Share

Perkenalan Hari Pertama

     Kepala ruangan dan pegawai yang lain berkumpul untuk menyambut kedatangan kami.

 “Assalamualaikum semuanya,” ucap kepala ruangan.

 “Waalaikumsalam,” jawab kami yang hadir kecuali Rendy. Entah kemana anak itu.

 “Selamat datang di Rumah Sakit Jaya Medika, selamat datang di ruangan rehabilitasi medik. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya Anto Wijaya. Kalian bisa panggil Pak Anto, couch Anto, Kak Anto atau yang lebih romantis yaitu Mas Anto,” ucap pak Anto diselingi candaan. 

Tubuhnya tegap memilki kulit putih rambutnya cukup lebat, seperti perawakan tentara, kelihatannya keras tapi kalau sudah mendengar ucapannya dia sosok yang hangat.

Semua yang hadir tertawa kecil mendengar ucapan pak Anto.

“Gini-gini saya masih muda loh. Masih duapuluhan,” tambahnya.

“Duapuluh kali dua ya pak,” ucap salah satu fisioterapis cowok.

“Hahahaha,” tawa pak Anto.

“Baiklah tugas kalian disini membantu kami dalam kegiatan terapi, kalian diwajibkan menerapkan ilmu yang ada diperkuliahan di ruangan ini guna membantu proses penyembuhan pasien. Jika ada sesuatu yang ditanyakan atau kalian yang tidak tau langsung ditanyakan saja. Kami selalu setia membantu dan menjadi pengawas kalian. Jadi manfaatkanlah kesempatan praktik ini guna melatih skill kalian. Untuk tugasnya, pasti sudah dijelaskaan oleh institusi, saya hanya mengikutinya asalkan kalian harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin konsul. Satu hari sebelum konsul harus ada janji. Dan konsulnya harus satu kelompok, jangan sampai deadline mundur. Itulah penjelasan dari saya. Ada yang perlu ditanyakan?”

“Tidak pak,” jawab kami.

“Di ruang ini ada tujuh fisioterapis termasuk saya. Silahkan kakak senior memperkenalkan diri,” ucap pak Anto.

Dari ujung kanan.

“Halo semuanya nama saya Trisna. Saya sudah bekerja selama lima tahun di rumah sakit Jaya Medika dan saya disini ditugaskan sebagai pembimbing kedua jika pak Anto tidak bisa memberikan konsultasi. Terimakasih,” ucap kak Trisna. Perawakannya seperti pak Anto, tapi dia lebih tegas dan cuek.

“Halo. Saya Hamidah. Ibu dua anak. Saya selisih setahun kerjanya dengan Kak Trisna. Saya sudah enam tahun bekerja disini,” ucap kak Hamidah. Seorang senior yang hangat. Wajahnya juga imut dan nada bicaranya halus.

 “Halo. Saya Lidia. Saya bekerja di rumah sakit Jaya Medika sudah 4 tahun. Salam kenal dari saya untuk kalian semua, jika kalian ingin bertanya seputar fisioterapi silahkan dengan senang hati saya akan menjelaskannya.” ucap kak Lidia. Dia orang yang ceria, murah senyum.

 “Halo saya Utami. Pengalaman kerja sekitar dua tahun. Terimakasih,” ucap kak Utami. Masih mudah, cantik, tubuhnya juga bagus, kulit putih. Sepertinya dia lumayan tertutup.

 “Assalamualaikum. Saya Zaid, pengalaman kerja di sini sekitar tiga tahun. Salam kenal dari saya,” Ucap kak Zaid. Dia terlihat agamis terlihat dari penampilannya. Dia juga mempunyai brewok seperti orang arab.

 “Assalamualaikum. Saya Kemal, saya suka dipanggil Mas Kemal. Saya temannya Kak Zaid. Saya masih single. Kak Zaid juga masih. Kalian bisa tanya tentang ilmu fisioterapis, saya sangat senang sekali jika kalian bertanya. Bisa via whatshap atau langsung. Silahkan,” ucap mas Zaid. Sambutannya cukup mengelitik, hingga membuat kami tertawa geli. Dia sepertinya lebih jujur dan terbuka.

