Share

Dongeng

Aku menatap lelaki yang kini sedang melakukan gerakan memutar pada kakiku. Apakah dia juga sebaik ini kepada istrinya? Ah! Pertanyaan yang bodoh. Mungkin malah dia berbuat lebih daripada hanya memijat. Memikirkannya membuatku sebal sendiri.

"Udah cukup, Tam." Aku menarik kakiku yang masih sedang dipijatnya.

"Loh kenapa? Memangnya udah baikan?" tanya Tama dengan muka heran.

"Udah enggak apa-apa kok." Aku tersenyum singkat lantas kembali menurunkan kaki. Selain mood-ku mendadak down gara-gara mengingat Tama bisa saja memperlakukan istrinya sangat baik, aku juga risih kakiku disentuh seperti itu. Aku menyukai Tama. Dan disentuh seseorang yang kita suka itu rasanya pasti ... ah, kalian pasti tau apa maksudku.

"Oke, kita makan kebabnya saja kalau begitu." Tama memajukan sedikit posisi duduknya. Dia menarik kantong kertas dan membukanya. "Kamu suka pedas, kan?"

"Sangat suka."

Senyum pria itu kembali tersungging. "Berarti apa yang aku pesan tepat." Satu buah kebab dengan bungkus cantik
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status