Begitu Neil mendengar apa yang baru saja dikatakan Shania, dia tidak terkejut sama sekali karena ia yakin sejak awal jika wanita secantik Shania, sudah pasti ada yang memilikinya.
Namun... jika belum ada yang mempunyai Shania, Neil tidak akan menolak, jika ada yang memberikan wanita secantik itu kepadanya, sayangnya itu hanya ada di dalam angan-angan Neil saja."Oh ya, Dokter, apakah aku cukup tampan untukmu?" tanya Neil kepada Shania. Ditanya seperti itu oleh seorang pemuda yang usianya jauh terpaut darinya belasan tahun, membuat Shania hanya bisa menggelengkan kepala saja.Lalu tidak lama kemudian terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke arah bilik di mana Shania sedang memeriksa Neil, suara seorang pria bertanya kepada Shania sembari langkahnya terus mendekat ke arah bilik tersebut, "Shania, apakah kamu sudah selesai memeriksa pasien? "Shania menoleh ke belakang, lalu ia menjawab, "Ya, Thomas … sebentar lagi aku akan selesai.”“Kenapa wanita cantik selalu saja sudah memiliki pawang? Apakah aku tidak memiliki kesempatan, Dok? Atau kah wanita dewasa selalu menyukai pria yang seumuran?” tanya Neil sekali lagi. Naluri penggodanya selalu saja bergerak lebih cepat dari yang dibayangkan.“Shania, kamu harus ke ruang operasi!” teriak Thomas dengan tidak sabaran dari luar bilik pemeriksaan.“Ok, kamu sudah selesai, silakan keluar,” kata Shania pada Neil.Baru saja Shania hendak berlalu dari hadapan Neil, pemuda tampan itu bangkit turun dari ranjang dan dengan cepat menggapai pergelangan tangan Shania, membuat wanita itu terkejut setengah mati. “Dok, aku tidak bisa membayar biaya rumah sakit. Aku tidak punya uang,” kata Neil dengan wajah memelas. Yang sebenarnya, ia lupa membawa dompet.Shania meronta, menarik tangannya dari Neil, “Ok, lepaskan aku. Aku akan membayarnya. Kamu puas? Tolong, jangan berbuat kurang ajar.”“Thanks, see you soon,” jawab Neil, lalu memberikan kecupan jauh untuk Shania, seketika membuat wanita itu bergidik ngeri, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan ditaksir oleh seorang pemuda ingusan yang bahkan usianya saja Shania yakin belum genap 20 tahun!Shania keluar dari dalam ruang UGD diikuti oleh Thomas, seraya berjalan ia memijat pelipisnya, pusing menghadapi tingkah Neil."Sayang, nanti malam aku tidak pulang, ada pasien yang harus aku urus, apa kamu tidak masalah?" kata Thomas pada Shania. Wanita itu sudah terbiasa, profesi mereka sama jadi ia sudah paham betul apa yang terjadi dengan keseharian mereka."Tidak masalah, bukankah memang sudah seperti ini kehidupan yang kita jalankan?" jawab Shania dengan tenang."Ok, nanti kamu pulang saja lebih dulu ya."Sudah 12 tahun mereka menikah dan sampai hari ini belum juga dikaruniai seorang anak pun, entah siapa yang bermasalah, tetapi Thomas tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut....Suara desahan saling sahut menyahut di dalam ruang tidur seorang perempuan di dalam apartemen, terlihat sekali aktifitas panas mereka mendominasi keadaan. Sang pria bergerak, memaju mundurkan pinggul, menerobos masuk ke dalam tubuh wanita tersebut."Ah, Thomas ... kamu benar-benar tahu bagaimana membuatku tergila-gila!" Tubuhnya bergerak mengikuti hentakan yang diberikan oleh Thomas, menahan gelitik berahi yang semakin membuncah, kedua tangannya merema seprei di ujung kepala. Dalam posisi menungging ia membiarkan Thomas terus menyentak lebih dalam.Tidak lama kemudian tubuh keduanya pun tumbang dalam kenikmatan selepas pelepasan keduanya secara bersamaan."Shania ... kapan kamu akan menceraikannya, Thomas?" tanya Donna pada Thomas. Entah sudah ke berapa kali ia menanyakan hal tersebut pada Thomas dan dijawab dengan jawaban 'secepatnya' itu yang sering ia dengar dari mulut Thomas."Aku tidak tahu, Donna. Ibuku menginginkan seorang cucu, tetapi dia tidak