Share

Pernikahan kedua suami

Satu minggu ini Naya dihadapkan dengan persiapan pernikahan Kendra dan Aira. Ia sibuk membantu agar rencana pernikahan sang suami bisa berjalan dengan lancar.

Dengan menahan segala sakit hati, Naya tetap melakukan apapun yang diminta oleh ibu mertuanya. Semua ia lakukan bukan karena takut atau sejenisnya, tapi ia melakukan itu semua agar bisa mendapatkan sedikit uang sebagai upah. Karena Kendra tidak pernah menganggapnya sebagai istri, tentu saja tidak ada nafkah baik secara lahir dan batin untuk Naya.

Sedangkan ayah dari Naya sering meminta uang kepadanya untuk berjudi. Belum lagi sang ibu yang kadang datang dan mengatakan tidak ada beras di rumah.

"Bu, setelah acara pernikahan mas Kendra selesai aku ingin mencari pekerjaan. Aku tidak mungkin seperti ini terus karena biasanya aku yang membiayai ibu di rumah."

Kata-kata itu akhirnya keluar juga dari mulut Naya. Setelah enam hari ia tahan dan telan sendiri. Akan tetapi, setelah akad nikah Kendra dan Aira selesai, kalimat itu keluar juga. Sekarang, kondisi dapur yang sepi mendorongnya untuk mengatakan hal tersebut.

"Terserah kau ingin bekerja atau bagaimana. Yang jelas, sebelum kau bekerja semua pekerjaanmu di rumah ini sudah selesai. Mengerti?" desis Herni kesal. Ia yang telah letih mempersiapkan segala kebutuhan Kendra, tentu saja tidak ingin ribut dan banyak bicara dengan Naya.

"Oh, ya, ini semua tolong kamu cuci. Saya ingin menghemat uang sehingga memesan katering tanpa tukang cuci. Jadi, sampai tamu undangan selesai secara keseluruhan, barulah kau boleh meninggalkan dapur ini. Mengerti?"

Wajah lelah Naya terangkat.. Ia ternganga mendengar kata yang keluar dari mulut Herni. Pesta pernikahan yang dilangsungkan secara mewah dan mengundang dua kampung sekaligus, tentu saja ada ratusan tamu yang datang. Bayangkan berapa banyak piring kotor yang harus dicuci Naya.

Ingin rasanya ia protes, tapi Herni sudah berlalu begitu saja. Ia juga melarang karyawan katering untuk membantu Naya dibelakang.

"Semoga ini tidak berlangsung lama. Dan semoga aku menemukan cara agar bisa bercerai dari Kendra," gumamnya. Mulai membersihkan piring dari makanan sisa, bekas makan para tamu undangan.

Sekuat hati Naya menahan sakit dan pilu di hatinya. Melihat Kendra menikah dan bersanding dengan wanita lain.. Ia juga menelan kata-kata tamu yang menertawakannya karena dimadu, padahal baru menikah dengan Kendra.

Naya menutup kedua telinganya. Berusaha keras untuk abai dan yakin bisa melalui ini semua demi sang ibu.

"Biar Bapak bantu. Kamu dibagian sana saja.. Bilas piring yang telah selesai disabuni."

Naya yang tengah menyabuni piring tertegun. Saat tangannya yang tengah memegang spon cuci piring digenggam Rendi. Darahnya berdesir hebat saat tatapannya bertemu dengan ayah mertuanya itu.

"Kalau Bapak yang sebelah sana, ibumu dan tamu lain akan melihat keberadaan Badak. Jadi kamu yang disana, ya!" pinta Rendi seraya menunjuk pintu penghubung antara tempat cuci piring dan dapur.

Naya mengerjap. Melihat ke arah yang ditunjuk Rendi. Detik selanjutnya ia mengangguk dan melepaskan spon cuci piring kepada Rendi. Ia segera berpindah ke tempat yang dikatakan Rendi.

Benar saja, dari tempatnya berdiri sekarang tidak ada yang bisa melihat Rendi ada di dalam sana karena tertutup mesin cuci.

Dalam diam Rendi dan Naya sama-sama melaksanakan tugas mereka. Rendi yang memutuskan untuk membantu Naya, memberikan kode kepada gadis itu untuk diam setiap kali ada yang menyeru dirinya. Sebagai ayah dari mempelai laki-laki, tentu saja banyak hal yang melibatkan Rendi di luar sana.

"Naya, apakah kau melihat suamiku?" pekik Herni, ketika diambang pintu. Membuat Naya terkejut dan melompat ke arah mesin cuci. Ia takut Herni masuk dan melihat keberadaan Rendi disana.

Karena piring kotor yang tinggal sedikit, membuat ruangan menjadi lapang dan siapa saja bisa masuk. Takut Herni memergoki Rendi, Naya rela melangkah besar, dan tidak sengaja tersiram air dari selang yang ada di tangannya.

"Ba-bapak? Aku tidak melihatnya, Bu," sahut Naya gugup. Tubuhnya bergetar saat Herni masuk dan mendekat padanya.

