Share

Bab 5

“Reni, masakannya sudah siap tuh!”

Aku dan Bang Dino menoleh ke asal suara. Vera berdiri di ambang pintu sambil mengelus perutnya.

"Oh udah matang? Bang, kita makan dulu yuk!”

Bang Dino langsung sumringah. Dia tidak tahu saja kalau aku merencanakan sesuatu. Kulirik Vera, bibirnya mengerucut. Kentara sekali kalau dia sedang cemburu melihat aku dan Bang Dino berada di dalam satu kamar.

“Boleh. Abang juga kangen pengen makan bareng kamu,” balas Bang Dino mendekatiku.

Vera menghentakkan kedua kaki, pergi meninggalkan kami.

Aku dan Bang Dino berjalan beriringan. Lelaki itu sempat ingin merangkul pundakku, dengan lembut aku menepisnya. Sungguh, aku tidak mau disentuh lagi.

Di ruang meja makan, sudah tersaji sayur sop jamur, goreng tempe dan goreng tahu. Aku dan Bang Dino duduk bersebelahan.

“Vera, maaf dong! Ambilkan nasinya!” titahku mengangkat piring, menyerahkan padanya. Meski bibir Vera merengut, tetapi tetap mau mengambil piring yang kusodorkan. Mengambil secantong nasi, tempe dan juga tahu.

“Sekalian, Ver. Ambilkan nasi buat Bang Dino juga!”

Sukurin kamu, Vera! Aku kerjain! Dia tidak sadar saja kalau sebenarnya sedang aku perbudak. Bukan aku tega, tetapi supaya dia sadar kalau aku Reni Nirmala, bukan wanita bodoh!

Dengan raut wajah ditekuk, Vera mengambilkan nasi ke atas piring Bang Dino.

“Bang, sayurnya aku pindahkan ke mangkuk saja, ya? Biar gak ribet. Eh, Abang kan ... belum cuci tangan. Cuci tangan dulu gih!”

“Iya, Sayang.”

“Vera, lebih baik sekarang kamu istirahat saja. Kamu pasti capek habis masak, ya ‘kan?”

Meskipun ada rencana terselubung untuk memberinya pelajaran, tetapi aku tetap merasa kasihan padanya. Biar bagaimana pun, Vera sekarang sedang hamil.

“Ya sudah, aku mau istirahat dulu.”

Mengangguk, tersenyum tipis.

Setelah kepergian Vera, kupindahkan sayur sop ke dalam mangkuk. mengambil garam dan cuka, menaburkannya ke dalam sayur sop yang akan dimakan Bang Dino. Sedangkan sayur sop untukku, tidak ditaburkan. Kita lihat nanti, apa yang akan terjadi.

Setelah meletakkan sayur sop jamur buatan Vera, aku kembali duduk manis, mencicipi hasil masakan selingkuhan Bang Dino.

‘Ternyata rasanya lumayan lezat. Aku harus mengamankan sayur ini agar tidak dicicipi Bang Dino.’

“Bang, ayok makan! Kalau dari aromanya sih lezat,” kataku menyeruput sayur sop jamur.

“Eh, bener lho, Bang! Enak!”

“Kalau masakan si Vera jangan diragukan lagi, Sayang. Dia memang jago masak sayur sop!”

Ck, dasar Dinosaurus! Berani-beraninya dia memuji wanita lain di depanku. Ah, tapi bodo amat. Aku juga sekarang sudah tidak memiliki rasa cinta lagi. Terserah dia, mau memuji wanita manapun!

“Jadi, selama ini Abang sering makan masakan buatan si Vera? Atau jangan-jangan ....” Kugantungkan kalimat, melihat reaksi Bang Dino yang hendak mencicipi sayur sop jamur buatan selingkuhannya.

“Jangan-jangan apa, Sayang ...? Abang sama Vera gak selingkuh! Gak punya hubungan apa-apa!”

“Memangnya tadi aku bilang Abang selingkuh sama Vera?”

Nah lho, Bang Dino tergelak, dia menarik napas panjang, terlihat salah tingkah.

“Eu ... bukan begitu, Sayang. Abang cuma gak mau kalau kamu berpikir buruk tentang Abang. Sayang, jujur aja, ya? Si Vera itu sekarang jelek. Jauh lebih cantik kamu.”

Tersenyum, pura-pura bahagia mendengar pujian si Dinosaurus. Padahal aslinya mual dan muak!

