Malam yang dingin terasa panas, keringat yang membasahi tubuh Morgan dan Zimba sudah kelelehan membasmi hasrat-hasrat kerinduan. Morgan hanya tersenyum melihat Zimba yang langsung ketiduran. Morgan memakaikan baju Zimba yang masih telanjang bulat. Pagi hari yang cerah Zimba hampir terlambat bangun, badanya terasa sangat capek membuatnya malas beranjak dari tempat tidur. Zimba mendengar suara ribut di dapur kecilnya ternyata ada Morgan yang sedang memasak sarapan untuknya. Zimba langsung mendekati Morgan lalu memeluknya dari belakang. Sebelum berangkat ke kampus Zimba membereskan kostnya karena jam masuk kuliah masih lama lagi. Mulai dari kamarnya sudah seperti kapal pecah Zimba merapikan barang-barangnya, mengganti seprai yang sudah kotor dan juga mengepel.Morgan yang sudah selesai memasak ikut juga membantu Zimba beres-beres. Mulai dari mencuci piring-piring yang kotor dilanjut membantu Zimba ikut juga mencuci pakaian. Zimba sudah menyuruhnya untuk istrahat saja tetapi Morgan yang
Romi mengantar Zimba pulang ke kost. Zimba mengajak Romi makan sate dulu sebelum pulang ke rumahnya. Mereka berjalan kaki dari gang menuju kost, Zimba ingin melarikan diri saat melihat Kakaknya namun ada juga Ibu dan Ayah Zimba di sana. Zimba menyuruh Romi untuk pulang saja.“Mengapa kalian duduk di situ seperti menunggu sembako?” Ucap Zimba dengan suara datar. “Ibu ngapain datang ke sini? Tumben!” Ratna yang sangat kesal dengan sambutan cetus Zimba.“Dasar anak durhaka!” Menampar wajah kiri Zimba.“Bisa ngk sekali jangan mempermalukan aku di tempat umum? Ini tempat kost banyak orang. Kamu harus sedikit paham!” Jawab Zimba nada tinggi.“Berani kau sekarang yah!” Menjambak rambut Zimba.Suasana semakin riuh. Mereka berdua saling menjambak rambut satu sama lain. Orang tuanya berusaha memisahkan tetapi tidak mempan karena bantuan Romi ikut menarik Zimba baru berhasil. “Kenapa kamu belum pulang?” Bisik Zimba kepada Romi. Romi tidak menjawab. Romi menyuruh Zimba untuk segera masuk ke da
Rasa cemburu Morgan semakin menyala. Morgan ikut turun berenang. Romi sempat tidak menyangka abangnya mau ikut bergabung dengan mereka karena yang ia tau abangnya tidak suka berenang dengan siapa pun. Zimba sudah menduga kalua Morgan akan datang. Zimba pura-pura biasa saja melanjutkan latihan berenangnya bersama Bob. Jiwa perempuan Irwan muncul saat melihat tubuh Morgan yang kekar dan seksi. Irwan menggoda Morgan yang pikiranya sedang dilanda cemburu.Bob kewalahan saat menyokong Zimba berenang membuat Zimba hampir tenggelam. Morgan yang secepat kilat langsung menolong Zimba sebenarnya tidak begitu parah hanya Morgan yang terlalu panik saja. Mereka bertiga sampai heran melihat aksi dari Morgan.Zimba melepaskan tangan Morgan melanjutkan renangnya. Zimba yang salah tingkah tidak sadarkan diri berenang ke area kolam yang dalam membuatnya tenggelam lagi. Lagi-lagi semua temanya terkejut untung saja Morgan selalu ada menolongnya. Morgan menyuruh mereka untuk tidak berenang lagi. Semua k
Melihat isi surat, Romi mengambil ponselnya untuk menghubungi Zimba sedangkan Morgan mengambil kunci mobil bergegas mencari Zimba. Bob dan Irwan ikut kebingan melihat mereka berdua seperti takut kehilangan padahal hanya ke pasar saja.........Morgan selalu mendapat nilai yang bagus orang tuanya menghadiahkan vila. Untuk merayakannya, mereka sekeluarga pergi jalan-jalan ke vila. Saat itu Romi masih kelas 2 SMP, Morgan Kelas 3 SMA karena belum banyak tau daerah vila itu Romi dan Morgan pergi jalan-jalan tanpa berpamitan. Lama kemudian mereka nyasar bukan hanya itu saja mereka berdua kena rampok barang-barang dan duit habis diambil. Semenjak kejadian itu Morgan dan Romi truma tidak pernah pergi ke area pasar. Morgan bergegas menyetir mobilnya Romi yang tidak sempat ikut hanya menunggu di vila berharap Zimba tidak kenapa-kenapa. Sepanjang perjalanan Morgan melihat kiri dan kanan jalan ternyata Zimba tidak ada. Sesampainya di pasar ikan masih saja belum ketemu. Morgan semakin khawatir di
