“Kenapa kamu di sini?” tanya Aluna sambil menatap sekitar. “Kembalilah ke kamar kamu. Grace pasti mencari kamu.” Ethan hanya diam sebelum melangkah dan menarik Aluna sampai masuk ke dalam kamar. “Ethan—” Aluna terserentak. Apalagi ketika ingin berbicara, Ethan telah mengunci pintu. “Ethan jangan sembarangan bertindak. Ada banyak orang di sini.” Aluna menghela nafas. Dirinya sungguh dilanda ketakutan! “Aku tidak peduli.” Ethan mendekat. Mengusap pipi Aluna. “Kau tahu apa kesalahanmu?” Aluna mendongak. “Tahu.” “Apa?” Ethan mendekat—membuat Aluna mundur sampai membentur tembok. “Aku mengobrol dengan Bobby. Tapi itu bukan kesalahan—” Aluna terdiam sebentar saat menyadari dirinya sepenuhnya berada di dalam kurungan pria itu. “Bobby teman kamu. Aku tidak mengobrol dengan pria lain, karena dia teman kamu. Dia juga tidak punya maksud lain selain hanya mengajakku bicara.” “Meskipun dia temanku, tetap saja kalian tidak boleh berbicara terlalu lama.” Ethan yang penuh dengan
Mendengar teriakan yang menggelegar dari balik pintu itu, membuat Aluna gelagapan. “Sembunyi!” menarik tubuh Ethan yang besar itu agar bangun. Sayangnya Ethan tidak semudah itu mau menuruti Aluna. “Ethan!” bisik Aluna. “Ayo sembunyi!” Tubuh Aluna yang kecil ini harus berperang dengan tubuh Ethan yang besar dan tinggi menjulang. Ia mendorong tubuh Ethan masuk ke dalam kamar mandi. “Sial,” umpat Ethan. Aluna berjinjit—mengecup bibir pria itu dengan singkat. “Jangan marah. Aku yakin ini tidak akan lama.” Kemudian menutup pintu kamar mandi. Aluna mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum membuka pintu kamar. “Hai,” sapanya pada Grace yang sudah berdiri di hadapannya. “Aluna aku ingin memberimu sesuatu.” Grace langsung masuk begitu saja. Aluna dengan was-was mengikut Grace. “Aku memberimu bikini.” Grace menaruh paper bag itu di atas kasur. “Bikini?” tanya Aluna dengan kaget. “Iya.” Grace mengambil bikini tersebut dari dalam paper bag. “Aku membelinya, tapi
Duduk di sebuah bangku sendirian. Menggunakan kaos dan celana pendek. Mengamati orang-orang yang sedang berpasangan. Betapa mengenaskan menjadi Aluna. Melihat wanita di sini yang menggunakan bikin begitu seksi. Mereka terlihat percaya diri menggunakan kain yang begitu minim itu. Ada pria yang tidak tahu malu! Wiliam itu memang tidak tahu malu dari dulu. Lihat saja, dibangkunya berseama seorang wanita dan berciuman dengan mesra. Aduh! Jika saja ada polisi lewat, mereka bisa ditangkap karena bermesraan di tempat umum!Aluna menyeruput jusnya dengan menatap hamparan laut di hadapannya. Tuk!Kepalanya dilembar oleh bungkus snack dari samping. “Wlee.” Bobby mengejeknya. Aluna berdecak. Menatap pria itu tajam dan menunjukkan jari tengahnya. “Kasihan,” ucap Bobby pelan namun bisa didengar oleh Aluna. Aluna mengepalkan tangannya ke atas. “Mau aku hajar?” Bobby itu paling suka menjahili Aluna. Ada saja tingkahnya yang membuat Aluna kesal setengah mati. Pria itu kembali melempar Alun
“Apa aku terlambat?” tanyanya. Grace memeluk pria itu. “Sangat terlambat, kak. Kau sangat terlambat.” Gerald tersenyum. “Apa kau bersenang-senang di sini?” tanyanya. “Lumayan.” Grace menarik Aluna. “Ini temanku, Aluna. Dia bekerja di Winston.” Gerald memandang Aluna dari atas hingga bawah sebelum mengulurkan tangannya. “Gerald, kakak Grace.” “Aluna,” Menjabat tangan Gerald. Namun Aluna begitu terkejut saat Gerald tiba-tiba mencium punggung tangannya. “Nama yang cantik seperti orangnya.” Gerald tersenyum manis. “Kalian bersama saja. Aluna kakakku ini belum menikah dan tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.” Grace malah mempromosikan kakaknya. “Aluna aku harap kau tidak punya kekasih. Kalau pun punya, aku yakin kekasihmu tidak lebih hebat dan tampan dari kakakku.” “A-aku—” bibir Aluna terasa begitu kelu. Semua orang sedang menatapnya. Apalagi pria yang berdiri tidak jauh dari mereka. Seorang pria yang menatapnya begitu tajam. “Sebenarnya aku..” Aluna t