 “Demikian perkenalan singkat dari kami. Oh ya kalian para cewek-cewek harus hati-hati dengan Mas Kemal. Dia cukup ganas.” Semuanya tertawa mendengar ucapan pak Anto. Terlihat wajah mas Kemal seperti malu.

 “Jadi disini saya yang paling senior. Saya sudah tujuh tahun. Sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri,” pinta pak Anto.

 Entah kenapa Rifda begitu gelisah, karena Reyhan tidak datang. Kalau sampai dia tidak hadir maka akan mengurangi nilai kekompakan kelompok.

Dari sisi kiri yang memperkenalkan. Disela-sela kami perkenalan, pak Anto melihat absen dikertas.

“Halo,,selamat pagi. Saya Orlando Kevin Akhmad. Nama panggilan Kevin,” ucap Kevin.

“Halo saya Nirinda Adinda. Biasanya dipanggil Dinda,” ucap Dinda.

“Selamat pagi. Nama Saya Rifdatul Auliyah Rinjani, panggilannya Rifda. Terimakasih,” ucap Rifda.

“Halo nama saya Meilinda Sonia. Biasanya dipanggil Sonia,” ucap Sonia.

“Terimakasih atas perkenalannya. Kalian ada lima orang kan? Yang satunya mana?”

“Hening tidak ada yang menjawab. Kami hanya melirik satu sama lain.

“Permisi. Assalamualaikum,” ucap dari luar pintu ruangan.

“Waalaikumsalam,” jawab kami semua.

Reyhan datang dengan kondisi cukup kusut. Keringat terlihat bercucuran dan nafas tersengal-sengal.

“Kamu yang juga praktik di sini?” tanya pak Anto.

Reyhan berjalan mengisi baris sejajar dengan kami, “ Iya pak. Mohon maaf saya telat tadi ada kendala di jalan. Sekali lagi mohon maaf,” ucap Reyhan.

Terlihat pak Anto memperhatikan penampilan Reyhan dari bawah sampai atas.

“Baiklah, tapi jangan ulangi kesalahanmu ini. Setidaknya kamu memberitahu ke temanmu,” ucap pak Anto.

“Iya pak,” sahut Reyhan.

“Silahkan untuk memperkenalkan diri,” pinta pak Anto.

“Halo, saya Reyhan Alfanani. Biasanya dipanggil Reyhan. Terimakasih,” ucap Reyhan.

“Oke perkenalan sudah selesai. Kalian bisa melakukan kegiatan selanjutnya. Selamat bertugas. Wasalamualaikumwarahmatullahiwabarakatu,” ucap pak nto menutup sambutan hari ini.

Kami mulai mengikuti kak Trisna, dia memperkenalkan ruangan dan alat-alat yang ada. Dia juga memandu kami untuk memcoba alat yang ada.

Terlihat pasien mulai datang satu persatu memasuki rungan, kamipun bertugas sesuai prosedur yang ada. Rifda dan Dinda bersama menangani pasien dipandu kak Lidia. Reyhan dengan kak Utami. Kevin dengan kak Zaid. Sonia dengan kak Kemal. Kak Hamida dan pak Trisna mengurus pasien masing-masing. Sedangkan pak Anto, sedang ada rapat di aula.

Banyak tipe pasien, mereka begitu unik. Ya karena manusia itu memang unik. Kevin terlihat patuh sekali dengan kak Zaid. Sesekali kak Zaid menyelipkan petuah agama untuk membuat pasien lebih semangat.

“Bu, ibu harus selalu optimis dan yakin. Kalau tidak yakin, maka hasilnya juga nihil. Allah mengabulkan do’a hamba-Nya sesuai prasangka. Jadi harus selalu optimis,” ucap kak Zaid.

“Kadang saya ini capek pak. Setiap hari selalu bergantung sama anak. Anak juga sering ngelu. Saya jadi sedih,” ucap pasien. Dia memnderita stroke selama empat tahun. Kakinya tidak bisa berjalan.

