Share

SAHABATKU JADI MADU SUAMIKU
SAHABATKU JADI MADU SUAMIKU
Penulis: Ayuraa

Harus Kehilangan Bayi & Rahim

Darah mengalir deras dari pangkal paha Flora. Wanita itu terus meringis kesakitan. Kepalanya terasa berputar, dan dunianya seolah runtuh.

“T-tolong… bayiku…,” suara lirih Flora terucap sambil memegangi perutnya yang terasa perih.

Flora baru saja terjatuh dari lantai dua saat mendorong keranjang yang berisi pakaian kotor dan sprei nya.

Wanita yang tengah hamil tua itu terlalu keras kepala dan merasa mampu mengatasi semuanya sendiri, sampai semua itu berakibat fatal untuk nyawa jabang bayi dan dirinya sendiri.

Mama Ratna, ibu mertua Flora yang panik melihat apa yang terjadi dengan menantu nya, langsung menelepon ambulans dan anaknya. Tidak sampai sepuluh menit, ambulans datang dan segera membawa Flora.

Walaupun sudah melakukan pertolongan pertama, tetap rasa perih yang Flora rasakan tidak berkurang.

“Kamu harus kuat sayang!” ucap Mama Ratna yang berjalan di sebelah brankar Flora dengan raut wajah penuh kegelisahan.

Ketika sampai di IGD, Mama Ratna dilarang untuk ikut masuk. “Mohon tunggu di luar ya, Bu, biar kami menangani pasien terlebih dahulu!” ujar salah satu perawat yang memasukan brankar Flora ke IGD.

Mama Ratna mengangguk dengan air mata yang lolos begitu saja membasahi pipinya. “Tolong selamatkan menantu dan cucu saya!” ucapnya.

Suster mengangguk, kemudian menutup pintu ruangan tersebut.

Tepat ketika pintu ditutup, karena rasa sakit yang luar biasa, Flora pun akhirnya tidak sadarkan diri.

Pandangan gelap dan kepala yang terasa kosong Flora rasakan selama beberapa saat. Ia tidak tahu berapa lama ia tertidur. Seluruh tubuhnya terasa sakit, seperti dipukuli oleh beberapa orang.

Flora merasakan seberkas cahaya menusuk matanya. Perlahan, ia pun membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah Dewa, suaminya, tengah duduk di kursi sebelah ranjang sembari menangis dan menggenggam tangannya.

“Mas Dewa…”

“Flora! Sayang, kamu sudah sadar?!” Dewa segera memanggil dokter, lalu kembali menggenggam tangan Flora kuat-kuat.

“Kenapa kamu menangis, Mas?” tanya Flora sambil mengulurkan tangan dan mengusap pipi Dewa yang basah.

Dewa tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala.

Flora merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia pun mulai mengecek perutnya yang sekarang sudah rata.

“Anak kita mana?” Imbuhnya dengan sebuah senyuman. Apakah ia sudah melahirkan bayinya? Kalau begitu, di mana anak itu sekarang? Flora tidak sabar untuk melihatnya.

Dewa menggeleng, dan kembali menangis. “Bayi kita gak selamat, Sayang. Kamu harus ikhlas ya. Kita harus sama-sama kuat menerima ujian dan takdir kita,” jawab Dewa.

Mendengar kabar tersebut, Flora tentu tidak percaya dan tidak terima.

“Gak, Mas! Itu gak mungkin! Kamu pasti bercanda kan! Ini semua gak lucu!” teriaknya sembari menangis.

Dewa segera memeluk tubuh Flora, menenangkan dan menguatkannya.

Dalam keadaan Flora yang sedang berduka dan bersedih, Mama Ratna masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ia menatap tajam ke arah Flora dan berucap, “Lihat apa yang terjadi sekarang Flora! Ini semua adalah kesalahan kamu! Gara-gara kamu gak dengerin ucapan Mama, bayi kamu jadi meninggal dan rahim kamu juga harus diangkat!”

