Irama house music menghentak ketika Neil naik ke atas panggung bersama 3 orang pria lain yang berprofesi sama dengannya.
"Sial, Neil terlalu seksi untuk dilewatkan!" Teriak salah seorang gadis remaja berusia kisaran 18 tahun. Ia sangat mengagumi bentuk tubuh yang terpampang sempurna di atas panggung."Benar, aku benar-benar dibuat berdebar-debar setiap kali melihat tubuh kekar dengan otot-otot liat membungkus tubuh Neil," sahut gadis di sebelah, menyetujui ucapan gadis satunya.Mereka begitu mengelu-elukan Neil. Pemuda itu mulai melakukan aksi erotisnya di atas panggung, meliuk mengikuti irama lagu, dan jari-jarinya bergerak melucuti kancing kemeja yang dipakainya. Ketiga pria lainnya memegang semacam kain yang dibentangkan memanjang untuk menutupi bagian bawah tubuh Neil.Begitu saja sudah mampu memanjakan mata para perempuan penggila tubuh pria."Kyaaa!!!" Teriak mereka histeris saat Neil dibalik kain yang terbentang tersebut, terlihat sedang melucuti pakaian dalamnya, ia mengangkat ke atas, memutarnya di udara dan dilemparkan ke arah para penonton di sana.Ia tidak benar-benar telanjang, spare part kebanggaannya masih ditutupi kain yang dipegang oleh ketiga pria itu. Neil terus saja membuat para gadis kesepian berteriak histeris memanggil-manggil namanya.Sementara pemuda itu masih terus mempertontonkan bentuk tubuh atletis dengan sejuta pesona, di sudut lain klub malam, Marion sedang berbicara dengan seorang wanita cantik. Wanita itu begitu lekat memperhatikan seseorang di panggung, tentu saja Marion tahu siapa yang diperhatikan oleh wanita itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Neil!"Anda menyukainya?" tanya Marion, "dia agak sulit untuk diajak keluar untuk berkencan, Neil tidak suka berkencan dengan wanita yang sama, begitu transaksi selesai maka segalanya berakhir saat itu juga," imbuh Marion, memberikan penjelasan pada wanita cantik nan seksi yang tampaknya tidak terpengaruh sedikit pun pada kata-kata Marion."Ya, aku sangat menyukainya. Jika dia bisa menolak wanita lain untuk tidak tidur kedua kalinya, maka aku pastikan, aku bisa membuat pria itu memohon untuk bisa bersamaku berkali-kali," balas wanita yang memakai pakaian kantor, sekilas siapa pun bisa melihat jika wanita itu bukan lah wanita biasa, sudah bisa dipastikan ia adalah wanita berpendidikan tinggi, lalu menelisik dari benda-benda yang dipakainya; bermerk dan juga mahal, sudah tentu ia adalah wanita kaya raya yang mampu mengeluarkan uang tanpa harus berpikir lebih dahulu.Marion berpikir, apakah semua wanita kaya raya selalu memiliki percaya yang diri begitu tinggi?"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku akan bertanya pada Neil, apakah dia sudi memberikan pelayanan berulang kali pada Anda," ucap Marion, lalu Marion pun meminta wanita cantik itu menunggu di meja, sementara dia harus menyampaikan terlebih dahulu pada Neil, tidak bisa mengambil keputusan begitu saja."Tolong jangan membuatku menunggu lama, Sis," ucap wanita itu lagi dengan suara yang agak kencang, alunan house music yang terus mengentak-entak, cukup memekakkan telinga, siapa pun yang ada di dalam sana berbicara dengan suara yang tidak bisa dikatakan pelan.Ya, ya, Marion tidak tuli, ia sudah mendengar apa yang dikatakan wanita kaya raya itu. Marion yakin, wanita tadi memang benar-benar berani membayar mahal untuk pelayanan ranjang Neil, jika diperhatikan lagi, wanita itu mungkin berusia 28-30 tahun.Bentuk tubuhnya indah, proporsional, merupakan idaman wanita mana pun, satu hal yang paling menonjol, bagian dadanya yang sekal, padat, juga berisi, dipastikan Neil bisa merasa puas ... oh diralat, sama-sama merasa puas!"Neil, singkirkan handuk yang menutupi milikmu!" teriak salah seorang gadis, ia tidak terima keindahan yang ada di depan matanya ditutupi sehelai handuk putih, ia ingin Neil benar-benar telanjang