Echa mengangguk pelan, “Benar, anda siapa?”“Aku Danang,” jawab lelaki itu.“Salam kenal, Pak. Tapi maaf saya mulai bekerja besok hari,” ucap Echa dengan senyuman kecil. Echa mengira lelaki itu adalah manajer HRD. Karena pikirannya yang kalut, dia tidak sadar bahwa Danang adalah direktur WARA Corp.Wajar saja Echa mengira demikian karena Danang tidak memposisikan diri sebagai seorang direktur yang terkenal dingin. Saat ini dia tampak friendly dan murah senyum.“Iya, aku–” Baru saja Danang berkata, suara Echa memotongnya.“Maaf, Pak .. saya terburu-buru. Permisi.” Echa beranjak pergi begitu saja. Danang pun merasa heran melihat ekspresi wanita itu yang kentara jelas terlihat begitu cemas.Danang pun segera masuk ke ruangan itu, dan seketika wanita yang ada di dalam sana langsung berdiri penuh hormat.“Pak Danang?” Melda terkejut dengan kedatangan sang direktur di ruangan ini. Melda langsung memasang senyuman terbaiknya. Baginya ini kesempatan untuk mengambil hati sang atasan agar jab
“Ke suatu tempat!” Berry mengucapkan sambil menatap Echa dengan penuh nafsu. “Dan kamu nggak perlu bertanya di mana tempatnya. Karena ini adalah surprise dariku untukmu. Aku menjamin kamu pasti menyukainya.”Echa tidak pandai menebak-nebak, akan tetapi dilihat dari ekspresi Berry sudah menjelaskan bahwa tempat itu adalah tempat yang akan digunakan untuk mengambil kehormatannya sebagai seorang wanita.Melihat wanita itu tak merespon, Berry mendecakkan lidahnya, “Anak buahku sudah mengintai orang tuamu. Mereka cuma menunggu perintah dariku.”Echa membulatkan matanya lebar-lebar. Jelas-jelas itu adalah sinyal bahaya untuknya dan orang tuanya.Melihat Echa ketakutan hanya karena dengan gertakan kecilnya, Berry merasa semakin berada di atas angin, “Jadi gimana, sayang? Mau ikut atau nggak?” Karena tak punya pilihan lain, Echa terpaksa mengangguk, “Tolong jangan sakiti orang tuaku. Aku akan ikut denganmu.”Berry tersenyum penuh kemenangan, “Tenang, Echa. Aku justru akan membebaskanmu dari
Kedua petugas itu menatap curiga kepada Niko. Pakaian yang dikenakannya dari atas sampai bawah terkesan sangat sederhana. Sementara, brand-brand besar, bahkan dirancang khusus oleh desainer ternama, sudah bertengger nyaman di tubuh orang lain yang keluar masuk club.Terlebih lagi Niko sudah melukai dua orang hingga tak berdaya, membuat kedua petugas itu semakin yakin bahwa Niko hanyalah orang biasa yang datang berbuat onar di Nextar Club.“Istriku dibawa orang jahat ke dalam. Tolong bukakan pintunya!” Niko memohon.“Maaf, orang yang diperbolehkan masuk ke dalam hanya orang yang memiliki kartu member club!” Petugas itu tetap bersikap profesional. “Aku bukan member club. Tapi biarkan aku masuk. Istriku dalam bahaya,” ucap Niko terlihat tidak tenang.“Tidak bisa! Peraturan tetaplah peraturan! Silahkan anda pergi dari sini!”Niko marah bukan kepalang, akan tetapi dia sadar jika memakai cara kekerasan justru permasalahannya semakin panjang, dan dia tidak bisa menyelamatkan istrinya. Dia t
“Niko?” Berry dan Echa menunjukkan ekspresi yang berbeda saat lelaki itu berhasil mendobrak masuk.Niko bernapas lega melihat Echa masih terselamatkan.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Niko memastikan.Echa tidak membalas pertanyaan Niko. Saat ini entah apa perasaannya. Dalam hati kecilnya dia bersyukur Niko datang menyelamatkan dirinya. Namun, di sisi lain dia juga panik, kedatangan suaminya bisa membuat Berry murka dan berubah pikiran untuk menyakiti orang tuanya.Juga, Echa merasa serba salah. Dia sadar diri sebagai wanita yang bersuami, seharusnya dia tidak boleh berduaan di kamar dengan lelaki lain. Namun, mengingat orang tuanya berada dalam ancaman besar, dia tidak punya pilihan lain selain melakukan ini.Sementara, Berry tercengang melihat lelaki miskin seperti Niko bisa masuk ke dalam Nextar Club. Namun, ekspresi kaget itu dengan cepat berubah menjadi kekesalan.“Hei, Babu! Aku sedang ada urusan dengan Echa. Apa kamu nggak pernah diajarkan kalau menerobos masuk ke kamar orang
