Share

Mas, aku izinkan kamu menikahi Lintang!

Setelah selesai makan malam, sebelum pulang, Flora mengajak Lintang untuk mengobrol berdua. Selain ingin melepaskan rindu dengan sahabat lama, Flora juga ingin bertanya sesuatu kepada Lintang.

Kini mereka sedang duduk berdua di kursi taman yang berada di luar restoran.

“Kamu dan Mas Dewa sudah lama menikah?” tanya Lintang.

“Kami sudah berhubungan cukup lama, dan sudah menikah beberapa tahun. Tapi sayangnya, aku melakukan kesalahan besar dan membuat Mas Dewa juga Mama Ratna kecewa,” ucap Flora.

“Kesalahan besar? Memang nya kamu melakukan kesalahan apa?” tanya Lintang lagi.

“Beberapa hari yang lalu, aku jatuh dari tangga. Saat itu aku lagi hamil besar, gara-gara tragedi itu, aku harus kehilangan bayi dan rahim aku, Lin.” Flora bercerita sembari menangis.

Melihat Flora yang menangis, Lintang menunjukan simpatinya. Ia memeluk tubuh Flora sembari mengelus-elus punggungnya dengan lembut.

“Aku turut prihatin dengan musibah yang menimpa kamu, Flo. Kamu yang kuat ya! Kamu adalah perempuan yang hebat, aku yakin, kamu bisa melewati semua ujian rumah tangga kamu. Jangan patah semangat ya!”

“Terima kasih Lin.”

Lintang melepaskan pelukannya, “sama-sama, kamu jangan sedih lagi ya. Sekarang kan kita udah ketemu, kamu kalo ada masalah atau apapun itu, jangan sungkan untuk cerita sama aku ya! Aku pasti akan dengan senang hati menghibur kamu,” ucap Lintang.

“Iya, aku percaya kok bahwa sampai sekarang, kamu tetap sahabat terbaik aku,” sahut Flora.

“Lin... aku mau tanya sesuatu sama kamu.”

“Tanya soal apa?”

“Apa Mama Ratna bilang sesuatu soal Mas Dewa, ke kamu?”

“Enggak kok, Tante Ratna hanya mengajak aku dan mama untuk bertemu di sini. Kami mau, karena kebetulan banget kami juga lagi gak sibuk. Udah lama juga aku gak ketemu sama Tante Ratna dan Mas Dewa, karena aku baru pulang ke Indo beberapa bulan yang lalu.”

“Jadi... Mama Ratna belum ngasih tau kalo beliau mau menjodohkan kamu dan Mas Dewa?”

“Menjodohkan aku dan Mas Dewa? Bagaimana mungkin? Jangan bercanda kamu, Flo!” ujar Lintang sembari tertawa.

“Aku serius. Sebelum kami ke sini, Mama Ratna bilang bahwa beliau berniat untuk menikahkan Mas Dewa dengan kamu.”

“Mungkin Tante Ratna hanya bercanda. Kita tau sendiri Tante Ratna kan emang suka bercanda.”

Dewa dan yang lainnya menyusul Flora dan Lintang.

Karena hari semakin malam, mereka pun memutuskan untuk pulang.

Di perjalanan pulang, Flora memantapkan hatinya untuk menerima Lintang sebagai istri kedua Dewa.

Flora merasa sangat yakin kalau Lintang wanita yang baik dan cocok menjadi istri Dewa.

“Mas, aku izinkan kamu menikahi Lintang,” ucapnya secara tiba-tiba.

Mendengar ucapan Flora, Dewa membulatkan matanya, ia tidak menyangka jika Flora dengan mudahnya mengucapkan kalimat itu.

Sementara Mama Ratna yang berada di jok belakang, merasa sangat senang dan puas atas keputusan Flora.

Dewa yang tidak mengerti dengan cara berpikir istrinya, merasa kesal saat mendengar ucapan Flora.

“Kamu ini ngomong apa sih Flo? Kenapa selalu ngaco begitu? Udah kayak orang yang di hipnotis aja!”

“Loh, kamu seharusnya buka mata dan pikiran kamu dong Dewa. Seharusnya kamu itu merasa senang karena Flora sudah mau mengerti dan mengikhlaskan kamu untuk menikahi Lintang. Itu adalah kesempatan emas untuk kamu dan Mama. Jangan kamu sia-siakan, karena itu adalah jalan satu-satunya supaya kita bisa memiliki keturunan!” ujar Mama Ratna dengan semangat.

“Aku minta, Mama tolong berhenti untuk ikut campur dengan masalah rumah tangga aku dan Flora, Ma!” tegas Dewa.

“Aku gak mau rumah tangga kita hancur hanya karena adanya orang ketiga, Flo. Kenapa kamu gak mikir ke situ sih? Kenapa kamu malah sependapat dengan mama dan meminta aku untuk menikah lagi? Apa kamu udah gak cinta lagi sama aku?!” cecar Dewa tidak terima dengan keputusan Flora.

Melihat Dewa yang merasa tidak dicintai olehnya, Flora menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggenggam tangan Dewa.

“Gak begitu, Mas. Aku bersikap seperti ini, justru karena aku sangat mencintai kamu Mas Dewa. Aku mau kamu merasa bahagia karena memiliki keturunan. Aku tau, bahwa semua laki-laki itu menginginkan seorang anak. Sedangkan aku, aku tidak bisa memberikan itu untuk kamu. Jadi, demi kebahagiaan kamu, aku rela mengorbankan perasaan aku. Kamu mau menikah dengan Lintang ya? Hanya dengan menikah dengannya, kamu bisa mempunyai keturunan,” ucap Lintang.

“Lagipula Lintang adalah perempuan yang baik, aku dan dia sangat dekat dan saling menyayangi satu sama lain. Meskipun pedih membagi suami dengan wanita lain, namun setidaknya aku tahu betul bagaimana calon maduku. Dan aku rela berbagi kamu dengan dia. Kamu percaya ya sama aku, Mas. Aku benar-benar ikhlas dan benar-benar mau menerima Lintang untuk berada di tengah-tengah rumah tangga kita. Ini adalah yang terbaik untuk rumah tangga kita, Mas. Karena jika kamu bahagia, aku juga pasti ikut bahagia,” sambungnya.

“Aku gak bisa berkata-kata lagi, Flo. Kamu bukan seperti kamu yang aku kenal. Mama mengancam apa ke kamu, sampai-sampai kamu dengan mudahnya berkata seperti itu?!”

“Mama sama sekali gak ngancam aku, Mas. Aku bicara seperti ini, sepenuhnya atas dasar keinginan aku, bukan karena paksaan siapapun. Lintang juga kan sahabat kamu, kamu sudah dekat dengan dia dari kecil, itu artinya bukan suatu hal yang sulit untuk kamu menerima dia kembali dalam kehidupan kamu.”

“Sudah cukup, Flo. Jangan bahas itu lagi. Aku mau fokus nyetir, jadi kamu jangan membebani pikiran aku dengan semua ucapan gila kamu itu!”

Flora menghela nafasnya, ia tahu jika keinginannya itu salah, namun ia terpaksa melakukannya agar hubungannya dengan mertua bisa membaik, juga tidak membuat hubungan Dewa dengan mamanya berantakan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status