bulat di hadapan mereka.Gila?Memang, gadis-gadis dan wanita-wanita itu sangat gila, bahkan mungkin saja sudah kehilangan akal sehat mereka, kan?"Neil selalu menjadi bintangnya! Aku ingin sekali saja berada di dalam dekapan tubuhnya yang kekar!" teriak gadis lainnya. Begitu saja seterusnya, teriakan-teriakan, seruan-seruan yang diiringi euforia berlebih, meminta Neil bertelanjang bulat, silih ganti terdengar.Sayangnya Neil tidak akan mengabulkan hal itu.Ingin melihat seluruh tubuhnya?Kalian harus membayar, tidak bisa diberikan secara cuma-cuma begitu saja. Ingin merasakan berada di dalam dekapan Neil? Maka ... keluarkan lebih banyak dollar, ia tidak akan segan membuatmu menggeliat, menggelinjang, bahkan mengerang mencapai pelepasan setelah sekujur tubuh meledak merasakan kedashyatan bercinta dengan pria itu.Neil dan pria lainnya selesai, tubuhnya benar-benar hanya terbalut sehelai kain putih itu saja, ia lalu meraih sebuah mikrofon dan berbicara di depan panggung. "Jika ada yang ingin berkencan denganku, angkat tangan, maka aku akan membuatkan list untuk kalian!"Dia serius?Tentu saja, Bung!Apa yang tidak serius bagi Neil, jika sudah berhubungan dengan uang. Ia mencintai uang, cash atau pun berupa cek!Tidak disangka-sangka, seorang wanita mengangkat tangannya, seraya bersandar pada tembok ia memperhatikan Neil, tingkahnya yang tengil, dan juga konyol menarik perhatiannya."Nona ingin membawaku bersamamu?" Neil mengedipkan satu matanya, satu gerakan sederhana berhasil membuat para gadis menjerit-jerit!Wanita itu mendekat ke arah panggung, tanpa rasa canggung Neil melompat turun, menghampiri wanita cantik yang memang menargetkan Neil untuk menjadi penghangat ranjangnya malam ini.Neil meraih tangan yang begitu halus milik wanita kaya raya yang belum ia ketahui siapa namanya, dikecup punggung tangan, dan ia pun kembali menatap wanita itu penuh arti."Kamu ... terlihat begitu terpelajar, apakah yakin untuk tidur dengan pelacur sepertiku?""Mulutmu sangat manis, apakah kamu meragukan berapa banyak uang yang mampu membuat takluk dirimu? Aku bahkan bisa membeli seluruh waktumu," jawab wanita tersebut."Siapa namamu?" Neil dibuat penasaran dengan kesan angkuh wanita ini. Bagaimana bisa seorang wanita yang begitu cantik dengan wajah lembut, memiliki sebuah lidah yang begitu tajam serupa pisau?"Carla, CEO dari Stanford Dutch Group, apa kamu pernah mendengarnya?" jawab wanita bernama Carla, nama yang indah, sesuai dengan sosoknya. Neil menggigit bibirnya, siapa yang tidak pernah mendengar nama perusahaan itu! Hanya orang buta dan tuli yang tidak pernah tahu apa pun, Neil tidak percaya seorang wanita bermartabat dan berkedudukan tinggi mau menyewa jasa seorang pelacur?Dunia sudah terbalik, kali ini wanita yang membeli jasa pria!Neil mengangguk, "Yup, tentu saja aku pernah mendengarnya. Tapi ... jika kamu memang menginginkanku, maka ada satu syarat yang harus kuberitahu, aku ti—“"Tidak menerima repeat order, that's fine, I'll take what I got! Tapi ... aku bukan seseorang yang mudah kamu ajak bernegosiasi, untuk saat ini aku menerima tawaranmu," balas Carla. Menarik, sangat menarik!Carla atraktif dan sangat menggoda, terdengar beberapa desah kecewa dari bibir pelanggan lain klub malam, padahal mereka sudah berangan-angan bisa memboyong Neil, nyatanya mereka kalah start!Neil mencondongkan tubuhnya, lalu mendekatkan wajah ke arah Carla, secepat kilat ia mencuri satu kecupan manis di bibir Carla, membuat wanita itu membelalakkan kedua matanya!Carla menyentuh dada bidang Neil, lalu mengusapnya, tidak bisa dia percaya tubuh seorang pemuda berusia 19 tahun bisa begitu sempurna, otot-otot tercetak sempurna. Neil sendiri membiarkan Carla menyentuhnya, mempersilakan jari-jari lentik menari dari dada menuju ke bagian bawah perut. "Apa kamu yakin bisa memuaskanku, Neil?" tanya Carla