Share

Kenapa Salah Ku?

Kaki yang tertutup rok span itu berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepeda motor. Dan melajukannya untuk keluar dari rumah sakit. Rifda berhenti di warung makan padang dan membeli lauk pauk di sana. 

Dia harus super hemat dalam hal makan dan kebutuhan pribadinya. Untuk nasi dia selalu menyediakan di kos dan masak sendiri. Kalau untuk lauk dia hanya beli sehari sekali dengan harga duapuluh ribu, terkadang lauknya itupun buat satu hari selanjutnya. Dia memilih dua potong ayam kecap dan tumis buncis wortel. 

Setelah itu dia melanjutkan perjalanan untuk pulang ke kos. Dia kaget karena ada Sonia dan mobilnya yang berdiri di depan gerbang kosnya. Terpaksa Rifda memberikan senyum dan menyapanya.

Sonia, ucap Rifda sambil memarkir sepedabya di depan gerbang kos.

Sonia menghampiri Rifda, "Lo itu apa-apaan sih Rif, kok malah ngedeketin cewek genit itu dengan Reyhan. Lo ngak sadar dengan janji lo?"

"Ni, lo itu ngomong apa sih?" tanya Rifda.

"Jangan-jangan lo sekongkol ya sama cewek itu?" tuduh Sonia deNgan nada yang meninggi.

Rifda membuang nafasnya kasar, "Gue banyak kerjaan, mendingan lo pulang."

Selangkah Rifda melangkah, pergelangan tangannya sudah dicekal kuat oleh Sonia.

"Gue belum selesai ngomong ya Rif!" bentak Sonia.

"Lepas ngak Ni!" pinta Rifda.

"Lo harus jelasin dulu, ngapain Reyhan deket sama cewek itu. Padahal lo juga di situ kan?" ucap Sonia dengan mata tajamnya.

"Lo itu kenapa sih over banget sama Reyhan. Kalau lo sayang sama dia seharusnya lo percaya dong sama dia." Rifda mdngeluarkan unek-uneknya.

"Dan gue tegesin sama lo ya. Gue ngak ada janji apapaun sama lo." Rifda menghempaskan tangan Sonia kasar.

Sonia menatap kepergian Rifda dengan kebencian.

***

"Lo kenapa sih Ni ngajakin gue untuk mantau Rifda. Yang harus lo curigain itu Tania bukan Rifda, sih kutu buku itu," ucap Dinda sambil memperbaiki riasan wajahnya di dalam mobil Sonia.

"Gue mau Rifda menyesal atas ucapannya," ucap Sonia dengan kebencian.

"Ucapan apa?" tanya Dinda dengan santai yang masih memoles wajanya dengan bedak padat.

"Dia berani bentak gue Din. Dan ngajarin gue cara mencintai. Emang dia siapa, sok tau tentang hubungan gue." Sonia mengeluarkan kesalnya.

Fokus Dinda beralih pada Sonia, "Hah, lo bercanda kan?"

"Dia udah berani sama gue. Dan gue tidak terima tentang ucapannya itu," ucap Sonia.

"Gue ngak yakin deh kalau Rifda bentak lo," ucap Dinda.

"Lo lebih percaya dia dibanding sama gue," ucap Sonia sambil menoleh kea rah Dinda.

"Ya, bukan begitu Ni," ucap Dinda.

"Sepulang praktik, gue jemput lo. Dan lo harus bantu gue," pinta Sonia.

Dinda hanya bisa diam dan mengiyakan sahabatnya.

     ***

 Sonia siap dengan rencananya. Dia ingin Rifda tidak lagi menguruinya. Rifda yang sedang asyik membeli buku, tiba-tiba ditarik oleh Sonia.

"Lo, apa-apaan sih Ni," ucap Rifda.

"Ikut gue," pinta Sonia. Dia menarik pergelangan tangan Rifda dan memojokkan do dasbord mobil merahnya. 

"Kasar banget sih lo," ucap Rifda sambil menghempaskan tangan Sonia.

Dinda yang sedari tadi diam, hanya melihat ke arah dua perempuan itu. Dia sebenarnya tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka. 

