Binna meluruh ke lantai, informasi dari Sri Rahayu membuatnya terhenyak. Wajahnya kalut. Berbagai dugaan mampir di otaknya.
"Ibu Binna mendapat keringanan untuk menengok saudari Anda."
Binna tidak menjawab, dia terlalu shock. Bahkan seletah Sri pergi. Binna malah menangis.
"Kenapa kamu harus pergi, Betty. Lalu, aku sama siapa?" lirih Binna ditengah isak tangisnya.
Sementara itu, di kediaman Atmaja. Suasana duka sedang menyelimuti para penghuninya. Bisma duduk dengan wajah sedih di kursi rodanya, sungguh bagi yang melihat tingkah Bisma, mereka pasti tidak akan menyangka pria yang terlihat sopan, baik hati dan penyayang tega membunuh liliknya (tante) sendiri.
Para pembantu pun hanya bisa pasrah dan segera melakukan proses pemandian, menyolati dan penguburan Betty.
Bisik-bisik para tetangga dan sanak saudara terdengar di setiap bagian rumah yang ada kerumuman massanya.
"Kayaknya keluarga ini dikutuk, loh?"
"Hooh, kayaknya gi
Jari-jari tangan seseorang bergerak, kemudian makin merambat hingga jempol kaki kiri dan jari kaki yang awalnya bertautan merenggang. Suara napas sedikit keras terdengar. Mata sang pria terbuka dengan pelan. Cukup lama dia hanya diam mengamati langit-langit kamar, sambil mencoba mengingat apa yang terjadi.Akhirnya sang pria mengingat kejadian yang menyebabkan dirinya berada di rumah sakit. Cukup lama sang pria hanya diam sambil menatap langit-langit kamar. Dia kemudian menoleh ke kanannya, dia tertegun. Setetes air matanya jatuh."B-ba-gas," ucapnya tanpa suara.Sementara lelaki yang ia panggil namanya hanya diam.*****Dokter yang menangani Budi dan Bagas sedang memeriksa keadaan Budi. Senyum merekah di bibirnya. Sang dokter segera ke luar ruangan."Alhamdulillah, saudara Budi sudah melewati masa kritisnya.""Alhamdulillah," seru Wanto yang kini sedang bertugas menjaga Bagas dan Budi. Wanto segera menghubungi Maman dan Genta.
Genta sedang duduk sambil mengamati kerja Tim Polantas. Mereka sedang mengupayakan mengambil tubuh Bisma yang berada di dalam mobil. Melihat posisi mobil yang rusak parah, Genta sudah bisa menyimpulkan hanya saja ia ungkapkan di dalam hati."Ta.""Pak."Genta berdiri menyambut Hendra, mereka kemudian memilih duduk kembali."Bagaimana keadaan Bagas, sandera sekaligus para perawat yang di sana Pak?""Sandera baik-baik saja, para perawat sudah siuman, Bagas masih koma, Budi tidak tertolong dan Binna pingsan. Setelah sadar seperti orang gila.""Ckckck. Benar-benar keluarga psikopat. Gak nyangka Bisma segila itu, sampai membunuh adik kandungnya sendiri lagi.""Nanti kita hubungi pengacara saudara Bagas. Rupanya ada hal mencurigakan pada surat wasiat saudara Bagas.""Apa yang mencurigakan?""Tanda tangannya sedikit berdeda.""Jangan-jangan Budi terlibat?""Saya juga berpikir ke arah sana. Sepertinya saudara
Genta menatap sebal pada dua orang di depannya. Sungguh dua orang tidak berperasaan dan tidak berperikejombloan. Bagaimana bisa di depan orang lain mereka begitu mesra. Lihatlah bagaimana sang wanita naik ke atas ranjang, meletakkan kepalanya di dada sang pria sementara kedua tangannya memeluk erat sang pria. Si pria pun tak kalah menyebalkan, sesekali dia memainkan rambut sang wanita, membawanya ke hidung dan menghirup dalam-dalam. Belum lagi sesekali suara kikikan sang wanita terdengar saat sang pria sesekali mencium pipinya. Astaga!"Bisa gak sih, kalian gak mesra-mesraan di depanku!" sinis Genta menatap sebal pada pasangan suami istri di ranjang ruang perawatan VIP."Suka-suka akulah, lagian udah tahu aku lagi kangen sama istriku, kenapa kamu malah di sini? Jadi iri, 'kan kamunya?""Ckckck. Ini orang. Gak nyadar apa sejak kamu sakit, aku yang nungguin kamu, menemani kamu bersama Wanto, Mbah Maman bahkan Ricky setiap sabtu dan minggu.""Terus ... aku h
