Share

Tama di Hidupku

"Kok bengong? Memang kamu nggak capek terus berdiri begitu?"

Teguran Tama membuatku kikuk. Aku menggaruk belakang telingaku dengan senyum canggung dan dengan perlahan bergerak duduk di sebelah lelaki itu.

"Di kantor banyak kerjaan?" tanya Tama begitu aku duduk.

Aku sengaja duduk dengan posisi agak memepet pinggiran sofa. Resiko lumayan bahaya jika kami berbenturan. Jika Giko atau Danar, ceritanya lain lagi, aku sudah terbiasa duduk berdempelan dengan mereka. Tapi, Tama? Ditatap saja kadang bikin kebat-kebit.

"Lumayan, sih. Banyak yang harus aku kerjain tadi. Untung saja nggak sampai lembur."

Tanganku bergerak meraih remot LED. Aku butuh suara lain untuk menguraikan kecanggungan yang kadang aku rasakan saat berdua seperti ini. Rasanya begitu sunyi ketika hanya ada suaraku dan Tama yang berdengung.

"Mau aku pijat."

Hah? Seandainya tawaran itu keluar dari Danar atau Giko, aku nggak akan mikir dua kali untuk menerimanya.

"Nggak perlu, makasih. Nanti juga capeknya ilang."

Ya, kali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status