dengan nada menantang. "Nona ...." "Carla Stanford, itu namaku." "Ya, jika kamu tidak merasa puas, maka kamu bisa mendapatkan uangmu kembali. Usiaku memang jauh lebih muda darimu, Nona Carla. Tetapi tidak dengan pengalamanku," kata Neil dengan bangganya, lalu ia meminta ijin pada Carla untuk pergi berpakaian lebih dulu. Pemuda tampan pujaan para gadis dan wanita kesepian itu pun melangkah meninggalkan Carla yang terus menatap dirinya tanpa berkedip sama sekali. Marion sendiri mengasuh Neil sudah sejak tiga tahun lalu semenjak pemuda itu terlihat menyedihkan duduk di depan klub malam. Marion tidak pernah menyangkan saat itu Neil baru berusia 16
Thomas memberikan sebuah cincin berlian pada Shania, kedua mata wanita itu berkaca-kaca saat menerimanya. Thomas mencintainya! Pikir Shania. "Kamu duduk di sini sebentar, jika kamu ingin menikmati hidangannya lebih dulu, maka nikmatilah, aku harus ke toilet sebentar," kata Thomas. Sejak tadi ponsel miliknya terus bergetar di dalam saku, dan ia tahu siapa yang begitu tidak sabar menghubunginya. Donna! Sudah pasti wanita yang selama beberapa bulan ini menggantikan Shania memberikan kehangatan dan juga kepuasan di atas ranjang. Shania menurut, ia membiarkan Thomas berlalu dari hadapannya. Pria itu pun segera mengeluarkan ponselnya lalu mengangkat panggilan telepon yang sejak tadi ia abaikan karena merasa tidak enak hati jika harus mengangkatnya di hadapan Shania. "Ada apa? Ya, aku akan segera keluar menemuimu, ya ... ya, Shania ada bersamaku, aku akan memberitahukannya hari ini mengenai hubunganmu denganku, Donna. Bersabarlah!" ketus Thomas. Kesal karena wanita itu selalu saja tidak
Neil yang terbiasa menggoda wanita, begitu diberikan sebuah ciuman yang sangat mendadak dari wanita tersebut mendadak terpaku di tempatnya, tidak bisa melakukan apa pun. "Sepertinya aku mengenal wajahmu," kata wanita itu seraya menunjuk Neil. Neil sendiri hanya mengerjapkan kedua matanya, merasa apa yang ia lihat saat ini adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata. "Dok?" Dalam keadaan setengah mabuk, wanita yang ternyata Shania, pun terkejut begitu melihat wajah Neil. "Bocah? Sebentar ... kamu mengikuti aku?" tuduhnya. Shania mendorong dada bidang Neil, lalu bergegas menjauhkan diri, "Kenapa kamu memeluk aku, Bocah?" "Ya Tuhan, siapa yang memeluk kamu? Tiba-tiba saja kamu yang langsung menciumku, Dok. Sekarang katakan padaku, kenapa kamu mabuk?" Neil merasa Tuhan sangat menyayangi dirinya, harapan selama beberapa hari ini akhirnya dikabulkan. Shania sendiri kembali duduk di trotoar, tubuh masih sempoyongan, dandanannya sendiri benar-benar berantakan, entah apa yang terjadi, Neil tidak
Bukannya terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Neil, Shania justru tertawa mengira jika Neil sedang melemparkan lelucon murahan padanya."Kamu gigolo? Hei ... usiamu masih sangat muda, bagaimana mungkin?" Sedang mabuk, lalu Neil berkata seperti itu, membuat Shania geli dan terus tertawa. Neil hanya bisa mengembuskan napas dengan berat, ya sudah kalau tidak percaya, pikirnya."Aku mengatakan yang sebenarnya, jika kamu ingin mencari pria hanya untuk membalas perbuatan suamimu, maka aku orang yang tepat," kata Neil. Tidak akan mungkin ia membiarkan Shania jatuh ke tangan pria lain. Dia tertarik dengan wanita yang tengah mabuk dan meracau tidak jelas sejak tadi, jadi bagaimana mungkin merelakan Shania ada di dalam pelukan laki-laki selain dirinya?Shania terkekeh geli mendengar ucapan Neil, ia menganggap Neil itu sama mabuknya dengan dia. "Kamu juga pasti sedang mabuk, sekarang bantu aku berdiri, kita akan bersenang-senang di bar, Bocah! Ayo bantu aku!" Shania mengulurkan satu tan
