Share

Bab 2. Selingkuh

Begitu Neil mendengar apa yang baru saja dikatakan Shania, dia tidak terkejut sama sekali karena ia yakin sejak awal jika wanita secantik Shania, sudah pasti ada yang memilikinya.

Namun... jika belum ada yang mempunyai Shania, Neil tidak akan menolak, jika ada yang memberikan wanita secantik itu kepadanya, sayangnya itu hanya ada di dalam angan-angan Neil saja.

"Oh ya, Dokter, apakah aku cukup tampan untukmu?" tanya Neil kepada Shania. Ditanya seperti itu oleh seorang pemuda yang usianya jauh terpaut darinya belasan tahun, membuat Shania hanya bisa menggelengkan kepala saja.

Lalu tidak lama kemudian terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke arah bilik di mana Shania sedang memeriksa Neil, suara seorang pria bertanya kepada Shania sembari langkahnya terus mendekat ke arah bilik tersebut, "Shania, apakah kamu sudah selesai memeriksa pasien? "

Shania menoleh ke belakang, lalu ia menjawab, "Ya, Thomas … sebentar lagi aku akan selesai.”

“Kenapa wanita cantik selalu saja sudah memiliki pawang? Apakah aku tidak memiliki kesempatan, Dok? Atau kah wanita dewasa selalu menyukai pria yang seumuran?” tanya Neil sekali lagi. Naluri penggodanya selalu saja bergerak lebih cepat dari yang dibayangkan.

“Shania, kamu harus ke ruang operasi!” teriak Thomas dengan tidak sabaran dari luar bilik pemeriksaan.

“Ok, kamu sudah selesai, silakan keluar,” kata Shania pada Neil.

Baru saja Shania hendak berlalu dari hadapan Neil, pemuda tampan itu bangkit turun dari ranjang dan dengan cepat menggapai pergelangan tangan Shania, membuat wanita itu terkejut setengah mati. “Dok, aku tidak bisa membayar biaya rumah sakit. Aku tidak punya uang,” kata Neil dengan wajah memelas. Yang sebenarnya, ia lupa membawa dompet.

Shania meronta, menarik tangannya dari Neil, “Ok, lepaskan aku. Aku akan membayarnya. Kamu puas? Tolong, jangan berbuat kurang ajar.”

“Thanks, see you soon,” jawab Neil, lalu memberikan kecupan jauh untuk Shania, seketika membuat wanita itu bergidik ngeri, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan ditaksir oleh seorang pemuda ingusan yang bahkan usianya saja Shania yakin belum genap 20 tahun!

Shania keluar dari dalam ruang UGD diikuti oleh Thomas, seraya berjalan ia memijat pelipisnya, pusing menghadapi tingkah Neil.

"Sayang, nanti malam aku tidak pulang, ada pasien yang harus aku urus, apa kamu tidak masalah?" kata Thomas pada Shania. Wanita itu sudah terbiasa, profesi mereka sama jadi ia sudah paham betul apa yang terjadi dengan keseharian mereka.

"Tidak masalah, bukankah memang sudah seperti ini kehidupan yang kita jalankan?" jawab Shania dengan tenang.

"Ok, nanti kamu pulang saja lebih dulu ya."

Sudah 12 tahun mereka menikah dan sampai hari ini belum juga dikaruniai seorang anak pun, entah siapa yang bermasalah, tetapi Thomas tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

...

Suara desahan saling sahut menyahut di dalam ruang tidur seorang perempuan di dalam apartemen, terlihat sekali aktifitas panas mereka mendominasi keadaan. Sang pria bergerak, memaju mundurkan pinggul, menerobos masuk ke dalam tubuh wanita tersebut.

"Ah, Thomas ... kamu benar-benar tahu bagaimana membuatku tergila-gila!" Tubuhnya bergerak mengikuti hentakan yang diberikan oleh Thomas, menahan gelitik berahi yang semakin membuncah, kedua tangannya merema seprei di ujung kepala. Dalam posisi menungging ia membiarkan Thomas terus menyentak lebih dalam.

Tidak lama kemudian tubuh keduanya pun tumbang dalam kenikmatan selepas pelepasan keduanya secara bersamaan.

"Shania ... kapan kamu akan menceraikannya, Thomas?" tanya Donna pada Thomas. Entah sudah ke berapa kali ia menanyakan hal tersebut pada Thomas dan dijawab dengan jawaban 'secepatnya' itu yang sering ia dengar dari mulut Thomas.

