“Kamu brengsek! Aku membencimu seumur hidupku, kamu keterlaluan!” Calantha terkejut ketika mendapati dirinya terbangun tanpa sehelai benang di samping seorang pria yang tak lain adalah calon iparnya, Alessandro Javier alias Al. Sial, tragedi itu membuat perjodohan antara Al dan saudari kembarnya batal. Bahkan, bukannya membantu menjelaskan kesalahpahaman, Al menambah masalah semakin pelik. Hingga Calantha dan Al terikat pernikahan paksa. Calantha pikir, nasib buruk usai, ternyata dugaannya salah, masalah datang silih berganti. Selain itu ditemukan fakta-fakta baru, termasuk rahasia besar yang selama ini tersembunyi rapi.
Lihat lebih banyak“Al, aku mau ke kantor,” ucap Cal baru saja memasuki ruang kerja di rumah.Dua hari ini Cal diberikan cuti, sedangkan Al bekerja dari rumah. Ia tidak peduli meskipun mendapat teguran dari para direksi. Bahkan pria itu memundurkan jadwal keberangkatannya ke Kota Zurich karena tidak mau meninggalkan sang istri dalam keadaan berantakan.“Bosmu juga bekerja dari rumah, kenapa kamu harus ke kantor?” sahut pria itu sembari membuka helaian kertas laporan yang diberikan asisten pribadi.“Mereka semua juga pegawaimu, tapi masuk kerja. Apalagi Xavi sibuk bolak-balik rumah dan kantor.” Cal menghentak kaki, dan bibir tipisnya maju beberapa senti.Tentu saja Al kehilangan fokus, bagi pria itu tingkah sang istri teramat menggemaskan dan memaksanya mengakhiri kegiatan kerja. Al beranjak dari kursi beralih mendekati Cal dan merangkum pipi yang sedikit berisi lalu mengecup bibir glossy-nya.Selepas pagutan, Al berkata dengan lembut, “Karena kamu Calantha, kamu Nyonya Muda Torres, berbeda dengan mereka
“Menurutmu apa?” balas pria itu ambigu. ‘Sekarang … izinkan aku menebusnya Cal,’ lanjut Al dalam hati. Sedangkan Cal tercenung, ia sungguh tidak menyangka pria yang lima tahun lalu ditinggalkannya itu masih tetap … memiliki perasaan sama. Wanita itu menyahut, “A-aku tidak tahu Al.” Tiba-tiba Al menyentil kening Cal membuatnya meringis pelan. Wanita itu mengusap kulitnya yang terasa panas akibat ulah sang suami. “Tinggalkan masa lalu yang menyakitkan itu Cal!” tegas Al. Akan tetapi sorot mata pria itu menyiratkan sesuatu. “Kita harus hidup bahagia dan bersama-sama sampai tua,” sambung Al. Cal mengangguk patuh mendengar kata-kata itu. Bahkan ia mengesampingkan perasaan bersalahnya pada Clair yang saat ini masih mengharapkan Al. ** Sudah dua hari ini Cal mengambil cuti untuk menenangkan pikiran dan berdiam diri di rumah. Sama halnya dengan Al tidak masuk kerja demi mengawasi serta melindungi wanitanya. Bahkan, pria itu mengurangi intensitas komunikasi dengan Clair. “Janga
“Calantha?!” Al memekik melihat istrinya luruh di atas lantai. Tubuh kurus Cal bergetar, seketika air matanya menganak sungai. Ia terlempar ke masa lalu dan dua tangannya langsung memegangi perut yang tiba-tiba merasa sakit. Bahkan wanita itu berhalusinai terdapat genangan darah di sekitarnya. “Cal?!” ulang Al. Ia langsung merangkul pundak rapuh itu. Kemudian pria itu melirik para pelayan yang mematung melihat peristiwa mencengangkan, dan memberi perintah, “Hubungi Xavi! Katakan untuk mencari kurir pengirim terror ini!” “A-nakku,” lirih Cal. Ia tetap meremas perutnya sambil sesenggukan. “D-dia meninggal. Anakku dibunuh,” racau wanita itu dan langsung kehilangan kesadaran. Al bergegas menggedong Cal dan membawanya kembali ke kamar, kemudian menghubungi dokter. Sambil menunggu, pria itu menghubungi asisten pribadinya dan duduk di samping tempat tidur. “Aku tidak mau tahu, dapatkan orang itu hari ini juga!” [Tapi Tuan, setelah saya periksa pelat nomor mobilnya palsu.] “Apa?!