Mama Ratna memang benar. Mertuanya memang sudah melarang Flora untuk melakukan banyak pekerjaan, tapi dirinya terlalu keras kepala.

Namun, apakah perlu Mama Ratna memarahinya sekarang? Flora bahkan baru saja keguguran.

“Mama benar-benar menyesal mempunyai menantu keras kepala seperti kamu! Gara-gara kecerobohan kamu, cucu Mama jadi mati! Seharusnya, saat ini Mama udah menggendong cucu!” Mama Ratna tetap marah-marah, sambil menunjuk kasar Flora.

Wanita itu menangis keras. “Maaf… Maafin Flora….”

“Cukup, Ma!” Dewa tiba-tiba membentak. “Mama jangan menyalahkan Flora begitu dong, kasihan Flora. Aku dan dia juga sama-sama merasa sedih dan kehilangan. Semua ini musibah, gak ada yang menginginkan hal ini terjadi, Ma!”

Mama Ratna tampak semakin meradang saat Dewa malah membela Flora. “Belain saja istrimu itu, Dewa!”

“Dasar menantu gak berguna!” sambungnya sembari menatap Flora dengan sinis, kemudian pergi begitu saja meninggalkan ruangan.

***

Hari berlalu setelah duka itu. Flora masih mencoba ikhlas karena kehilangan buah hatinya, maupun tentang keadaan dirinya sekarang yang tidak bisa lagi punya anak.

Ia sangat beruntung karena Dewa tetap menjadi suami yang mencintainya. Di saat Flora terpuruk, Dewa selalu ada untuknya. Trauma Flora pun perlahan berkurang. Ia sudah bisa menerima kenyataan itu.

Namun, tidak dengan sang mertua. Wanita paruh baya itu terus-terusan menyindir Flora. Dan puncaknya adalah hari ini, di mana ia tiba-tiba melemparkan satu foto wanita di hadapan Dewa dan Flora yang sedang duduk bersantai di ruang tengah.

“Itu adalah calon istri terbaik untuk kamu, Dewa!” ujar Mama Ratna tanpa rasa bersalah.

“Maksud Mama apa bicara seperti itu di hadapan aku dan Flora?!” tanya Dewa dengan sorot matanya yang tajam.

“Ceraikan saja istri kamu itu sekarang, kemudian kamu menikah dengan anak teman Mama. Dia lebih cantik, pintar, mapan dan bisa diandalkan. Tidak seperti istrimu itu yang gak berguna! Buat apa istri yang gak bisa kasih keturunan?!”

Mendengar ucapan yang menohok dari mertuanya, apalagi ia terang-terangan menjodohkan Dewa dengan wanita lain di depan mata Flora, Flora tentu merasa sedih, marah, juga kesal.

Flora menangis, rasa sedih dan sakit hatinya saat ini berkali-kali lipat dari sebelumnya. Ia sudah harus menerima kenyataan pahit kehilangan buah hati dan rahimnya, ditambah mendengar ucapan yang tidak mengenakan dari mama mertuanya.

Flora memang sadar diri jika sekarang dan sampai kapanpun ia sudah tidak bisa lagi memberikan keturunan untuk Dewa, namun tidak seharusnya Mama Ratna bicara seperti itu.

“Cukup, hentikan omong kosong Mama!” bela Dewa. “Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membagi cinta aku kepada perempuan lain, apalagi sampai menceraikan Flora!” tegas Dewa.

“Mama gak peduli tentang bagaimana perasaan kamu ke Flora dan bagaimana perasaan Flora ke kamu.” Mama Ratna melirik Flora dengan sinisnya.

“Kamu adalah anak tunggal Mama. Jika kamu tidak punya anak, lalu siapa yang akan mewarisi semua kekayaan kita nanti? Jika kamu tidak mau menceritakannya, mau tidak mau, istrimu harus menerima jika dia dimadu!” sambung Mama Ratna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status