Share

Bab 5 Bujuk Istrimu Kembali

"Kenapa aku harus mengakui tindakan yang nggak aku lakukan?" kata Agnes sambil mengepalkan kedua tangannya, kukunya menancap dengan dalam di telapak tangannya, seolah-olah dia baru bisa mengalahkan rasa dingin di dalam hatinya dengan cara ini.

Pria itu selalu menganggapnya sebagai wanita yang licik dan suka memainkan trik sejak menikah dengannya, meski dia tidak meminta apa pun padanya selama beberapa tahun ini.

Ketulusannya sama saja seperti sebuah lelucon di dalam matanya.

Dia sama sekali tidak pernah memercayainya.

Hatinya terasa sangat sakit dan menderita, tapi dia tetap menunjukkan ekspresi yang kuat seperti biasanya.

Jimmy samar-samar melihat kesedihan di matanya untuk sesaat.

Apakah wanita seperti dia juga bisa merasa sedih? Merasa sakit?

Itu semua hanyalah aktingnya saja!

Jimmy menggertakkan giginya. "Hal yang nggak pernah kamu lakukan? Kamu benar-benar sangat nggak tahu malu!"

Agnes sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengannya, "Terserah kamu ingin mengatakan apa, aku sama sekali nggak tahu tentang foto itu."

Agnes langsung membuka pintu mobil setelah selesai bicara.

Perutnya langsung terasa sakit begitu turun dari mobil yang mungkin saja karena perubahan suasana hatinya yang sangat besar.

Agnes bergidik dan langsung menepuk pintu mobil. "Jimmy, perutku sakit, tolong antar aku ke rumah sakit!"

Rasa sakitnya semakin terasa lebih parah setelah dia selesai bicara.

Agnes merasa takut saat teringat pada bayi di dalam kandungannya.

Dia masih terus menepuk pintu mobil. "Jimmy! Aku benar-benar sangat kesakitan ...."

Jimmy hanya mencibir. "Agnes, kamu nggak lelah memainkan trik ini terus?"

Mereka berada di pinggiran kota yang penduduknya sedikit dan hampir tidak ada kendaraan yang lewat.

Jimmy menjadi satu-satunya penolongnya.

Agnes berkata dengan ekspresi memohon, "Aku benar-benar nggak lagi memainkan trik! Aku mohon padamu ... perutku benar-benar terasa sangat sakit ... rumah sakit ... tolong bawa aku ke rumah sakit ... tolong ...."

Jimmy menatapnya tanpa ekspresi, sama sekali tidak ada pergerakan apa pun di wajahnya. "Aku nggak akan kemakan jebakanmu lagi! Agnes, kalaupun kamu mati di hadapanku, itu juga nggak ada hubungannya denganku."

Jimmy menginjak gas setelah berbicara dan mobilnya melaju menjauh.

"Jimmy! Jimmy!" Agnes ingin menghentikannya, tapi kedua kakinya tiba-tiba terasa lemas dan dia jatuh berlutut di atas tanah.

...

Satu jam kemudian.

Dokter meletakkan stetoskop dan mengingatkan, "Kamu nggak boleh menganggap remeh kondisi janinmu meski sudah tiga bulan. Karena kondisi fisikmu nggak terlalu bagus dan harus banyak istirahat, selain itu kamu juga harus lebih memperhatikan suasana hatimu."

Wajah Agnes tampak lelah. "Terima kasih, Dokter. Aku akan mengingatnya."

"Kamu sudah bisa pergi setelah sebotol larutan nutrisi ini habis," kata dokter lalu meninggalkan kamar pasien.

Sally duduk di samping dan berkata dengan marah, "Jimmy benar-benar adalah seorang bajingan! Hatinya sungguh kejam! Untung saja kamu segera meneleponku, kalau nggak ...."

Agnes menggerakkan sudut bibirnya. "Jangan bicarakan hal ini, aku nggak ingin mengungkitnya lagi."

Sally menghela napas dan menemaninya dalam diam.

Agnes bertanya setelah beristirahat selama beberapa saat, "Omong-omong, bagaimana perkembangan dari hal yang kuminta tolong padamu sebelumnya?"

"Aku hampir lupa kalau kamu nggak tanya!" Sally tersenyum, lalu mengambil sebuah kartu nama dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Agnes. "Ini adalah kartu nama Pak Mike dari Grup Solam yang bertanggung jawab menyelenggarakan Kompetisi Desain Alena. Dia akan menghadiri sebuah pesta amal besok, kamu bisa pergi untuk mencoba mencalonkan dirimu sendiri."