Yang terkena lemparan gelas itu tak lain adalah pemilik Nextar Club. Akibatnya wajahnya dipenuhi luka berdarah.“Pak Arsen?!” pekik Berry, tetapi dia tidak merasa bersalah sedikit pun. Berry malah mengkambinghitamkan Niko, “Lihat! Kamu memang pembawa sial! Gara-gara kamu, pemilik club ini terluka!”Dia kemudian menoleh ke arah Arsen yang masih mengerang kesakitan, “Lebih baik anda cepat-cepat obati luka di wajah anda. Si curut ini biarkan aku yang urus. Dari tadi aku sebenarnya juga heran kenapa lelaki busuk ini bisa masuk dan lolos dari penjaga keamanan di sini.” Echa hanya diam membisu. Dia tidak mungkin membela Niko, meskipun yang melempar gelas itu adalah Berry. Terlebih lagi dia baru menyadari kesalahan besar suaminya yang menerobos masuk ke club. Sudah pasti pemilik Club ini lebih berpihak kepada Berry.Namun, di luar dugaan. Arsen mulai berjalan ke arah Berry dan menendang perutnya.Seusai memukul lelaki itu, dia berkata penuh lantang, “Pak Berry, member anda di Nextar Club d
Echa yang sudah tak punya energi, dan kembali mendengar hal itu, kepalanya terasa lebih berputar-putar dan langsung tak sadarkan diri di gendongan suami.Tentu Niko murka sejadi-jadinya. Dia menatap Berry dengan mata menyala-nyala, “Kamu harus membayar semua ini, bajingan!”Berry yang ketakutan, lantas dia segera berjalan ke arah mobilnya, tetapi baru saja melangkah, beberapa orang bertubuh besar sudah berdiri di depannya.Berry tersenyum miring, mengira bahwa orang-orang itu mencari Niko. Kali ini dia yakin mereka tak akan salah sasaran seperti kemarin malam.“Kalian datang tepat waktu. Orang yang kalian cari ada di sini,” ucapnya sambil menunjuk ke arah Niko berdiri.Namun beberapa orang itu justru melangkah ke arahnya dengan tatapan bringas. Tentu Berry spontan melangkah mundur sambil menelan ludahnya.“Aku Berry, bukan Niko yang….” BUGH! BUGH!Ucapan Berry terpotong oleh pukulan pukulan bertubi. Belum juga lukanya mengering, tubuhnya kembali menjadi sasaran empuk.Seperti biasa,
Yang bersuara di seberang sana tak lain adalah Berry, “Aku kasih waktu tambahan 30 menit untukmu. Temui aku dan redamlah kemarahanku sebelum semuanya terlambat!”Tangan Echa gemetar ketakutan, tetapi setelah mengingat kedatangan Danang, barulah dia berani berbicara, “Aku nggak takut!”“Oh kamu pikir aku bercanda?!”“Aku nggak takut!” Echa mengulangi kalimatnya dengan suara begitu tegas. “Pak Danang, direktur WARA Corp akan melindungiku!”“Pak Danang? Apa hubungannya dengan kamu?”“Aku karyawannya,” jawab Echa dan langsung mematikan telepon sepihak.Echa sebenarnya merasa ketar-ketir, ‘Oh Tuhan, lindungi keluargaku.’Hesti yang samar-samar mendengar percakapan itu, keluar dan menghampiri Echa, “Ada apa? Siapa yang menelponmu?”“Bukan siapa-siapa, Ma. Cuma orang gila yang iseng menelponku,” kilah Echa.“Oh.” Hesti percaya. Tapi matanya mendadak melotot saat melihat kedatangan Niko. “Ngapain kamu ke sini?!”Sambil berjalan mendekat, dengan santainya Niko menjawab, “Aku mau menjenguk Papa
“Kami akan mengambilnya,” ucap Niko. “Tolong ambilkan untuk istriku.”Echa dan pelayan itu tercengang. Sandal heels yang seharga 900 ribu saja tidak mampu dibelinya, apalagi yang seharga 25 juta. Mungkin pendengaran Niko bermasalah!“Harganya 25 juta!” Pelayan itu mempertebal kalimatnya agar terdengar lebih jelas di telinga Niko.“Niko, harganya 25 juta. Itu terlalu mahal, kita nggak punya uang sebanyak 25 juta.” Echa mempertegas. Niko mengangguk dan tersenyum lebar.“Ini hadiah pernikahan kita,” ucap Niko begitu enteng. Nada bicaranya terdengar datar, seakan-akan jumlah sebanyak itu tidak ada apa-apanya.“Niko, tolong jangan bikin aku malu!” Echa terpaksa menatap tajam pada Niko, berharap sang suami sadar diri akan kemampuannya. “Ayo keluar!”Untuk meyakinkan istrinya, Niko merogoh ponsel dan berjalan mendekat ke arah meja kasir yang di atasnya terdapat akrilik holder yang berisi kertas barcode, “Aku bayar pakai Qris.”Pelayan itu terdiam, antara percaya dan tidak percaya.Echa ce