bisa memberikannya. Aku tidak mengerti, apa yang salah dengan diriku, kenapa ... Shania belum juga hamil sementara usiaku dan Shania semakin bertambah," jawab Thomas."Aku bisa memberikanmu anak," jawab Donna dengan penuh percaya diri seraya mengusap dan memainkan bulu dada Thomas. Pria itu sudah dicintainya sejak lama, hanya saja dulu ... Thomas tidak tergoda sedikit pun padanya. Ia begitu setia pada Shania, namun dengan sedikit trik kotornya, pada akhirnya ia mampu mendapatkan Thomas."Hm, benarkah? Kalau kamu bisa memberikan aku anak, tentu ibuku akan sangat senang. Aku juga sudah sangat lelah dengan si cantik yang mandul itu, aku malu ... semua teman-temanku sudah memiliki anak, bahkan sudah besar, sedangkan aku?" Thomas mendesah pelan, rasa malu itu dirasakan setiap kali ada pertemuan keluarga atau pertemuan rekan-rekan sejawat di saat acara reunian atau perjamuan makan malam.Selalu yang ditanyakan, 'Sudah punya anak berapa?'Dan ... Thomas tidak bisa menjawab apa pun, karena memang ia belum diberkahi momongan, memalukan?"Aku bisa memberikanmu, tetapi kamu harus menikahi aku, Thomas. Ceraikan Shania, dan jadilah suamiku," kata Donna dengan nada manja pada laki-laki yang berstatus suami orang itu.Thomas menarik tubuh Donna agar mendekat padanya, lalu berbisik manja, "Tentu, aku akan segera mengatur waktunya."Setelahnya keduanya kembali melakukan percumbuan yang jauh lebih panas dari sebelumnya, tubuh sintal, seksi, dengan dada membusung yang selalu membuat Thomas merasa lapar itu kembali disajikan di hadapan pria tampan itu.Ia mencintai Thomas sudah sejak mereka masih berada di sekolah menengah atas, sayangnya ... Thomas lebih memilih Shania.Di tempat lain, Neil baru saja selesai berpakaian, ia sudah berjanji pada Marion, akan memperlihatkan tubuh telanjang dan seksi miliknya di atas panggung nanti. Wanita berusia 40 tahun itu masuk ke dalam ruang ganti pakaian dan melihat Neil sedang menatap wajahnya di depan cermin besar."Hei, wajahmu tidak akan berubah mau seribu kali kau menatapnya di sana. Sekarang bersiaplah, aku baru saja mendapatkan pesan, jika ada yang ingin membookingmu, Neil. Wanita cantik, kaya, kamu tidak mau repeat order? Dia seksi lho," kata Marion pada anak asuhnya yang paling menggairahkan di mata semua perempuan."Tidak, no repeat order, Ma'am. Aku tidak suka bercinta dengan perempuan yang sama, membosankan. Makanan saja disajikan oleh koki yang berbeda, dan aku menikmati sajian yang tidak sama," balas Neil pongah. Sombong sekali.Neil mendekat Marion, lalu merangkul wanita itu, mengajaknya keluar dari ruang ganti, "Bercinta denganmu adalah hal yang aku inginkan, tapi kamu tidak pernah mau. Huft ... mungkin hanya matamu saja yang sedikit bermasalah kan?""Mimpi, jangan terlalu banyak berharap. Impian terlalu tinggi, Anak Muda. Aku tidak suka anak ingusan," balas Marion seraya terkekeh saat melihat wajah Neil menjadi masam mendadak.Alunan irama house music menghentak-hentak di dalam ruangan, sudah banyak kaum hawa yang menanti di pinggir panggung menunggu lelaki berparas tampan dengan tubuh menggoda merayu-rayu shaywat."Ok, malam ini Neil Stanford akan kembali meliuk di hadapan kalian, pastikan jantung kalian aman di saat dia menanggalkan satu per satu pakaiannya!" seru seorang MC dari atas panggung, suara hingar bingar, diiringi teriakan antusias membuat pekak telinga.Neil akan kembali menjadi bintangnya malam ini!Irama house music menghentak ketika Neil naik ke atas panggung bersama 3 orang pria lain yang berprofesi sama dengannya."Sial, Neil terlalu seksi untuk dilewatkan!" Teriak salah seorang gadis remaja berusia kisaran 18 tahun. Ia sangat mengagumi bentuk tubuh yang terpampang sempurna di atas panggung."Benar, aku benar-benar dibuat berdebar-debar setiap kali melihat tubuh kekar dengan otot-otot liat