Grup Solam adalah perusahaan yang terkenal di bidang konstruksi di kota ini.

Jadi, syarat untuk merekrut desainer arsitektur sangat tinggi.

Agnes memiliki desain yang sangat menakjubkan sebelumnya, tapi dia menjualnya pada orang lain demi membayar utangnya.

Jadi, dia sama sekali tidak memiliki hubungan apa-apa terhadap desain yang diakui oleh orang-orang ini.

Dia hanya memiliki satu kesempatan jika ingin memasuki Grup Solam saat ini.

Yaitu mendapatkan peringkat yang tidak terlalu buruk di Kompetisi Desain Alena.

Tidak semua orang bisa berpartisipasi dalam Kompetisi Desain Alena, harus direkomendasikan oleh seseorang.

Agnes mengambil kartu nama ini.

Bergabung dengan Grup Solam adalah hal yang sangat mendesak, dia harus segera menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri dan juga anak di dalam kandungannya.

...

Jimmy melakukan beberapa rapat setelah mengemudikan mobilnya kembali ke perusahaan.

Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi lelah setelah rapat selesai.

Ponselnya berdering begitu dia hendak duduk.

Kakek Andre yang meneleponnya.

Dia sudah mengetahui apa tujuan Kakek Andre meneleponnya.

Jimmy menjawab panggilan dengan kepala yang terasa sakit, "Kakek."

"Segera bujuk Agnes kembali kalau kamu masih menganggapku sebagai kakekmu!" Terdengar suara marah Kakek Andre dari ujung panggilan.

Jimmy menghela napas dengan tidak berdaya. "Kakek, apakah kamu benar-benar memercayai omong kosongnya?"

Kakek Andre berkata dengan marah, "Tutup mulutmu! Aku sudah tahu bahwa Agnes telah pindah dari rumahmu! Aku peringatkan padamu, jangan pernah kembali untuk menemui kami kalau kamu nggak berhasil membujuk Agnes untuk kembali!"

Tut, tut, tut, terdengar suara panggilan yang diputuskan.

Jimmy memijat alisnya dengan agak kesal.

Menyuruhnya untuk membujuk Agnes kembali?

Bermimpi saja!

Siapa yang tahu apa rencana yang sedang dibuat wanita itu di dalam hatinya?

Dia tidak akan membuat Agnes memiliki kesempatan untuk mengambil keuntungan darinya!

Dia kembali ke tempat tinggalnya dengan Agnes setelah selesai mengurusi urusan di perusahaan.

Kepulangannya ke rumah ini bisa dihitung dengan jari selama tiga tahun ini.

Bahkan kepala pelayan sedikit terkejut saat melihatnya. "Tuan, kamu sudah kembali?"

Pandangan Jimmy tanpa sadar menyapu tangga.

Sebelumnya, Agnes akan turun dengan cepat dari lantai atas setiap kali dia kembali.

Hanya saja ... rumah ini terasa sangat hening hari ini.

"Apakah dia benar-benar sudah pergi?" tanya Jimmy dengan datar.

Kepala pelayan mengangguk. "Benar. Aku menemukan tiga kotak yang dibungkus dengan rapi di dalam tempat sampah di kamar pada saat sedang bebersih, aku nggak berani membuangnya karena takut ini adalah barang yang berharga, jadi aku meletakkannya di atas lemari di dalam kamar tidur."

Jimmy bergumam rendah, lalu menaiki tangga menuju kamar tidur yang berada di lantai atas.

Alis Jimmy tanpa sadar berkerut saat membuka pintu kamar tidur.

Kenapa ... dia merasa bahwa rumah ini sangat kosong?

Apakah karena tidak ada Agnes di sini?

Hanya saja, bukankah dia selalu merasa bahwa dia terlalu bawel dan berisik?

Dia seharusnya merasa senang setelah dia keluar dari sini ....

Dia berjalan ke depan lemari.

Memang terdapat tiga kotak di atasnya.

Benaknya memiliki sedikit kesan saat melihat salah satu dari kotak-kotak itu.

Sepertinya itu adalah hadiah yang disiapkan Agnes untuknya pada saat dia berulang tahun pada tiga tahun yang lalu.

Hanya saja, dia sama sekali tidak melihatnya.

Setelah itu, dia sama sekali tidak kembali ke rumah pada saat hari ulang tahunnya.

Tidak disangka, Agnes masih menyiapkan hadiah untuknya.

Satu tahun satu hadiah ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status