"Oh, aku pikir kamu melihat." Kedua alis Herni berkerut melihat daster putih yang dikenakan Naya basah di bagian dada dan perut. "Ini kamu ngapain? Sengaja godain orang biar perkosa kamu? Seperti yang kamu lakukan kepada Kendra? Iya?" geramnya. Menarik bra hitam Naya yang terlihat dari balik bajunya yang basah.

Naya menggeleng. "Tidak, Bu. Aku tidak sengaja membasahinya."

"Alah, alasanmu!" Herni merampas selang air di tangan Naya dan menyiram air tersebut ke sekujur tubuh Naya hingga basah kuyup. Serta mengenai Rendi, yang jongkok bersembunyi di balik mesin cuci.

"Tuh, biar sempurna sekalian." Ledek Herni, tertawa puas melihat Naya yang sudah basah. Celana dalam dan branya terlihat sangat jelas dari balik daster putih yang ia kenakan.

"Tutup pintunya. Agar tidak ada yang melihat keadaanmu seperti ini kalau benar kau tidak ingin menarik perhatian para laki-laki. Nanti semua piring kotor akan ditumpuk di depan pintu, dan kau ambil ketika tidak ada orang. Paham?"

Naya memejamkan matanya. Ingin menangis tapi rasanya itu semua percuma. Karena Herni pasti akan semakin gila dalam memperlakukan dirinya.

Alhasil, Naya hanya mengangguk dan menutup pintu seperti yang diinginkan Herni. Dadanya memanas mengingat bagaimana perlakuan Herni yang begitu kejam. Lututnya melemas dan tubuh mungilnya terduduk di lantai. Tidak peduli lantai basahi dan penuhi busa sabun. Naya mulai terisak, ini semua bukan salahnya. Tapi sang ayah yang tega mencuri seluruh tabungan Kendra dan membawanya ke tempat judi.

"Jangan menangis," bisik Rendi. Seraya merangkul Naya dan memeluknya. Memberikan ketenangan dan kehangatan bagi Naya. Baik kehangatan secara lahir maupun batin. Ia juga mengecup lama pucuk kepala Naya, menyampaikan betapa ia peduli pada gadis yang telah dianggap anak sendiri.

Naya menelan tangisnya. Pelukan Rendi mampu menghapus rasa sakit yang ia rasakan beberapa saat yang lalu. Perlahan ia menoleh ke arah Rendi yang masih memeluknya.

"Terima kasih, Pak. Aku, aku tidak akan pernah bisa menjalani ini semua tanpa ada Bapak disini."

Tidak peduli siapa Rendi, Naya membalas pelukannya. Memeluknya dengan erat, seakan Rendi adalah tempatnya pulang dan bersandar.

"Jangan berterima kasih. Kamu adalah menantu saya, dan tentunya sudah saya anggap seperti anak sendiri.. Jadi kamu jangan lagi merasa sendiri dalam menjalani ini semua. Mengerti?" Menuntun Naya untuk berdiri. Agar tak membuat gadis itu semakin basah karena air yang menggenang.

Naya mengangguk lemah. Tidak tahu kenapa rasanya kecewa ketika Rendi mengatakan dirinya sebagai menantu. Padahal Naya berharap lebih dari itu sekarang.

Naya tersentak. Saat pikirannya menuntut hubungan lebih dari Rendi. Tangannya meremas kuat kemeja batik yang ada di bagian pinggang belakang Rendi. Mengusir rasa aneh yang tiba-tiba saja datang setiap kali mendapatkan perhatian dari Rendi.

"Ya, sudah. Ayo kita selesaikan ini." Rendi menarik kedua sudut bibirnya. Mengurai pelukan Naya dan cepat membuang pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin melihat tubuh basah Naya yang akan membuatnya lupa diri.

"Naya!!"

Baru saja Naya dan Rendi mulai bekerja, suara Lyly, adik perempuan Rendi terdengar. Seiring dengan suara ketukan pintu. "Cepat buka!"

Rendi mengangguk. Meminta Naya membuka pintu tersebut dan ia segera kembali ke balik mesin cuci.

"Ya, Kak?" sahut Naya, seraya mengeluarkan kepalanya dari balik pintu.

"Ini dress punyaku. Pakailah! Aira ingin berfoto denganmu." Menyerahkan sebuah dress kepada Naya.

Naya mengangguk. Segera keluar untuk mengambil dress tersebut dari tangan Lily. Tapi,

"Eits, kamu disana saja. Ganti disana saja; Kata ibu bajumu basah sedangkan di luar banyak orang. Sana masuk dan ganti bajumu. Aku tunggu disini jangan pakai lama!" bentak Lily. Melemparkan dress merah muda dari tangannya sebelum Naya keluar.

"Ta-tapi …"

"Jangan banyak bicara. Buruan!!" sergah Lyly, mendorong Naya masuk dan menutup pintu. "Lima menit!" sambungnya.

Naya membeku. Ia melirik Rendi yang sama terkejutnya dengan Naya. Bagaimana mungkin Naya bisa mengganti pakaiannya, sedangkan ada Rendi disana?

Bantu komen, ya. Aku mau lihat ada yang baca apa tidak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status