membungkus tubuh Neil," sahut gadis di sebelah, menyetujui ucapan gadis satunya.Mereka begitu mengelu-elukan Neil. Pemuda itu mulai melakukan aksi erotisnya di atas panggung, meliuk mengikuti irama lagu, dan jari-jarinya bergerak melucuti kancing kemeja yang dipakainya. Ketiga pria lainnya memegang semacam kain yang dibentangkan memanjang untuk menutupi bagian bawah tubuh Neil.Begitu saja sudah mampu memanjakan mata para perempuan penggila tubuh pria."Kyaaa!!!" Teriak mereka histeris saat Neil dibalik kain yang terbentang tersebut, terlihat sedang melucuti pakaian dalamnya, ia mengangkat
Carla menyentuh dada bidang Neil, lalu mengusapnya, tidak bisa dia percaya tubuh seorang pemuda berusia 19 tahun bisa begitu sempurna, otot-otot tercetak sempurna. Neil sendiri membiarkan Carla menyentuhnya, mempersilakan jari-jari lentik menari dari dada menuju ke bagian bawah perut. "Apa kamu yakin bisa memuaskanku, Neil?" tanya Carla dengan nada menantang. "Nona ...." "Carla Stanford, itu namaku." "Ya, jika kamu tidak merasa puas, maka kamu bisa mendapatkan uangmu kembali. Usiaku memang jauh lebih muda darimu, Nona Carla. Tetapi tidak dengan pengalamanku," kata Neil dengan bangganya, lalu ia meminta ijin pada Carla untuk pergi berpakaian lebih dulu. Pemuda tampan pujaan para gadis dan wanita kesepian itu pun melangkah meninggalkan Carla yang terus menatap dirinya tanpa berkedip sama sekali. Marion sendiri mengasuh Neil sudah sejak tiga tahun lalu semenjak pemuda itu terlihat menyedihkan duduk di depan klub malam. Marion tidak pernah menyangkan saat itu Neil baru berusia 16
Thomas memberikan sebuah cincin berlian pada Shania, kedua mata wanita itu berkaca-kaca saat menerimanya. Thomas mencintainya! Pikir Shania. "Kamu duduk di sini sebentar, jika kamu ingin menikmati hidangannya lebih dulu, maka nikmatilah, aku harus ke toilet sebentar," kata Thomas. Sejak tadi ponsel miliknya terus bergetar di dalam saku, dan ia tahu siapa yang begitu tidak sabar menghubunginya. Donna! Sudah pasti wanita yang selama beberapa bulan ini menggantikan Shania memberikan kehangatan dan juga kepuasan di atas ranjang. Shania menurut, ia membiarkan Thomas berlalu dari hadapannya. Pria itu pun segera mengeluarkan ponselnya lalu mengangkat panggilan telepon yang sejak tadi ia abaikan karena merasa tidak enak hati jika harus mengangkatnya di hadapan Shania. "Ada apa? Ya, aku akan segera keluar menemuimu, ya ... ya, Shania ada bersamaku, aku akan memberitahukannya hari ini mengenai hubunganmu denganku, Donna. Bersabarlah!" ketus Thomas. Kesal karena wanita itu selalu saja tidak
Neil yang terbiasa menggoda wanita, begitu diberikan sebuah ciuman yang sangat mendadak dari wanita tersebut mendadak terpaku di tempatnya, tidak bisa melakukan apa pun. "Sepertinya aku mengenal wajahmu," kata wanita itu seraya menunjuk Neil. Neil sendiri hanya mengerjapkan kedua matanya, merasa apa yang ia lihat saat ini adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata. "Dok?" Dalam keadaan setengah mabuk, wanita yang ternyata Shania, pun terkejut begitu melihat wajah Neil. "Bocah? Sebentar ... kamu mengikuti aku?" tuduhnya. Shania mendorong dada bidang Neil, lalu bergegas menjauhkan diri, "Kenapa kamu memeluk aku, Bocah?" "Ya Tuhan, siapa yang memeluk kamu? Tiba-tiba saja kamu yang langsung menciumku, Dok. Sekarang katakan padaku, kenapa kamu mabuk?" Neil merasa Tuhan sangat menyayangi dirinya, harapan selama beberapa hari ini akhirnya dikabulkan. Shania sendiri kembali duduk di trotoar, tubuh masih sempoyongan, dandanannya sendiri benar-benar berantakan, entah apa yang terjadi, Neil tidak
