Bab 37. Jalan-Jalan Ala Rakyat Jelata.
Wanita itu mahluk yang paling absurd, pikir Arkan, bahkan yang menurut Arkan bukan masalah akan menajadi masalah untuk Evellyn. dan Ervan menginginkan dua wanita sekaligus.Oh my good... Arkan meraup mukanya, entah apa yang akan terjadi pada sahabatnya nanti, saat keduanya merajuk, Arkan nyengir-nyengir sendiri membayangkan wajah Ervan yang kusut tak bergairah.Oh, no. Jika Ervan seperti itu, siapa yang akan dia andalkan. Arkan mengacak rambutnya frutasi. Dan dia segera tersadar." kenapa Ervan yang mau punya istri dua dia yang pusing," pikir lelaki tampan itu menyadari kebodohannya yang mengurusi urusan orang lain.Sore ini Arkan kembali berada di ruangan yang pernah dia datangi, berbincang bersama seorang wanita cantik berparas ayu, yang memiliki tutur kata lembut. Bahkan si Dokter ayu ini rela mengcancel beberapa janji dengan beberapa pasien begitu Ervan membuat janji dengannya.ArkaBab 38. Pilih salah satu. Ervan terdiam di parkiran mobil, dari kedua wanita ini siapa dulu yang akan Ia jemput. Kalau dari jarak, lebih dekat rumah Lirna dengan cafe. Namun, dia tak ingin dijemput belakangan."Gak apa aku kerumah Indah dulu, pokoknya aku gak mau di jemput belakangan," Ketus Lirna tadi melalui sambungan telpon. Pun demikian dengan Indah dia tak Ingin di jemput belakangan. " Aku gak mau tau, Pokoknya aku gak mau dijemput belakangan," terdengar nada kesal ditelinga Ervan. Ervan duduk di depan setir dan mengambil gawainya, jari-jarinya lincah mengetikkan sesuatu pada gawai digenggamannya. Setelah selesai dia melajukan mobil, bibirnya terlihat tertarik kebelakang, senyum muncul pada bibirnya. "Ervan Attarazka, tak ada masalah yang tak dapat aku selesaikan," gumamnya bangga.Ervan sampai lebih dulu di tempatnya ingin membawa kedua gadisnya. Lelaki itu sudah menunggu di depan restoran. Ervan mengenakan ja
Bab 39. Kamu pasti bisa. Arkan memindik masuk ke dalam rumah, rupanya Evellyn sedang memasak, tumben belum selesai pikir Arkan. Lelaki tampan itu masih berjalan mendekati wanitanya dengan memindik, terlihat Evellyn mematikan kompor dan mencuci tangannya. Rambutnya diikat cepol, lehernya terekspos indah. Dengan perlahan Arkan melingkarkan tangan nya pada perut ramping istrinya dari belakang dan berkata, " Masak apa, Evee...."Dengan gerakan sigap Evellyn menyikut perut Arkan, gerakan yang beberapa kali Dina ajrkan untuk melindungi diri. Aduuhhh... Lelaki maskulin itu memgerang sedikit memundurkan tubuhnya. Namun, tak jua mengendorkan pelukan."Iiihhhh... Kebiasaan, ngagetin," ucap Evellyn kesal membalikkan badannya dan memukuli Arkan yang pasrah menerima pukulan juga cubitan yang dilayangkan Evellyn. "Seneng ya, kalo aku jantungan, biar bisa cari lagi yang lebih cant-." Evellyn tak dapat melanjutkan ucapannya karna Arkan tak m
Bab 40 Berakhir atau lanjut. "Sayang, aku cuma bercanda, ampuuun, udah adzan nanti kesiangan," Evellyn memberontak menggeleng-gelengkan wajah saat Arkan mencoba menciuminya. Arkan bangun dan membopong istrinya menuju kamar mandi, kebiasaannya sebelum solat selalu mandi pagi.Evellyn meraba bekas luka di bagian perut suaminya ketika menggosok tubuh Arkan."Sayang, kamu terluka." Evellyn mengelus luka tersebut. "Tak apa nanti juga sembuh," ujar Arkan. "Maaf ya, sayang," ucap Evellyn lagi.Setelah selesai melakukan ibadah kepada Tuhannya. Arkan naik lagi keatas tempat tidur." ko tidur lagi? Emang libur? "Sini."Arkan menjentikkan jarinya menyuruh Istrinya mendekat. "Aku mau bikin kopi." Seperti biasa lelaki itu tak ingin di bantah. Arkan diam, memandang istrinya yang sedang melipat mukena.Evellyn seoalah abai pada tatapan suaminya dia berlalu ke arah pintu tetapi dengan sigap Arkan lonc