Dilihatnya Ethan. Pria itu sudah menggunakan pakaian untuk surfing. “Sudah siap?” tanya Aluna. Ethan malah memeluknya. “Aku tidak akan membiarkanmu berkencan dengannya.” Aluna mengangguk. “Semoga menang.” “Sial,” umpat Ethan. “Dipikir siapa dia? Lebih hebat dan lebih tampan dariku?” Ethan berdecih. “Hah!” brak! Menggebrak pintu. “Heh Ethan.” Aluna melotot sembari mengambil tangan Ethan. “Jangan memukulnya,” ucapnya. Mengusap tangan Ethan. “Jangan membuat keributan, jangan sampai ada orang yang tahu kita di sini.” Ethan menatap tangan mungil Aluna yang memegang tangannya. “Pokoknya aku akan menang, bagaimanapun caranya.” Ethan mengusap pipi Aluna. “Tunggu.” Ethan mengusap bahu Aluna. Bahkan menggosoknya! “Kenapa?” Aluna mengernyit. “Ada kotoran?” “Tidak.” Ethan mengusap bahu Aluna. “Menghilangkan jejak tangan Bobby yang menyentuhmu.” “Astaga.” Aluna mengusap dadanya. “Padahal kamu sendiri yang meminta bantuannya.” Aluna mendegus. “Aku tahu, kamu menyuruh
Pertandingan dimulai. Aluna duduk di pinggir pantai dengan tenang, meskipun sebenarnya hatinya tidak!Siapa juga yang ingin berkencan dengan pria asing?Aluna bukannya sok jual mahal. Tapi sudah cukup, ia tidak ingin terlibat secara jauh dengan keluarga Grace. “Apa yang kau harapkan? Aku jadi penasaran?” tanya Wiliam. Aluna menggeser tubuhnya menjauhi Wiliam. Memlih untuk tidak menjawab. “Sepertinya kau sangat membenciku ya?” tanya Wiliam. Berkacak pinggang menatap Aluna yang sama sekali tidak berkutik. Tidak ada niat untuk membalas pertanyaannya. “Hei! Aku berbicara denganmu!” Wiliam berdecih. “Dasar perempuan sialan,” umpat Wiliam. Aluna akhirnya melirik pria itu. seringaian pria itu membuat Aluna mengepalkan tangan. “Ethan hanya menjadikanmu bahan mainan, jangan terlalu percaya diri.” Wiliam tertawa. “Sikapmu yang sombong ini seolah-olah kau menjadi ratu Ethan.” “Ratunya Ethan yang sebenarnya itu—” menunjuk Grace yang berdiri lumayan jauh dari mereka. “Grace Salim. Kelua
Beberapa menit sebelum Aluna pingsan. Ethan yang sedang fokus berselancar tidak sengaja melihat Aluna yang sedang berdebat dengan temannya. Ethan melihat Aluna yang memegangi kepala. Tanpa ia sadari—karena tidak fokus. Akhirnya ia terjatuh di dahului oleh Gerald. Sial! Kali ini keberuntungan memang tidak berpihak padanya. “Aku menang,” ucap Gerald. Aluna mendongak. Yang ia lihat wajah Gerald begitu dekat dengannya. Belum sempat menjawab—tubuhnya terasa begitu lemas. Pada akhirnya berakhir pingsan. “Aluna!” teriak orang yang ada di sana. Ethan hanya bisa menatap tubuh Aluna yang diangkat oleh pria lain. Lagi-lagi ia harus mengumpat untuk melampiaskan kekesalannya. Karena hubungannya dengan Aluna harus dirahasiakan. Ia membiarkan Aluna disentuh dan digendong pria lain. “Aaaargh!!!” menendang kursi yang ada di sana. ~~Tidak tahu berapa lama tertidur—Aluna membuka matanya juga. Yang pertama ia lihat seorang pria yang duduk menunduk. Pria yang memiliki warna rambut cokelat.
Ethan menarik pinggang Aluna. “Tubuhmu candu, Aluna.” Ethan menyatukan bibir mereka. Aluna memejamkan mata—kedua tangannya mengalun di leher Ethan. “Besok sore kita kembali. pulanglah ke Mansionku.” Ethan mengusap bibir bawah Aluna. Aluna menggeleng. “Aku akan pulang.” “Ke mana?” “Ke kampung. Aku sudah meminta hari libur dan kamu setuju. Jangan melarangku!” peringat Aluna. Ethan mengernyit. “Benarkah? Sepertinya aku lupa.” “Ethan!” teriak Aluna kesal. Ethan membekap bibir Aluna. “Akhir-akhir ini kau sering berteriak. Orang-orang akan tahu kita.” Aluna melepaskan tangan Ethan dari bibirnya. “Iya, aku lupa.” “Bagaimana kalau liburnya nanti-nati saja. Besok datanglah ke mansionsku. Aku akan memberikanmu sesuatu. Aku akan membelikanmu apapun yang kau mau.” Jangan sampai tergoda dengan rayuan maut Ethan. Aluna tidak bisa menunda pulang lagi. karena Gio sudah menantikannya, ia juga sudah merindukan putra semata wayangnya itu. “Tidak!” Aluna mencebikkan kesal. “Te