Bukannya terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Neil, Shania justru tertawa mengira jika Neil sedang melemparkan lelucon murahan padanya."Kamu gigolo? Hei ... usiamu masih sangat muda, bagaimana mungkin?" Sedang mabuk, lalu Neil berkata seperti itu, membuat Shania geli dan terus tertawa. Neil hanya bisa mengembuskan napas dengan berat, ya sudah kalau tidak percaya, pikirnya."Aku mengatakan yang sebenarnya, jika kamu ingin mencari pria hanya untuk membalas perbuatan suamimu, maka aku orang yang tepat," kata Neil. Tidak akan mungkin ia membiarkan Shania jatuh ke tangan pria lain. Dia tertarik dengan wanita yang tengah mabuk dan meracau tidak jelas sejak tadi, jadi bagaimana mungkin merelakan Shania ada di dalam pelukan laki-laki selain dirinya?Shania terkekeh geli mendengar ucapan Neil, ia menganggap Neil itu sama mabuknya dengan dia. "Kamu juga pasti sedang mabuk, sekarang bantu aku berdiri, kita akan bersenang-senang di bar, Bocah! Ayo bantu aku!" Shania mengulurkan satu tan
Neil pun membawa Shania menuju ke sebuah hotel yang biasa ia datangi setiap kali ia akan memberikan pelayanannya. Hotel ini bagus menurutnya, memiliki fasilitas yang lengkap dan juga ... nyaman!Ya, bukan kah untuk memuaskan seorang wanita juga diperlukan sebuah kenyamanan, termasuk pemilihan tempatnya?"Double room saja, aku harus membawa wanita ini, dia sudah sangat mabuk," ucap Neil pada seorang wanita yang berada di meja resepsionis. Wanita itu terus saja memperhatikan Neil, wajahnya terlihat muram, ada rasa iri di dalam hatinya setiap kali melihat Neil membawa perempuan ke hotel tersebut, ia berharap andai saja dirinya yang berada di dalam dekap hangat seorang Neil!Padahal dia sendiri pernah merasakan kehangatan yang diberikan Neil sebelumnya."Lana?""Oh, ya ... double room?" ulang wanita itu. Keduanya memang sudah saling mengenal."Come on, Lana. Apa kamu tidak bisa bekerja lebih cepat, wanita ini mabuk, aku merasa kasihan padanya. Belum lagi tubuhnya cukup berat, aku pun haru
Bukannya diam, Shania justru semakin menangis kencang, membuat Neil meringis mendengar tangisan tidak jelas dari wanita di bawah tubuhnya itu.“Hei, Dok. Kalau kamu terus menangis seperti ini, lama-lama kamu bisa membuatku gila! Kamu ini menyewaku untuk mendengar tangisanmu atau kamu ingin aku memuaskanmu?” Neil mengusap airmata Shania dengan jempolnya, wajah Shania benar-benar telah memikat seorang bocah seperti Neil, iya bocah, bagi Shania dia adalah bocah menyebalkan!Shania terus saja menggerung, tanpa memedulikan pertanyaan Neil, karena kesal, Neil pun menutup mulut Shania dengan sebuah ciuman kasar, dia tidak bisa melihat seorang wanita menangis terlalu lama.“Ehmph! Hah!” Shania menggigit bibir Neil.“Aw! Kamu ... kenapa menggigit?”“Kamu ... kamu ingin memperkosaku?”“Hah? Kau gila? Dok, kamu yang membeli jasa, aku hanya memberikan apa yang kamu inginkan!” jawab Neil, sedikit merasa jengkel, lama-lama Shania yang malah semakin terlihat seperti anak kecil di mata Neil saat ini,
Shania merasa takut, tatapan Neil begitu dingin. Yang ada di dalam pikirannya, jika sampai Neil berbuat nekat dan menyentuhnya, maka bisa dikatakan ia benar-benar melakukan perselingkuhan dengan seorang pemuda yang jauh lebih pantas menjadi putranya."A-Aku sudah membayarmu?" Shania bertanya, berusaha memastikan apa memang dia benar-benar membayar Neil, "Katakan!""Ya, tadi saat kamu mabuk, kamu menyuruhku mengambil sejumlah uang di dalam dompet milikmu. Aku memberikannya pada Marion, pemilik klub malam.""Kamu baru memberikan uang muka," kata Neil. Tentu saja itu tidak benar, tadi Shania benar-benar tidak sadarkan diri dan belum memberikan apa pun pada Neil, itu hanya akal-akalan saja di kepala Neil. Ia tidak ingin melepaskan wanita cantik yang berada di bawah tubuhnya saat ini.Shania mendorong tubuh Neil menjauh darinya, tetapi rasanya sia-sia saja karena Neil tidak bergeser sedikit pun, "Urusan kamu dan aku seharusnya sudah selesai, Bocah. Aku ... aku tidak bisa melakukannya denga