Neil pun membawa Shania menuju ke sebuah hotel yang biasa ia datangi setiap kali ia akan memberikan pelayanannya. Hotel ini bagus menurutnya, memiliki fasilitas yang lengkap dan juga ... nyaman!Ya, bukan kah untuk memuaskan seorang wanita juga diperlukan sebuah kenyamanan, termasuk pemilihan tempatnya?"Double room saja, aku harus membawa wanita ini, dia sudah sangat mabuk," ucap Neil pada seorang wanita yang berada di meja resepsionis. Wanita itu terus saja memperhatikan Neil, wajahnya terlihat muram, ada rasa iri di dalam hatinya setiap kali melihat Neil membawa perempuan ke hotel tersebut, ia berharap andai saja dirinya yang berada di dalam dekap hangat seorang Neil!Padahal dia sendiri pernah merasakan kehangatan yang diberikan Neil sebelumnya."Lana?""Oh, ya ... double room?" ulang wanita itu. Keduanya memang sudah saling mengenal."Come on, Lana. Apa kamu tidak bisa bekerja lebih cepat, wanita ini mabuk, aku merasa kasihan padanya. Belum lagi tubuhnya cukup berat, aku pun haru
Bukannya diam, Shania justru semakin menangis kencang, membuat Neil meringis mendengar tangisan tidak jelas dari wanita di bawah tubuhnya itu.“Hei, Dok. Kalau kamu terus menangis seperti ini, lama-lama kamu bisa membuatku gila! Kamu ini menyewaku untuk mendengar tangisanmu atau kamu ingin aku memuaskanmu?” Neil mengusap airmata Shania dengan jempolnya, wajah Shania benar-benar telah memikat seorang bocah seperti Neil, iya bocah, bagi Shania dia adalah bocah menyebalkan!Shania terus saja menggerung, tanpa memedulikan pertanyaan Neil, karena kesal, Neil pun menutup mulut Shania dengan sebuah ciuman kasar, dia tidak bisa melihat seorang wanita menangis terlalu lama.“Ehmph! Hah!” Shania menggigit bibir Neil.“Aw! Kamu ... kenapa menggigit?”“Kamu ... kamu ingin memperkosaku?”“Hah? Kau gila? Dok, kamu yang membeli jasa, aku hanya memberikan apa yang kamu inginkan!” jawab Neil, sedikit merasa jengkel, lama-lama Shania yang malah semakin terlihat seperti anak kecil di mata Neil saat ini,
Shania merasa takut, tatapan Neil begitu dingin. Yang ada di dalam pikirannya, jika sampai Neil berbuat nekat dan menyentuhnya, maka bisa dikatakan ia benar-benar melakukan perselingkuhan dengan seorang pemuda yang jauh lebih pantas menjadi putranya."A-Aku sudah membayarmu?" Shania bertanya, berusaha memastikan apa memang dia benar-benar membayar Neil, "Katakan!""Ya, tadi saat kamu mabuk, kamu menyuruhku mengambil sejumlah uang di dalam dompet milikmu. Aku memberikannya pada Marion, pemilik klub malam.""Kamu baru memberikan uang muka," kata Neil. Tentu saja itu tidak benar, tadi Shania benar-benar tidak sadarkan diri dan belum memberikan apa pun pada Neil, itu hanya akal-akalan saja di kepala Neil. Ia tidak ingin melepaskan wanita cantik yang berada di bawah tubuhnya saat ini.Shania mendorong tubuh Neil menjauh darinya, tetapi rasanya sia-sia saja karena Neil tidak bergeser sedikit pun, "Urusan kamu dan aku seharusnya sudah selesai, Bocah. Aku ... aku tidak bisa melakukannya denga
Dari pada mendengar Shania terus merengek dan memohon agar Neil tidak melakukan apa pun, pemuda berinisiatif mengantarkan Shania kembali ke rumah, lalu dirinya pun akan kembali ke bar, menghilangkan penat.Taksi yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah yang megah, “Jadi di sini rumahmu? Oh, maaf, maksudku, rumah suamimu?” Neil memperhatikan rumah Shania yang besar dan megah, tetapi sepertinya sepi, bahkan lampu taman pun tidak dinyalakan.Untuk kembali ke rumah tersebut terasa enggan bagi Shania, tapi apa yang bisa ia lakukan. Untuk sementara, mungkin ia akan tetap kembali ke sana sampai Thomas benar-benar menceraikan dan mengusir dirinya."Bukan rumahku, tapi calon mantan suamiku," jawab Shania. Ia keluar dari dalam taksi, Neil pun mengekor di belakangnya.“Kamu tidak mau mengundangku masuk?” tanya Neil seraya menarik pergelangan tangan Shania.“Bocah, sebaiknya kamu pulang. Anggap saja ... kamu dan aku tidak pernah saling mengenal. Apa yang aku lakukan malam ini adalah sebuah k