zsalsya pun segera menjawab teleponnya. "Aku mau jawab telepon dulu," begitu katanya sembari pergi meninggalkan Zsalsya di sana.Zsalsya hanya mengangguk sembari berharap Endrick datang menjemputnya. "Dia ke mana, ya? Aku butuh dia sekarang. Mau aku telepon, tapi aku tidak bisa mengingat berapa nomornya," gumamnya sembari membayangkan Endrick. Karena perjanjian yang terjadi itu, Zsalaya menjadi berharap bahwa Endrick mau datang ke sana. Menurutnya ada sesuatu yang belum selesa
"Ketika kecelakaan, mungkin ponsel saya ikut rusak dengan mobil waktu itu. Jadi, bagaimana cara saya menghubunginya?" tanya Zsalsya yang juga sedikit mengeluh akan kejadian itu. "Andai saja waktu itu tidak terjadi hal demikian ...."".... Ah, tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi," tambahnya sembari menghela nafas berat.Kepala pelayan itu pun membuka kantong plastik yang berisi ponsel dalam sebuah kotak. Ia membukanya dan menyodorkan barang tersebut ke hadapan Zsalsya. Zsalsya yang awalnya berputus asa pun kembali ceria. Ia bersemangat menjalani hari yang awalnya membosankan. "Ini untuk saya?" tanya Zsalsya.Zsalaya sedikit merasa aneh. Kepala pelayan itu tiba-tiba saja memberikannya ponsel. Matanya terus tertuju pada ponsel yang kini tepat berada di hadapannya tersebut. Ia tidak dapat menolaknya, terlebih lagi rasa penasaran yang kian menggebu."Dari siapa?" tanya Zsalsya. Walaupun perasaannya mengatakan bahwa itu pasti dari Endrick. Tetapi, dirinya tidak bisa memastikan itu. "D
[Iya, nanti saya datang ke sana.][Jangan sampai tidak datang! Pokoknya kamu harus ke ruangan Saya!][Lagi pula, siapa suruh kamu menyetir ngebut begitu. Saya 'kan sudah ngasih tahu kamu kalau ada mobil besar dan supaya berhati-hati juga!]Zsalsya yang merasa bahwa Endrick terlalu ingin memamerkan kemampuan drift-nya, membuat berpikir jika kejadian ini atas kesalahan Endrick."Kalau bukan karena kamu yang mengemudi terlalu cepat, mungkin tidak ada kejadian semacam ini," gumamnya dengan nada mengeluh.Endrick mendengarnya, tetapi ia berusaha menghiraukan hal itu.[Pokoknya hari ini kamu harus menemani saya. Lagi pula, kamu harus ingat kalau kita ini suami-istri!] Nadanya terdengar sangat tegas sampai membuat Kyora semakin panas saat mendengarnya.Sengaja Endrick mengatakan hal itu langsung di depan Kyora, agar wanita yang saban hari datang ke ruangannya itu segera pergi dan tidak mendekatinya lagi. Namun, begitu selesai mengatakan itu, ia langsung mengecilkan volume suara ponselnya ka
Kyora membalikkan badan dan langsung kembali duduk di tempat yang sebelumnya ia duduk, yang mana bersebelahan langsung dengan Endrick.Tak lama setelah kedatangan Kyora ke ruangan itu, suara pintu kembali terdengar dibuka. Endrick menoleh dengan antusias. Pada saat yang sama, Kyora berdiri ia pura-pura keseleo sampai menjatuhkan dirinya kepada Endrick, hingga posisi keduanya saling memeluk. Endrick tertindih tubuh Kyora.Zsalsya memasuki ruangan dan langkah kakinya langsung terhenti. Ia diam mematung dengan wajah datar memperhatikan Endrick dan Kyora yang saling menindih. Terlebih lagi, saat itu ia melihat tangan Endrick yang menyentuh pinggang Kyora."Zsalsya," gumam Endrick. Ia melepaskan tangannya dari Kyora.Kyora menoleh ke arah pintu dan langsung berdiri. "Maaf," katanya. Namun, jauh dari lubuk hati, ia merasa senang karena sudah membuat kacau suasana hati Zsalsya. "Aku yakin dia pasti marah kepada Endrick. Bagus. Dengan begini, akan terjadi kesalahpahaman besar di antara mere