Nawang membuka pintu kamarnya, dia tersenyum mendapati sang suami masih bergelung dengan sangat nyaman di kasur. Maklumlah, Bagas baru pulang setelah seminggu berada di Singapura guna urusan bisnis.Produk teh buatan pabrik Atmaja mengalami perkembangan pesat hingga mampu menembus pasar Asia Tenggara khususnya Singapura, Malaysia dan Brunei.Nawang segera menutup pintu kamar, menguncinya dan mendekati sang suami.Nawang duduk di tepi ranjang, dengan pelan ditepuknya pipi sang suami."Mas ... bangun, sudah siang.""Hem."Bagas hanya mengguman tidak jelas."Mas ... Mas Bagas, Bapaknya anak-anak ....""Hem."Nawang mengerucutkan bibirnya. Tiba-tiba sebuah ide jahil mampir di otaknya. Nawang mendekati pipi sang suami mengecupnya tipis berulang kali.CupCupCupCupKemudian menggigit-gigit kecil pipi Bagas. Bagas menggeliat, bibirnya melengkung indah meski matanya masih terpejam. Tang
Hari yang cerah bersanding sang mega cyrus membuatku semangat melakukan rutinitas harian. Yups, mandi pagi lalu dandan, sarapan, manasin si Vario merah yang selalu setia menemani kemanapun aku pergi.Jangan tanya gandengan, gandengan setiaku ya cuma Vario yang ngintilin aku kemana aja. Kalau gandengan hidup masih ngumpet mungkin. karena hilalnya aja belum kelihatan.Lah’ mau kelihatan gimana, si surya aja masih asik nongkrong di ufuk timur.“Oke sip. Baju rapi, kerudung rapi, make up tipis, tas gendong lengkap dengan laptop. Siap berangkat,” gumamku.“Mama, Lily berangkat dulu, assalamu'alaikum,”“Eh, sebentar, Nduk. Sini, Mama mau ngomong dulu,” ajak mamaku yang cantiknya gak pernah luntur di makan waktu.“ Apaan sih, Ma? Serius amat,”“Mama nanti mau bantu-bantu Ibu Nur. Kamu tahu kan anaknya Sinta mau nikahan?“
Minggu pagi ini rumahku sedang ramai. Maklum, personelnya nambah satu, siapa lagi kalau bukan si bontot manja yang cerewetnya ngalahin emak-emak lagi nawar harga cabe. Hahaha.“Mbak,”“Hem,”“Mbaaak,”“Heemmmm,”“Ishh! Mbak Lily nih kok cuma hem, hem doang. Mau jadi Nisa sabyan apa gimana sih?” Si bontot mulai beraksi.“Lah, emangnya Mbak mesti jawab apa? Kamu aja cuma manggil 'Mbak'. Kalau kamu nanya ya Mbak jawab dong,” jawabku ketus.“Hehehe. Iya juga sih ya? Mbak, bagi wifi dong,” Pintanya sambil memasang wajah sok polos bak Cinderella yang minta ikut pesta dansa.“Hiih, Dasar enggak modal! Emang mau ngapain?” tanyaku penasaran.“Mau nonton konser BTS, hehehe,” jawab Lala sambil cengengesan.Nah, ngomongin adik aku. Dia paling demen sama oppa Korea. Dari Suju, TVXQ, Shine, BTS dan lain-
“Baiklah anak-anak. Sekarang Ibu mau bermain tanya jawab dengan kalian,” ucapku.“Apa yang kalian tahu tentang larutan asam?”Salah seorang siswa mengangkat telunjuknya.“Iya, Rahma, silahkan kamu kemukakan jawabanmu,” pintaku.“Asam adalah larutan yang memiliki rasa asam, pH<7, dalam air akan menghasilkan ion H+ (ion hidrogen), mengkorosi besi dan mengubah kertas lakmus biru menjadi merah,” terang Rahma.“Sip, bagus, Mbak Rahma. Coba sebutkan 5 contoh asam dalam kehidupan sehari-hari!” lanjutku.“Saya, Bu guru. Contohnya asam klorida, asam asetat, asam sulfat, asam nitrat, dan asam sulfida,” terang siswa bernama Ardi.“Kalau pada makanan, ada yang bisa menyebutkan contohnya?” Aku melanjutkan pertanyaanku.“Asam jawa, jeruk, mangga, hampir semua buah yang asam, Bu guru,” lanjut Ardi.“Iya pinter. Nah kalau
“Siamo...”“Siamo...”“Baik anak-anak semua. Halo Pigeon? Gimana kabar kalian?” tanyaku.“Baik, Bu guru, luar biasa,” jawab mereka kompak.“Oke. Mulai hari ini kita semua akan berjuang semaksimal mungkin untuk mendapat hasil terbaik. Ibu tidak menuntut apapun dari kalian. Hanya pinta Ibu, lakukan yang terbaik yang kalian bias,” Begitulah kata-kata yang kusampaikan kepada regu PMR Wira di sekolahku.Kami menyebut diri kami sebagai 'The Pigeon' yang artinya merpati. Yap, hari ini selama empat hari ke depan, kami akan mengikuti kegiatan Jumpa Bakti Gembira (JUMBARA) PMR Mula Madya dan Wira tingkat kabupaten di daerah.Khusus yang menginap dan mendirikan tenda adalah anggota PMR Madya (SMP) dan PMR Wira (SMA).Setiap kontingen sekolah yang mengikuti jumbara terdiri dari 20 peserta boleh campur atau sejenis.