Bab 41. kejutan jadi petaka.Wanita itu masuk dan duduk di pangkuan suaminya, netranya melirik sesuatu di kolong meja suaminya. "Makan, yuk," ajak Evellyn. Dengan cepat Arkan mengangguk dan pergi keluar kantor. "Sayang tadi ada tamu siapa? " tanya Evellyn saat memasuki lift. "Biasa kolega," jawab Arkan sedikit menekan intonasi bicara agar tak terdeteksi berbohong. Dia mengambil telpon selularnya mengirimkan pesan pada Indah untuk membuang hadiah yang tadi di berikan Allena. "Eve. Kau mau makan apa? " tanya Arkan saat mereka memasuki mobil. "Apa saja," jawab Evellyn acuh. "Makanan jepang mau? " tanya Arkan lagi memastikan sebelum mobil keluar dari area parkir. "Hari ini aku sedang tak ingin makan itu," ucap Evellyn memperhatikan kuku tangannya."Lalu, mau apa? " tanya Arkan lagi, masih mode sabar. "Kan aku bilang apa aja, sayang." Evellyn merangkul suaminya dan menyandarkan kepala di dad
Bab 42. Sama-sama Marah. Evellyn terjingkat mendengar suara Arkan yang menggelegar, baru kali ini dia melihat dan mendengar Arkan marah dengan mengeluarkan suara keras. Wanita berhidung bangir itu memundurkan langkah ketika suaminya melangkah maju mendekatinya dengan tatapan marah. Dengan keras Arkan menarik istrinya ke dalam kamar mandi dan menghapus seluruh make up diwajah istrinya. Bahkan dia tak menghiraukan rintihan istrinya yang mengatakan dia menyakitinya. Hanya tangisan Evellyn yang terdengar, Namun hati lelaki itu seperti mengeras. Tak ada belas kasih. Setelah selesai menghapus riasan wanitanya lelaki tampan yang terlihat begitu marah itu mengganti pakaian istrinya. Arkan pun keluar dari kamar membawa bantal dan selimut setelah memberingkan Evellyn dan menyelimutinya, dia tak habis pikir apa yang ada dipikiran istrinya.Evellyn menangis sepanjang malam, mereka melewati malam dengan perut kosong dan tidur t
Bab 43 Ngedate. "Kayanya kalau rencana kita dijalankan aku harus risaign dari kantor, gak mau aku liat Pak Ervan terus, nanti bukannya dia yang galau jadi aku yang galau, " ucap Indah lesu.Tempat Indah kerja sekarang merupakan perusahaan bonafid, sulit sekali bisa berada di sini, jika Indah memutuskan risain akan kerja di mana? mana ada perusahaan yang menerimanya tanpa alasan, dan tanpa surat keterangan bekerja dengan baik diperusahaan ini, pikir Indah. "Ya sudah kita pikirkan matang-matang dulu," ucap Lirna sebelum memutuskan sambungan telpon. Setelah menyantap makan siang yang disiap kan Indah tadi Evellyn berkemas pulang, sebelum ia pulang Arkan memanggil Indah dan memberi ultimatum jika Allena datang katakan ia tak ingin Allena muncul lagi dihadapan Arkan. Lelaki itu pun menelpon security front office agar tak memperbolehkan Allena masuk ke dalam gedung, dan juga dia menelfon Ervan untuk memberikan peringatan
Bab 44 Bagaimana Rasanya? Senja menyapa, mereka pun terlihat lelah. "Kak, Tuan, Terimakasih ya, " ucap Indah saat mobil Arkan melintas."Kenapa mereka belum pulang?" tanya Evellyn pada lelaki tampan di sampingnya. "Belum deal, siapa yang akan diantar pulang duluan," ucap Arkan rileks. "Sini," Arkan menepuk dadanya."Iissshhh, aku berkeringat bau juga," ucap Evellyn risih di suruh mendekati lelakinya. Arkan hanya melirik istrinya, tanpa berkata Evellyn pun beringsut menggeser pantatnya mendekati suaminya, dihirupnya dada suaminya saat kepalanya sudah dia sandarkan pada dada bidang suaminya. Orang kaya biar abis keringetan tetep wangi, monolog Evellyn. Tanpa sadar mereka terlelap, hingga mobil yang mereka tumpangi sudah sampai diparkiran Apartmen. "Tuan," ucap sopir membangunkan tuannya dengan pelan. Arkan mengerjapkan mata, menyadari dia sudah sampai. "Oohh sudah sampai, Pak?""
Bab. 45. Bimbang."Lirna kita harus bicara," ucap Indah lewat sambungan telpon, Indah harus memastikan keputusannya benar."Oohh, oke, lusa kita ketemu di kafe asik jam 6 setelah aku dari kantor," ucap Indah lagi, membuat janji dengan Lirna. "Indah kamu hari ini terlihat tidak bersemangat, ada apa? " tanya Ervan saat wanita yang berprofesi sebagai sekretaris itu membawakannya kopi setelah rapat direksi. "Nggak, kenapa-kenapa, Pak! " jawab Indah lesu. "Makan siang bareng, yuk," ajak Ervan. "Rapatnya 'kan belum selesai Pak, nanti terburu-buru.""Kita makan di kafe bawah, aja," Bujuk Ervan. Netra lelaki tampan itu memandang wanita yang sedang berdiri di hadapannya dengan intens. "Gak usah Pak, nanti dikira kita ada hubungan," ucap Indah dengan suara lirih. "Loh, 'kan kita memang ada hubungan, aku akan segera menikahi kalian," ucap Ervan mantap. In