Dengan sekuat tenaga, ia berhasil meraih tangan Zsalsya. Namun, pada saat yang sama ia ambruk ketika tak kuasa menahan sakit pada salah satu kakinya."Tunggu saya!" lirih Endrick seraya menahan sakit pada kakinya.Ia pun akhirnya tidak dapat lagi berjalan karena kini rasa sakit itu semakin kuat.Zsalsya yang merasa bahwa Endrick tidak bohong dengan apa yang dialaminya pun membuatnya segera berbalik. Ia segera menurunkan tubuhnya dan membantu Endrick berdiri, tetapi berat dan tidak bisa.Kepala pelayan yang juga ada di sana pun segera meminta pertolongan kepada dokter. Untungnya, dokter itu dengan gesit langsung membawa Endrick ke ruangan perawatan itu kembali."Tolong lakukan yang terbaik, Dok!" pinta kepala pelayan itu kepada dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan Endrick.Tanpa menunggu apapun lagi, saat itu juga dokter tersebut langsung memeriksa kondisi kesehatan Endrick. Semua diperiksa, terutama bagian kaki yang memang mengalami sakit yang parah."Bagaimana hasil pemeriks
"Baiklah, nanti kita bicarakan lagi hal ini.""Oh ya, saya punya ide, Om!" sahut Arzov dengan antusias."Ide apa?" tanya Firman dengan wajah serius."Bagaimana kalau sekalian adakan acara makan malam bersama?" Firman yang mendengar hal itu pun langsung setuju tanpa berpikir apa-apa lagi. "Sebaiknya kapan kita adakan acaranya?"Tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dengan Zsalsya, Firman langsung meminta keputusan pasti kepada Arzov. Hal inilah yang tidak disukai oleh Zsalsya, ia tidak suka karena Ayahnya langsung memutuskan begitu saja tanpa berpikir panjang. Padahal, dirinya berperan penting dalam hal ini."Akhirnya .... Sebentar lagi rencanaku pasti akan berhasil. Dengan begitu, akan semakin memudahkan aku untuk bisa menikahi Zsalsya!" batin Arzov bersemangat."Sepulang dari sini, aku mau menjenguk Zsalsya. Om mau ikut?" tanyanya.Firman melihat ke arah jam tangan. "Sepertinya pembicaraan ini kita sudahi dulu sampai sini." Firman beranjak dari kursi. "Kalau masih kurang, silak
Setelah berpikir selama beberapa detik dan nyaris menghabiskan waktu satu menit. Zsalsya pun akhirnya memutuskan."Nanti saya ngapain saja di sana?" tanya Zsalsya memastikan.Sebelum memutuskan sesuatu, ia berpikir bahwa memang sebaiknya memastikan sesuatu yang membuatnya penasaran."Kita sudah suami-istri, 'kan?" goda Endrick. Tetapi, ia masih jaga imagenya di depan Zsalsya."Jangan sembarangan! Kita ini cuma ...!" Zsalsya menekan suaranya dengan mata melotot ke arah Endrick, seolah memberikannya isyarat bahwa hubungan mereka palsu.Endrick meletakkan jari telunjuknya di bibir Zsalsya. "Ssttt! Jangan berisik! Nanti kalau ada yang dengar bagaimana?" Endrick berusaha memberi arahan kepada Zsalsya.Tentu saja, Zsalsya tidak mau jika sandiwara mereka sampai diketahui oleh orang luar. Tetapi, ia melihat ke sana kemari -- memastikan bahwa tak ada yang menguping pembicaraan mereka di sana."Tidak ada orang di sini. Siapa yang mau lihat?" Lantas, Endrick pun menunjuk pada sebuah sudut ruang
Sambungan telepon yang tiba-tiba saja dimatikan itu membuat Nana seketika merasa kesal. Bagaimana tidak, segalanya menjadi seperti tak terarah. Rencana awalnya terganggu dan kini ia bingung entah harus bagaimana."Ugh! Dia itu benar-benar .... Awas saja, sekarang aku akan menyusul ke sana!" ucapnya dengan kesal. Ia segera bangkit dari tempat duduknya dan langsung pergi.Kala itu, ia sedang duduk di lobi. Sebelumnya, ia memang tengah menunggu Arzov untuk makan siang. Tetapi, rupanya tidak jadi. Rencana yang telah ia atur sedemikian rupa harus ia urungkan.Ketika hendak melangkah keluar, tiba-tiba saja ia berpapasan dengan Firman yang memang baru saja kembali setelah makan siang di luar dengan Arzov."Kamu mau pergi ke mana?" tanya Firman. Nana mendongak, ia menghentikan langkah kakinya. Tangannya agak menggaruk leher seolah tengah mencari alasan atas apa yang akan ia lakukan."Ada sedikit urusan mendadak, Pa. Tidak apa-apa, 'kan, kalau aku mau keluar sebentar?" tanyanya."Sudah waktu