‘’Apa kamu tidak rindu aku, Mas?’’ lirih Valerie di tengah ciuman panas itu.
‘’Sangat. Menurutmu kenapa mas di sini?’’
‘’Apa kamu tidak ingat kalau kita sering mandi bersama? Berenang tanpa busana?’’
‘’Mas ingat, Sayang,’’ desah Leo mengawang. Semakin diingat, semakin panas pula Leo menautkan bibir keduanya.
Leo menahan wajah Valerie. Menyusupkan tangan ke tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka hingga tanpa sadar handuk Valerie turun begitu saja.
Napas Leo kian memburu ketika payudara kencang itu terlihat.
‘’Kalau iya kenapa? Dia juga pernah jadi suamiku.’’‘’Dasar jalang!’’‘’Biarpun aku jalang, tapi aku jalang yang bisa mewujudkan keinginan mertua kita.’’Emosi Vania seakan memuncak seiring Valerie menghempaskan tangannya disertai senyum tipis.Vania terpaku di tempatnya berdiri. Dahulu, Vania lah prioritas Naya dan Arka. Namun kali ini, lidah Vania seakan kelu tak mampu menyangkal, bila ucapan Valerie memang benar.‘’Ini, aku ingin mengembalikan ponselnya yang ketinggalan.’’‘’Ka
‘’Tunggu!’’Alin menghentikan Valerie yang ingin masuk ke dalam mobil.Baru ini Alin berbicara dengannya padahal sebelumnya tak pernah.‘’Ada apa, Kak?’’Manik Alin tertuju pada lantai dua di rumah itu. Tidak ada yang tau kecuali dirinya apa yang terjadi Vania.Vania seperti orang stress, bicara sendiri dan seperti orang ketakutan. Dan Alin yakin semua itu disebabkan karena Valerie.Dari kaca mata Alin, Valerie adalah wanita baik. Namun semua yang menimpa Valerie telah merubahnya menjadi wanita jahat tak berbelas kasih lagi.
‘’Kak, apa yang terjadi pada Vania?’’Leo kaget begitu tiba di kamar, Vania sudah terbaring di tempat tidur sementara Alin tengah membersihkan kamar.Alin sengaja tidak menyuruh ART karena, khawatir mereka mengadu pada Naya dan Arka.‘’Kayaknya kakak gak perlu jelasin lagi deh.’’Alin berhenti mengayunkan batang sapu. Dan lebih tertarik menatap Leo layaknya singa lapar yang tengah melihat seekor rusa.Leo pura-pura tidak tau atau memang masa bodoh terhadap Vania, yang jelas Alin tidak menyangka bila cara Leo menyakiti Vania, melebihi cara Rendi menyakitinya.
Dua minggu berlalu…Sekalipun tubuhnya masih lemah, Vania berusaha menyiapkan keperluan Leo untuk ke kantor.Mengabaikan hati dan perasaannya, demi menjalankan peran sebagai seorang istri.Sedangkan Leo, sibuk menghubungi Valerie.Nomor lama maupun baru, keduanya masih saja tidak aktif.Leo dibuat tak tenang dan Leo langsung merubah ekspresinya saat Vania menghampiri.‘’Kamu sudah baikan?’’Vania mengangguk lemah namun wajahnya masih pucat. Lalu segera pergi karena melihat nama Valerie muncul di gawai.
‘’Lalu bagaimana dengan yang kemarin? Apa itu juga termasuk pelecehan?’’Leo bicara dalam jarak beberapa senti saja dengan wajah Valerie. Tapi Valerie membuang wajah ke arah berlawanan tak mau menjawab pertanyaa konyol Leo.‘’Jawab, Sayang. Apa itu juga termasuk pelecehan? Bukankah kamu juga menikmatinya?’’Valerie kian terdesak karena Leo kian menempelkan tubuhnya hingga mengenai payudara Valerie.‘’Mas, sakit! Lepaskan aku!’’‘’Mas akan lepaskan bila kamu berjanji untuk tidak menghindari mas lagi.’’
‘’Papi, mami, izinkan Valerie kembali ke Jakarta, ya.’’‘’Kenapa, Nak? Apa kamu tidak betah di sini?’’ tanya Arka.Sementara itu, Naya hampir tersedak mendengar Valerie bicara demikian. Ryan dalam gendongan sang kakek pun, ikut melihat sang ibu.Bukan tanpa alasan Valerie mengundang Arka dan Naya ke apartemenya. Tujuan Valerie memang ingin membahas hal ini.‘’Atau, karena kamu tidak nyaman dengan posisimu sekarang?’’Kediaman Valerie membenarkan dugaan Naya.‘’Sudah cukup Valerie berada di tengah-tengah
‘’Kamu satu penerbangan sama beliau?’’Valerie menggeleng tak kau karena merasa tidak melihat dokter Davi di pesawat. Valerie terlalu disibukkan dengan Ryan karena menangis terus-menerus.‘’Berarti kalau aku ke rumah sakit besok, udah pasti beliau ada dong. Kamu temenin aku, Val.’’‘’Gak perlu diminta pun aku bakal temenin kamu, Del.’’Delia tersenyum penuh arti. Senang mendengar jawaban sahabatnya.***Begitu mendengar Valerie sudah tidak di Kalimantan, Leo langsung terbang ke Jakarta. Tanpa membawa Vania karena terlalu
‘’Sial, sial, sial.’’ Leo membasuh muka lalu beradu tatap dengan pantulan diri pada cermin di atas wastafel. Tapi tetap saja, bayangnya sendiri pun berubah jadi Valerie. Mas, Valerie rindu. Mas mau Valerie masakin apa? Mas, Valerie ngidam pepaya lagi. Ambilin ya. Tangan Leo perlahan bergerak ke depan, ingin menyentuh wanita yang barusan bertutur lembut nan manja tersebut. Namun benda padat yang membuat jari Leo gagal menyentuh Valerie itu menyadarkannya jika Valerie begitu jauh dalam angan-angan dan tidak bisa Leo gapai.