"Lo, mulai sekarang jangan pernah sedikitpun untuk mendekatkan Reyhan dengan Tania," ucap Sonia dengan kedua matanya yang melotot.

Wajah Rifda berpaling dari Sonia kemudian dia tersenyum kecur padanya, "Gue tekenin ya sama lo. Gue tidak ada waktu untik ngurusin masalah percintaan lo."

Sonia semakin geram dengan ucapan Rifda. Kedua tanganya mengepal, "Lo?".

"Kenapa? Gue ngak habis pikir deh sama lo," ucap Rifda.

Secepat kilat tangan kanan Sonia siap meluncur ke pipi Rifda dan secepat kilat juga ada tangan yang menghalangi Sonia. Dia berdiri tepat di depan Sonia dan Rifda di belakangnya. Dia menatap Sonia dengan tajam.

"Jangam pernah lo sentuh dia sedikitpun," ucap pria yang sangat dicintai Sonia.

"Reyhan," ucap Sonia kaget.

"Gue harap, lo bisa terima keputusan yang sudah ada. Lo bisa lanjutin hidup lo dan maaf jangan pernah lo ngurusi hidup gue," ucap Reyhan dengan kedua matanya yang menyakinkan Sonia.

Tak terasa bulir air jatuh dari pelupuk mata Sonia, "Aku masih sayang sama kamu Rey."

"Maaf, kita bisa jadi teman, tidak lebih dari itu," ucap Reyhan.

Rifda hanya melihat dua lawan jenis itu berbicara begitupula Dinda. Rifda sangat mengerti, Sonia begitu menyayangi Reyhan. Tapi cinta Tania seperti mengkekang Reyhan terlalu dalam. 

Dengan cepat Reyhan menarik pergelangan  tangan Rifda yang berbalut baju tunik dan mengikuti setiap langkah kakinya. Pria itu membuat Rifda kesal karena sudah berani menarik pergelangan tanganya. Seumur-umur hanya dia yang berani memaksa Rifda untuk mengikutinya.

"Lo, ngak sopan banget sih," keluh Rifda.

Reyhan melepaskan pergelangan tangan Rifda. Dia melirik sebentar ke gadis itu yang merasa tidak nyaman dengan kelakuannya tadi. Kedua tangannya bertolak pinggang dengan membuang nafas kasar.

"Gue minta maaf," ucap Reyhan. Dia membawa Rifda jauh dari Sonia. 

"Lo seharusnya ngak perlu bilang ke Sonia seperti itu tadi. Seakan-akan gue dipihak lo," ucap Rifda.

"Lo ngak usah balas chat dia kalau nanya tentang gue. Apapun itu alasannya, lo harus buang rasa kasihan itu," ucap Reyhan.

"Lo ternyata udah tau semuanya? Kalau Sonia nyuruh gue ngawasin lo?" tanya Rifda.

"Gue kenal Sonia. Gue tau dia seperti apa. Saat dia ngikutin lo kesini pun, gue tau." Reyhan sedikit lembut saat berbicara seperti itu.

"Meskipun dia nyuruh gue, tapi gue ngak pernah nuruti permintaannya. Lagian itu masalah kalian berdua," ucap Rifda.

"Yasudah kalau gitu. Dan lo jangan lupa sama janji lo," ucap Reyhan.

"Iya Bapak Reyhan. Saya ingat kalau punya tangunggan untuk mobil anda," ucap Rifda dengan kesal.

Reyhan menaikkan satu alisnya kemudian pergi. Baru satu langkah kakinya berjalan, Rifda memanggilnya.

"Rey," panggil Rifda. Reyhanpun menoleh.

"Gue harap lo bisa menyayangi cewek dengan tulus." Dengan spontan Rifda mengutarakan itu. Dia memang tidak terlalu mengenal Reyhan, tapi dari asumsi-asumsi teman kampus mengenainya, menjadi peluang bagi Rifda melakukan itu.

Reyhan hanya menatap Rifda tanpa menangapi apapun. Dia berlanjut berjalan dan menghilang dari pandangan Rifda.

"Kenapa gue tadi ngomong seperti itu," sesal Rifda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status