Kak Zaid menghela nafas sebentar, “Tapi ibu harus tau ngak ada anak yang tega dengan ibunya. Mungkin saja anaknya sedang capek. Kalau ibu bantuan saya siap membantu. Tolong ibu selalu berpikiran positif. Anak ibu kan banyak. Ibu juga bisa memilih harus tinggal dengan siapa.’

Pasien itu terlihat mengangukkan kepalanya. Raut wajah Kevin seperti kasihan kepada pasien itu. Dia begitu hati-hati melatihnya.

Disisi lain ada Kak Kemal dan Sonia dengan pasien wanita. Pasien itu umurnya sudah lanjut sekitar 85 tahun tapi dandananya tak kala dengan ABG. Pasien itu pasca jatuh dari kamar mandi. Kaki kirinya mengalami cedera. 

“Nak nama kamu siapa?” tanya pasien itu.

“Sonia nek,” jawab Sonia.

“Cantik seperti wajahnya,” ucap pasien.

Kak Kemal yang menyiapkan alat juga mendengarkan pembicaraan S onia dengan pasien.

“Kamu masih sendiri?” tanya pasien.

Sonia tersenyum, “Saya masih sendiri nek.”

“Nenek punya cucu, ganteng sekali. Dia lulusan luar negeri dan sekarang udah bekerja di perusahan BUMN, jadi manager. Kamu mau nenek kenalin.” Pasien itu antusias menceritakan cucunya pada Sonia,

Kak Kemal datang, “Susah siap nek?”

“Iya.” Jawabnya singkat.

Kak Kemal mulai mengerakkan kaki kiri pasien, “Pelan-pelan dong,” ucap nenek.

“Iya nek,” sahut kak Kemal.

“Sonia, kamu udah semester berapa?” tanya pasien.

“Semester tujuh nek,” jawab Sonia.

“Mau lulus dong. Sama cucu nenek aja deh,”

Sonia hanya tersenyum. Sementara kak Kemal tidak suka dengan perkataan pasien itu, main jodoh-jodohin. Karena kak Kemal tertarik dengan Sonia.

“Pelan-pelan dong mas,” ucap pasien.

“Iya nek. Ini udah pelan kok,” sahut kak Kemal.

“Nenek tarik nafas kemudian keluarkan pelan-pelan. Supaya nyerinya berkurang,” ucap Sonia.

“Nenek itu mengikuti saran Sonia, “Lebih lega ya.”

“Aduh, nenek ngak sabar ngenalin kamu ke cucu nenek.”

“Dia sudag punya pacar nek,” ucap kak Kemal.

“Yang benar kamu?” tanya pasien.

“Coba tanya sama orangnya,”

“Benar kamu sudah punya pacar?” tanya pasien pada Sonia.

Sonia meliht kak Kemal, dia memberi isyarat dengan mengedipkan mata yang artinya menyetujui sarannya.

“Iya nek.” Ucap Sonia sedikit ragu.

“Putusin saja kalau gitu,” ucap pasien.

“Pacarnya itu saya nek,” ucap kak Kemal.

“Hah.” Pasien kaget. “Cewek secantik ini pacaran sama kamu,” tambahnya.

 “Nenek ngak boleh kayak gitu,” ucap Sonia.

 “Cu,,kamu ini cantik pilih yang ganteng juga,” ucap pasien.

 “Cintanya sama saya nek. Cinta ngak bisa dipaksa,” sahut kak Kemal.

 “Udah-udah. Saya mau diterapi sama Sonia saja. Lepasin kaki saya,” pinta pasien dengan nada ketusnya.`

 “Tapi nek saya masih praktik disini dan butuh pendamping,” ucap Sonia.

 Kak Kemal berdiri dan mendekati Sonia, “Ngak papa lakuakan yang kamu bisa, saya ambil alat dulu. Biar dia ngak ngomel-ngomel.” Kak kemal pergi.

 “Baiklah nek,” ucap Sonia.

 Kak Kemal pergi sambil mengerutu, “ Bener-bener, kurang nganteng apa coba gue.”

 Diseberang sana, ada kak Utami dan Reyhan. Mereka menangani pasien pria yang masih muda. Pasien itu cedera pada lengan kanannya karena kesalahan saat main volly.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status