Share

Bab 2 : Bidadari Jatuh dari Langit

Li Jing merupakan aktor papan atas dunia perfilman. Wajahnya tampan, memiliki kulit putih bersih serta tubuh yang gagah. Tingginya kira-kira 185 cm.

Aktor asal China itu kini harus di sebuah pulau yang terkenal dengan keindahan pantainya, Bali. Selain karena urusan syuting pembuatan film, Li Jing juga di Indonesia untuk menghadiri Asian Film Awards yang rencananya akan digelar beberapa pekan ke depan. Dalam acara bergengsi tersebut turut diundang para aktor dan aktris kelas ternama dunia untuk menerima penghargaan.

Malam ini, Li Jing datang pada sebuah acara jumpa pers untuk promo drama kolosal Xiaxian terbarunya. Dia tidak sendiri ada beberapa aktor dan aktris lain yang akan menerima wawancara. Mereka semua terlibat dalam pembuatan film.

Mata sipit Li Jing sudah sangat akrab dengan lampu kamera wartawan, bahkan bibir tipisnya selalu tersenyum kala menjawab berbagai pertanyaan seputar perannya sebagai tokoh utama. Semua semata-mata karena dia seorang publik figur yang harus menjaga citra agar menarik lebih banyak penonton.

Acara jumpa pers segera berlangsung, sesi foto dan pemberian tanda tangan untuk penggemar pun telah dilakukan. Li Jing segera melangkah keluar dari gedung, sementara beberapa pengawal mengamankan jalannya menuju ke dalam mobil bmw berwarna hitam. Setelah masuk dan menutup pintu kendaraan, dia menyalakan mesin, lalu mengemudi meninggalkan halaman.

Tangan kiri Li Jing membuka beberapa kancing bagian atas kemeja putihnya serta melonggarkan kerah. Embusan napas lega keluar dari hidung lancip pria tersebut. Dia memandangi pinggiran kota yang sepi, sebelum akhirnya memarkir mobil di tepi jalan dan melangkah turun.

Pepohonan rindang di sekitar menjadikan udara terasa dingin, tetapi Li Jing justru naik ke kap, kemudian duduk bersantai menatap sang bulan.

Tiba-tiba saja dia teringat pada Ying Fei, gadis yang sedang disukainya. Saat ini dia memang tidak mampu menyatakan cinta. Katakanlah Li Jing memang pria yang kaku, pendiam dan terkesan kurang ekspresi, bahkan tak bisa menunjukkan perhatian khusus, apalagi membuat Ying Fei terkesima dengan kata-kata romantis seperti dalam drama. Namun, meski begitu, Li Jing selalu memikirkan Ying Fei, berharap sang pujaan hati akan menyadari perasaannya dan segera membalas.

Ketika Li Jing masih larut dalam lamunan, ada cahaya melesat jatuh dari langit hingga seketika perhatian pria tersebut teralih.

Bintang? Mungkinkah bisa sampai ke bumi? Batin Li Jing. Tentu saja dia tahu bahwa benda langit tersebut pasti meleleh jika sampai ke bumi, tetapi yang tadi masih bersinar sewaktu akan menyentuh tanah.

Rasa ingin tahu membuat Li Jing tak berdiam diri. Pria itu segera melompat turun dari kap, lalu berlari secepat mungkin. Memasuki kawasan mata air, dia harus melangkah hati-hati sebab banyak rumput ilalang yang tumbuh lebat menghalangi, bisa-bisa menginjak hewan berbisa yang sedang bersembunyi.

Seketika Li Jing terpaku saat melihat jemari tangan sesosok wanita muncul ke permukaan. Tangan itu meraih batu besar di tepi mata air, kemudian mengangkat kepala dari air dan menyandarkannya di atas batu tadi. Sosok yang tak lain dan tak bukan adalah Larasati.

Bidadari itu sempat membuka mata sebentar, sebelum terpejam kembali. Kepalanya perlahan merosot, lalu tenggelam ke dalam air seiring dengan lepasnya kedua tangan dari batu.

Sadar ada yang membutuhkan pertolongan, Li Jing menyambar pergelangan tangan Larasati sehingga ketika ditarik tubuh lencir bidadari tersebut dapat terangkat ke daratan. Li Jing pun merebahkannya di rerumputan.

Penampilan Larasati sangat aneh di mata Li Jing. Rambutnya panjang teruai dengan hiasan sumping di belakang telinga, mengenakan gaun lebar semacam sutra berwarna gading dilengkapi kain selendang yang mengikat di pinggangnya, juga kulit Larasati yang memancarkan cahaya silau walau perlahan mulai meredup.

Makhluk apa ini? Dalam hati, Li Jing bertanya.

Dia makin sulit menebak setelah melihat luka serius yang mengalirkan cairan berwarna putih keemasan di bagian dada dan lengan Larasati. Meski begitu Li Jing tak ambil pusing lantaran telah berniat meninggalkan. Jadi, dia berbalik, lantas mengayunkan tungkai. Namun, belum terlalu jauh, harus terhenti oleh kekhawatiran yang memaksa untuk menoleh kembali Larasati di belakang.

Tak apakah jika kutinggalkan sendiri? Dia masih terluka? Sejenak Li Jing memikirkan.

Mau tak mau Li Jing menghampiri Larasati. Dia duduk mengangkat tubuh bidadari tersebut ke dalam bopongan, lalu membawanya melangkah menuju ke mobil.

Setelah menempatkan Larasati di samping kursi kemudi, Li Jing segera menyalakan mesin sebelum akhirnya mobil melaju dengan kecepatan sedang.

“Lelana!” lirih Larasati yang tengah mengigau. “Lelana, jangan tinggalkan aku.”

Untuk sesaat, Li Jing menoleh bidadari itu, sebelum terfokus pada jalanan di depan kembali. Akan tetapi, lagi-lagi Larasati mengigau sehingga pria tersebut segera menempelkan jemari tangan kirinya ke kening Larasati.

“Suhu badannya tinggi sekali!” Li Jing agak terkejut.

“Sebaiknya aku bawa ke rumah sakit saja,” pikirnya seraya mengalihkan perhatian ke depan. “Tapi dia bukan manusia.”

“Sebenarnya siapa kau ini?” Lirikan mata pria itu pun menunjukkan kekesalan.

Sementara itu, alam bawah sadar Larasati menghadirkan bayangan masa lalunya ketika masih gadis, dia yang sedang sakit bersandar di bahu sesosok kusir tampan pada sebuah kereta kuda. Sebelah kiri tangan pria tersebut memegangi bahu Larasati agar tak terjatuh. Sekilas mimpi berganti dengan peperangan besar antara dua kerajaan. Peristiwa berdarah yang mengakibatkan mayat-mayat para prajurit tergeletak di mana-mana. Di antara mereka ada yang tinggal kepala, ada pula yang organ dalamnya terburai hingga dikerubuti lalat, bahkan ada yang hancur hingga tak dikenali.

“Tidak!” jerit Larasati muda yang menangisi kematian sesosok pria tampan di pangkuannya. Sayatan menganga pada bagian dada dari sosok berpenampilan ningrat tersebut terus mengalirkan cairan merah berbau anyir.

Kenangan buruk telah melekat dalam ingatan Larasati, menyempurnakan rasa sakit di seluruh jiwa raganya saat ini. Air mata yang bercucuran di pipi bidadari tersebut makin membuat Li Jing tak mengerti dengan apa yang terjadi sebelum Larasati dia temukan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status