“Apa yang kamu pikirkan, istriku?” celetuk Al. Pria itu berdiri tepat di balik punggung wanitanya.Sejak semalam, Cal selalu terngiang saran serta peringatan dari Abuela. Walaupun wanita sepuh itu tampak mendukung Cal, tetapi jalannya tidak mudah untuk mempertahankan posisi. Bahkan pagi ini ia kembali mendengar suara lembut Al sedang menelepon seseorang di balkon. “Kamu,” jawab Cal dengan enteng. Ia tidak membalik badan dari depan dinding kaca berukuran besar di ruang kerja CEO.“Aku?” Al menunjuk dada bidangnya. Ia kembali bertanya, “Kamu merindukan suamimu?” Al mengecup daun telinga dan tengkuk wanita itu yang beraroma segarnya buah jeruk bercampur jasmine. Ia berbisik sensual, “Padahal aku hanya sebentar di luar ruangan.”Cal tersenyum masam dan menunduk, sehingga Al semakin mudah melabuhkan kecupan pada tengkuknya. Beberapa detik kemudian, ia mengangkat kepala dan memutar badan menghadap pria itu.Namun, Al lebih dulu menggendong Cal dan membawanya ke ruang istirahat. Keduanya be
“Dia keras kepala,” gumam Cal.Cal menatap tanpa ekspresi ke arah Al yang sedang melambaikan tangan. Pria itu telah bersiap di balik garis start, bersama jajaran pembalap motor lainnya. Meskipun Al bilang untuk menghibur, justru Cal merasa sebaliknya.Setelah sesi balapan motor selesai, Al segera menghampiri Cal di tribun penonton. Tampaknya usaha pria itu tidak membuahkan hasil, sebab paras cantik wanitanya tetap memacarka aura dingin.“Jadi usahaku sia-sia?” Al bergumam tepat di depan Cal yang melipat tangan depan dada. Pria itu mencondongkan tubuh, dan bicara, “Mau jalan-jalan atau pulang?“Cal menggeleng kepala, memberi jawaban ambigu. Ia merasa tidak dihargai oleh sang suami. Buktinya, Al terlalu menganggap remeh sebuah kata maaf. Seenaknya saja pria itu memberikan gratifikasi pada Cal berupa balapan.“Bicaralah Cal, jangan seperti ini!” Al meraih pergelangan tangan Cal. Ia mendekap erat tubuh ramping. Pria itu juga tidak peduli tindakannya ditonton banyak orang. “Maaf,” gumam Al
“Tidak apa Cal. Itu memang … kewajibannya,” gumam Cal. Ia kembali duduk di tepi ranjang. Beberapa menit kemudian, Al telah selesai mandi. Ia tersenyum merekah, wajah rupawannya semakin bersinar. Ditambah balutan handuk putih yang melilit pinggang berotot serta tetesan air membasahi bahu dan dada bidang. Cal memalingkan muka. Tidak dipungkiri, ia memang terkesima, tetapi itu hanya sebentar karena kekecewaannya jauh lebih besar. “Bagaimana kabarnya? Aku dengar dia mulai menjalani terapi?” celetuk Cal. Mendadak raut wajah Al berubah tegang, lantas melirik ponsel yang berkedip di atas nakas. Pria itu lekas memeriksa, ternyata Clair menghubunginya beberapa kali. “Cal, ini tidak seperti dugaanmu. Aku bisa jelaskan.” Al mencampakkan ponsel ke atas kasur, lalu mengikis jarak dengan Cal. Al berniat duduk di sisi wanitanya. Sayang, Cal berdiri, mengabaikan pria itu. Kemudian ia berjalan menuju pintu, dan memegang gagangnya. Sebelum keluar kamar, ia menolehkan kepala. Cal berucap lirih,