Morgan menyuruh Romi dan Irwan segera memersihkan diri ke kamar mandi. Mereka berdua memutuskan mandi bersama bukan hanya di wajah saja penuh tinta pakaian juga ikut mengenainya. Romi dan Irwan tertawa-tawa di dalam kamar mandi saling membandingkan satu sama lain piala siapa paling besar. Suara dari kamar mandi umum terdegar ke dapur juga kamar Zimba membuat mereka ikut tertawa mendengar cerita Irwan dan Romi. “Dasar bocil!” Ucap Morgan menggeleng-geleng kepalanya. Morgan mengambil alih memasak dibantu oleh Bob. Zimba yang ingin keluar hanya saja merasa enggan masih berharap dirinya dipanggil. Romi dan Irwan membuat kompetisi di kamar mandi. “Pertandingan akan segera kita mulai. Babak final ini dihadiri oleh dua peserta yaitu Romi dan Irwan….. Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah.” Sambut Irwan berperan sebagai pembawa acara. “Hadiah yang akan direbutkan ada gayung, sabun mandi, handuk, gosok gigi, dan lain-lain. Para dewan juri kami persilahkan untuk memulai p
Morgan mengeluarkan obat kuat dari kopernya yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Morgan melakukan aksinya mengikat tangan Zimba ke area tempat tidur. Melebarkan selangkangan Zimba. Morgan mulai mengarungi lembah milik Zimba dengan mulutnya. Ujung lidahnya menari-nari di gua Zimba. Morgan sudah merasa puas dilanjut aksi berikutnya memasukkan buah pisangnya. Goyangan itu semakin terasa membuat Zimba terbangun. Zimba bukan marah justru ikut menikmatinya. Zimba malah menyuruh Morgan lebih kuat lagi menggoyang. Mereka sangat berkesempatan di saat yang lain sedang tidur karena mabuk. Tidak akan kedengaran dari lantai satu. Suara au au au au au mereka semakim kencang. Posisi atas di ganti oleh Zimba. Bagian ini adalah part yang sangat disukai Morgan karena goyangan Zimba sangat enak sampai menusuk ke ubun-ubun. Posisi diganti dengan gaya gunting mengambil klimaks namun tak kunjung puas juga posisi diganti dengan gaya helikopter baru sangat memuaskan. Malam ini adalah malam terpanjang merek
Bob dan Irwan sangat panik segera menghentikan Romi memukul abangnya. “Dasar dua saudara yang bodoh!” Kata Zimba keluar dari mobil pergi meninggalkan mereka.Romi ikut berlari mengikuti Zimba. Bob dan Irwan mengekor juga dari belakang. Zimba tiba-tiba berhenti sampai mereka tersungkur di punggung Zimba. “Kamu kenapa sih Rom? Kamu bodoh juga yah sama seperti abang kamu?” Mengalihkan tangan Zimba ingin juga memukul Romi.“Sudahlah Zim. Kita di sini main-main loh.” Bob menghentikan Zimba.“Kalian yang memulai inikan?” Zimba semakin mengamuk.“Kalian pulang saja aku mau sendiri saja di sini.” Lanjut Zimba.“Tidak usah bertengkar lagi. Kalian mau menyia-nyiakan waktu ini? Sebelum datang ke sini impian kita apa? Bermain jetski barengkan? Apa lagi kamu Zim itu mimpi mu sudah lama. Kamu mau membatalkan?” Bujuk Irwan menenangkan mereka.“Tidak mau.” Serentak Zimba, Romi dan Bob menjawab. Suasan itu pun kembali mereda. Sebelum melanjutkan permainan mereka. Romi meminta maaf sangat menyesal
“Ibu sekarang sudah di mana Rom?” “Ibu sudah tinggal di luar negeri bersama selingkuhan bulenya. Tidak usah ditanya lagi sudah lama tidak kabar dengan Ibu.” Romi membuka pintu mobil.“Lama tidak bertemu yah Pak Dona. Maaf baru bisa salam sekarang tadi tidak sempat saat berada di dalam. Wahh…. sudah lama juga yah sampai anak saya kuliah masih tetap setia mengemban tugas.” Ujarnya ke supir yang sudah menemani dari Romi mulai dari SD hingga sekarang. Sepanjang perjalanan Ayah Romi dan Pak Dona bercerita masa lalu. Mereka berempat hanya sebagai pendengar.Tiba di pusat perbelanjaan Romi juga ikut mengajak teman-temanya keluar. Romi menyuruh Ayahnya memilih pakaian, sepatu dan semua kebutuhan yang diperlukan. Ayahnya tidak banyak memilih hanya satu pasang pakaian dan sandal saja. Romi justru memborong banyak untuk Ayahnya selagi masih berjumpa. Romi tidak tau hari berikutnya akan jarang bertemu. Romi menanyakan Ayahnya kebutuhan apa lagi yang kurang tetapi tetap jawaban Ayahnya tidak ad