‘’Mas, aku sekarang percaya kalau kamu betul-betul membuang Valerie.’’
Senyum Vania terukir lebar sekalipun Leo menyuapinya dengan ekspresi begitu datar.
Bukankah ini perjanjian pertama yang dibuat Leo untuk Valerie? Berpisah setelah bayi mereka lahir. Namun Leo semakin yakin bila perjanjian kedualah yang diinginkannya, karena, Leo merasa dirinya teramat bersedih setelah perceraian tanpa tatap muka tadi malam.
‘’Sekaligus lega karena Valerie telah pergi dari rumah,’’ Vania memperhatikan secara teliti ekspresi Leo. Tak mau kecolongan lagi seandainya Leo masih menyimpan rasa pada Valerie.
Pergi? Kapan?
‘’Dia sudah pindah ke Kalimantan, balik ke habitatnya, Val.’’ Tidak ada ekspresi apapun di wajah Valerie. Hanya ada raut datar dengan tak memindahkan gawai dari telinga. Hanya Delia yang tau nomor ponselnya saat ini. Vira pun tidak Valerie beritahu. ‘’Sekarang kamu bisa kasih tau aku di mana posisi kamu. Aku pengen lihat Ryan.’’ ‘’Maaf, Del. Tapi sekarang aku ingin menenangkan diri dulu,’’ Valerie berkeras. Valerie hanya ingin menjalani hidup jauh dari lingkungan keluarga Arka terutama. Dan Delia termasuk, meski Delia adalah sahabatnya. ‘’Tante Vira selalu ngehubungin aku nanyain kamu. Dan aku cuma jawab gak tau. Kan aku dosa jadinya, Val.’’
Leo buru-buru keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah mencari keberadaan sang istri. Kabar bila Vania jatuh dari tangga, telah sampai ke telinga Leo dan membuatnya langsung meninggalkan pekerjaan kantor.‘’Sayang, apa yang luka? Apa sudah dibawa ke dokter?’’ serbu Leo melihat ke arah Vania dan Alin bergantian.‘’Kata dokter hanya terkilir, kok, Mas.’’ Vania melirik Alin sekilas bersama senyum tertahan.‘’Bagaimana ceritanya? Tadi sedang apa sampai-sampai kamu jatuh?’’‘’Aku mau turun ke dapur untuk masakin kamu sesuatu, Mas. Tapi ya gitu, eh aku malah jatuh. Untuk aku pegang railing tangga, jadinya ga jatuh guling-gulingan,&
Dikejutkan karena tiba-tiba melihat Leo, ternyata Valerie lebih terkejut sebab Arka sudah berada di depannya.Sebuah kebetulan menakutkan karena Valerie hampir dibuat jantungan.‘’Papi?’’‘’Valerie kamu di sini?’’ Arka melihat ke belakang dan ternyata sosok Leo lah yang membuat Valerie panik.‘’Papi, Valerie tidak mau bertemu Mas Leo,’’ pintanya memelas.‘’Tunggulah di sini, jangan kemana-mana. Biar papi urus sebentar.’’Saat Valerie bersembunyi di dalam sebuah cafe, Valerie terus berdoa agar Arka tidak
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Leo memilih merebahkan diri di sofa. Menengadahkan wajah ke langit-langit membayangkan Valerie.Leo pulang dengan tangan kosong sekaligus diliputi rasa kecewa.Entah kenapa Leo menyusuri jalanan di daerah tadi dan mengulang-ngulangnya seperti orang bodoh. Dan tidak sempat menyambangi apartemen karena ragu bahwa Valerie ada di sana.Dari matahari masih terlihat hingga matahari terbenam, Leo masih berusaha. Hingga panggilan Vania mengingatkannya bahwa Vania sedang menanti di rumah.Naya yang tak sengaja lewat ruang tamu pun segera menghampiri. Duduk di samping Leo dengan wajah antusias.‘’Leo, bagai
‘’Mami, tunggu siapa lagi? Ayo di tiup lilinnya,’’ seru Vania karena sejak lima belas menit lalu, acara masih belum dimulai. Padahal keluarga inti sudah berkumpul semua.‘’Ada dua orang lagi. Sebentar lagi juga datang,’’ pungkas Naya dengan terus melihat ke arah pintu.‘’Memangnya mami undang siapa sih, Mas?’’ bisik Vania ingin tahu.Tapi Leo hanya mengangkat bahu, sama tidak taunya atau lebih tepatnya, tidak peduli. Karena sejak kemarin, dihantui penasaran akan keberadaan Valerie.‘’Kakak tau siapa yang mami sama papi tunggu?’’Vania beralih pada Alin di sebelah
‘’Kalau begitu jangan sampai Vania melihat kamu dan aku sedekat ini atau nanti dia akan mati,’’ Valerie berusaha lewat. Tapi Leo kerap menghalang-halangi membuat Valerie jadi kesal sendiri.‘’Mau kamu tuh apa sih, Mas. Awas!’’ sentaknya dengan sorot mata tajam.‘’Kenapa kamu jadi seperti ini, Valerie? Jangan pakai aku jika bicara dengan mas.’’‘’Memangnya salahnya di mana? Toh aku bukan istrimu lagi. Oh salah. Bukan lagi sim-pa-nan-mu!’’Valerie mempertegas kata diakhir agar Leo menyerah. Tapi nyatanya hal itu kian membuat Leo ingin terus membuat Valerie melunak.
Padahal masih pagi, tapi rumah sudah mendadak sepi. Vania melihat jam, tepat pukul delapan pagi. Tapi tidak Vania temukan siapapun kecuali Alin.Lengkapnya keluarganya Arka seperti kemarin malam berbanding terbalik dengan suasana pagi ini.Ketika bangunpun, Leo sudah berangkat kerja.Mungkin karena tadi malamVania begadang karena memikirkan si penggoda Valerie dan anaknya, Vania jadi kehilangan momen untuk melihat suaminya berangkat ke kantor karena telat bangun.‘’Van, sini!’’Alin menarik kursi di sebelahnya dan langsung di duduki Vania.‘’Kak, oran
‘’Status kita tidak menjadi penentu berapa nafkah yang ingin mas beri, Valerie!’’‘’Terserah. Kalau mas masih berkeras, aku tidak akan lagi membukakan pintu untuk mas,’’ ancamnya lalu menuju pintu dan membukanya lebar-lebar.‘’Kamu mengusir, Mas? Mas belum selesai bermain dengan Ryan.’’‘’Mau berapa lama lagi di sini? Lihat sudah jam sebelas malam.’’ Valerie menunjuk jam dinding.Tidak terasa waktu begitu cepat. Leo pun sampai tak sadar karena keasikan bersama Ryan.‘’Jangan sampai istrimu mendatangi tempat ini. Aku sudah cukup menderita karenanya.&rs