Beberapa hari kemudian. “Sebenarnya dia pergi ke mana?” gumam Cal di dalam mobil. Pagi ini, Al berangkat lebih awal, entah ke mana tujuannya, sebab tergesa-gesa. Hingga siang hari, pria itu tidak masuk kantor, bahkan ketika Cal mengantar dokumen penting ke ruangan Xavi, ia merasa ganjil, karena keduanya mendadak menghilang tanpa kabar. Termasuk Al yang tidak memberikan kabar apa pun. Setelah pulang kerja, Cal mampir ke WellCoffee, menunggu Mitha. Hari ini ia merasa … kesepian hingga menginginkan secangkir kopi sebagai pelepas penat. “Maaf aku terlambat,” ucap Mitha baru saja duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. Kakak sepupu itu memicingkan mata. “Kamu minum kopi? Lionel bilang, aku harus menjagamu, termasuk makanan dan minuman!” Tangan Mitha terjulur hendak meraih cangkir. Akan tetapi Cal lebih cepat menarik gagang cangkir, lalu meneguknya hingga tandas. Kemudian, ia memandangi cangkir kosong itu sambil melipat tangan di atas meja. “Kamu sakit? Wajahmu pucat Cal.” Mitha me
“Kenapa kamu lama sekali? Apa yang terjadi?” Resah Al tidak memedulikan saat ini berada di mana.Lagi, meskipun tubuhnya gemetaran, Cal menutupinya, menyembunyikan ketidaknyamanan dari suami. Ia mengedarkan pandangan, khawatir terdapat wanita lain di toilet, tetapi kosong.“Ini toilet wanita, sebaiknya kamu keluar!” titah Cal mengibaskan tangan. “Tidak tanpamu!” tolak suara tegas.Pintu terbuka, seorang wanita hendak masuk, Cal memutuskan mengalah. Ia tidak mau suaminya diberitakan miring. Wanita itu bergegas menarik tangan Al, membawanya keluar.Di depan pintu toilet, Al mengerutkan kening, dua tangannya menangkup pipi tirus. “Kamu sakit? Kulitmu pucat.” “Kamu salah lihat Al! Ayo kembali kantor!” sahut bibir berwarna nude, melepaskan diri dan berjalan lebi dulu.“Kita ke rumah sakit,” ucap Al setelah berhsil mensejajarkan diri.Bukannya menjawab, ekor mata Cal melirik tajam sang suami, tetapi ia memilih menut
“Kenapa dia belum ke kamar?” gumam Cal, seusai keluar dari kamar mandi. Sebenarnya ia sempat menyusul Al, tetapi pria itu tampak serius berbincang melalui telepon. Tidak ingin mengganggu, Cal memutuskan ke kamar untuk membersihkan diri. Sekarang, wanita itu bergegas turun ke lantai satu, mencari suaminya. Di tengah tangga Cal berhenti, ia memandangi cahaya redup, tetapi telinganya mendengar suara bising dari dapur. Seketika ia menajamkan pendengaran dan berlari menuju dapur. “Apa yang terjadi? Di mana Al?” tanyanya pada dua orang pelayan yang sedang sibuk berdiskusi. “Tuan, di taman,” jawab salah satunya sambil menundukkan kepala. Alih-alih melangkah menuju taman, justru Cal tertarik pada sesuatu di balik punggung dua orang itu. Ia mengedik dagu, seolah memberi isyarat pada maid untuk memberinya celah. Alangkah terkejutnya Cal mendapati beberapa menu makanan khas Asia, kesukaannya. “Jangan dibuang!” seru Cal, sempat mendengar percakapan pelayan. Wanita itu melangkah lebar me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.