Share

Bab. 38

"Kita menikahnya nanti, Nay, setelah kamu sembuh."

Seperti apa yang kemarin Bunda Noni katakan, sekarang Sandi pun menjawabnya sesuai permintaannya.

"Sembuh??" Jawaban itu terdengar ambigu menurut Naya. Pasalnya dia merasa tidak sakit. "Memangnya siapa yang sakit? Aku nggak sakit kok."

"Kamu sakit."

"Sakit apa? Kepalaku nggak pusing, aku nggak pilek, batuk, sakit perut dan ...." Naya langsung menarik tangan Sandi, lalu menempelkannya ke area dahi, supaya dia merasakan jika tubuhnya tak panas. "Rasakan ini, Bang. Badanku bahkan nggak panas, kan?"

"Kamu bukan sakit itu, Nay." Sandi menggelengkan kepalanya.

"Lalu?" Naya menatap penasaran, dahinya berkerut.

"Kamu itu sakit pada kejiwa ...." Ucapan Sandi seketika menggantung, karena merasa ragu. Takut jika nantinya apa yang dia sampaikan membuat Naya sakit hati.

Dan setahu Sandi, orang gila pasti tidak akan mengakui dirinya gila. Malah bisa saja nantinya Naya marah.

"Kejiwa apa, Bang?" tanya Naya sema
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status