Share

Terasa Panas

Aku kembali berusaha menarik tangan dari genggamannya. Kali ini berhasil. Setelahnya aku buru-buru menggapai gelas minum,dan menyeruputnya seraya memalingkan wajah. Aku merasa tubuhku memanas, dan sangat yakin kalau wajah ini sudah memerah.

Tama membuat jantungku rasanya mau lepas. Organ sebesar kepalan tangan itu berdenyut kencang seolah mau lompat keluar.

Aku terselamatkan dari situasi ini ketika ponsel Tama berdering. Dia tampak merogoh saku celananya dan mengecek benda pipih yang sedang mengeluarkan suara itu.

"Tunggu sebentar, ya. Ada telepon masuk," ucapnya lantas menyingkir.

Fiuh! Aku melepaskan napas lega begitu lelaki jangkung itu pergi. Ya Tuhan, aku bahkan masih bisa merasakan tanganku yang bergetar.

Tama mengajakku kembali ke unit setelah menerima telepon entah dari siapa. Melihat dari perubahan raut wajahnya sepertinya sudah terjadi sesuatu. Namun, aku enggak berani bertanya.

Dia mengantarku hingga ke depan unit, padahal aku beberapa kali menolak agar dia langsung s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status