"Aku tidak tahu, Donna. Ibuku menginginkan seorang cucu, tetapi dia tidak bisa memberikannya. Aku tidak mengerti, apa yang salah dengan diriku, kenapa ... Shania belum juga hamil sementara usiaku dan Shania semakin bertambah," jawab Thomas.

"Aku bisa memberikanmu anak," jawab Donna dengan penuh percaya diri seraya mengusap dan memainkan bulu dada Thomas. Pria itu sudah dicintainya sejak lama, hanya saja dulu ... Thomas tidak tergoda sedikit pun padanya. Ia begitu setia pada Shania, namun dengan sedikit trik kotornya, pada akhirnya ia mampu mendapatkan Thomas.

"Hm, benarkah? Kalau kamu bisa memberikan aku anak, tentu ibuku akan sangat senang. Aku juga sudah sangat lelah dengan si cantik yang mandul itu, aku malu ... semua teman-temanku sudah memiliki anak, bahkan sudah besar, sedangkan aku?" Thomas mendesah pelan, rasa malu itu dirasakan setiap kali ada pertemuan keluarga atau pertemuan rekan-rekan sejawat di saat acara reunian atau perjamuan makan malam.

Selalu yang ditanyakan, 'Sudah punya anak berapa?'

Dan ... Thomas tidak bisa menjawab apa pun, karena memang ia belum diberkahi momongan, memalukan?

"Aku bisa memberikanmu, tetapi kamu harus menikahi aku, Thomas. Ceraikan Shania, dan jadilah suamiku," kata Donna dengan nada manja pada laki-laki yang berstatus suami orang itu.

Thomas menarik tubuh Donna agar mendekat padanya, lalu berbisik manja, "Tentu, aku akan segera mengatur waktunya."

Setelahnya keduanya kembali melakukan percumbuan yang jauh lebih panas dari sebelumnya, tubuh sintal, seksi, dengan dada membusung yang selalu membuat Thomas merasa lapar itu kembali disajikan di hadapan pria tampan itu.

Ia mencintai Thomas sudah sejak mereka masih berada di sekolah menengah atas, sayangnya ... Thomas lebih memilih Shania.

Di tempat lain, Neil baru saja selesai berpakaian, ia sudah berjanji pada Marion, akan memperlihatkan tubuh telanjang dan seksi miliknya di atas panggung nanti. Wanita berusia 40 tahun itu masuk ke dalam ruang ganti pakaian dan melihat Neil sedang menatap wajahnya di depan cermin besar.

"Hei, wajahmu tidak akan berubah mau seribu kali kau menatapnya di sana. Sekarang bersiaplah, aku baru saja mendapatkan pesan, jika ada yang ingin membookingmu, Neil. Wanita cantik, kaya, kamu tidak mau repeat order? Dia seksi lho," kata Marion pada anak asuhnya yang paling menggairahkan di mata semua perempuan.

"Tidak, no repeat order, Ma'am. Aku tidak suka bercinta dengan perempuan yang sama, membosankan. Makanan saja disajikan oleh koki yang berbeda, dan aku menikmati sajian yang tidak sama," balas Neil pongah. Sombong sekali.

Neil mendekat Marion, lalu merangkul wanita itu, mengajaknya keluar dari ruang ganti, "Bercinta denganmu adalah hal yang aku inginkan, tapi kamu tidak pernah mau. Huft ... mungkin hanya matamu saja yang sedikit bermasalah kan?"

"Mimpi, jangan terlalu banyak berharap. Impian terlalu tinggi, Anak Muda. Aku tidak suka anak ingusan," balas Marion seraya terkekeh saat melihat wajah Neil menjadi masam mendadak.

Alunan irama house music menghentak-hentak di dalam ruangan, sudah banyak kaum hawa yang menanti di pinggir panggung menunggu lelaki berparas tampan dengan tubuh menggoda merayu-rayu shaywat.

"Ok, malam ini Neil Stanford akan kembali meliuk di hadapan kalian, pastikan jantung kalian aman di saat dia menanggalkan satu per satu pakaiannya!" seru seorang MC dari atas panggung, suara hingar bingar, diiringi teriakan antusias membuat pekak telinga.

Neil akan kembali menjadi bintangnya malam ini!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status