“Masa sih? Kalau begitu Abang jangan suka memuji dia dong!”

“Iya, Sayang, maaf ....” Bang Dino berusaha menyentuh telapak tanganku, tetapi aku pura-pura mengambil goreng tempe.

“Ya udah, aku maafin. Sekarang Abang makan, ya? Jangan lupa berdoa!” kataku sok perhatian. Bang Dino tersenyum, menganggukkan kepala. Mulutnya komat-kamit.

“Kamu mau Abang suapin gak?”

“Gak usah, Bang.”

Aku menyantap sop jamur buatan Vera yang cukup lezat. Sedangkan Bang Dino ....

“Peh, peh, peh! Sayur apaan ini? Kenapa rasanya begini? Asin, asem! Peh, peh, peh! Si Vera gimana sih? Masak sayur sop aja gak becus! Veraaa ... Veraaaa .... ” teriak Bang Dino bagai kesetanan.

Pertunjukan akan dimulai.

“Bang, Abang kenapa sih? Kok teriak begitu? Memangnya kenapa sopnya?” tanyaku menujukkan ekspresi terkejut. Padahal sebelumnya sudah aku duga reaksi si Dinosaurus.

“Sop jamurnya gak enak, Sayang! Asin, Asem! Mana lagi si Vera? Aku harus menegurnya!”

Kemarahan Bang Dino sudah berada di ubun-ubun.

“Abang, Vera lagi istirahat. Kasihan dia, kecapekan. Sudahlah, habiskan saja makanannya." Aku berusaha menenangkan lelaki yang berdiri sambil mengepalkan kedua tangan.

“Mana bisa Abang habiskan makanan gak enak ini? Abang mau memarahi si Vera dulu. Kamu tunggu di sini!”

Bang Dino bergegas menuju kamar Vera. Secepatnya membuang sayur sop yang berada di mangkuk Bang Dino kemudian menggantinya dengan sop jamur di wadah sayur. Meletakkannya kembali ke tempat semula.

Segera kususul Bang Dino yang menghampiri Vera.

"Kenapa sih, Mas? Ganggu orang istirahat aja!” Vera yang aku duga baru keluar kamar, bersungut. Aku berdiri di samping Bang Dino.

“Kamu yang kenapa? Disuruh masak yang enak, malah masak garam dan asam? Di mana otakmu, heuh?”

Astaghfirullah, setelah sekian lama tidak mendengar caci maki Bang Dino, sekarang baru aku dengar lagi. Sadis.

“Kau tanya otakku di mana? Nih, di sini! Lagian, selama ini masakanku selalu enak, selalu lezat! Mas juga sering mengakuinya ‘kan?” Vera tak terima dihina demikian. Sementara waktu, aku cukup menjadi penonton saja.

“Ya memang! Tapi, sekarang masakanmu gak enak! Asin, asem!”

“Eh, Mas! Mungkin lidahmu saja yang mati rasa. Buktinya tadi Reni saja bilang masakanku lezat. Ya kan, Ren?” Pandangan mata Vera dan Bang Dino mengarah padaku.

“Oh iya, emang lezat kok! Makanya aku juga gak ngerti, kenapa Abang bilang gak enak?”

“Tuh denger!”

Biaarr ... biar saja si Vera merasa aku bela. Pokoknya aku akan membalas pengkhiatan mereka dengan cara yang cantik dan ccerdik

“Sini, kamu! Sini!” Bang Dino menarik pergelangan tangan Vera dengan kasar.

“Bang, ingat ... si Vera lagi hamil! Jangan kasar-kasar begitu!”

Hem ... luar biasa aktingku. Sejujurnya, aku senang melihat dua orang yang telah menusukku dari belakang sekarang sedang bertengkar.

“Kamu jangan membela dia, Sayang! Kamu belum tahu saja kalau wanita ini telah ----“

Nah ... hampir keceplosan lagi. Aku pura-pura kaget, pura-pura tak mengerti. Kulihat Vera menggelengkan kepala,

“Telah apa, Abang?” tanyaku menatap lekat Bang Dino. Tentu saja dia langsung salah tingkah.

“Telah ....”

“Telah membersihkan rumahmu, Reni! Maksud dia, a-aku yang tiap hari membersihkan rumahmu,” jelas Vera terbata-bata.

“Oohh ... aku kira apa.”

Percaya dulu ... Silakan saja kalian membohongi dan membodohiku. Suatu saat, kalian berdua akan menyesal!

“Mas, lepasin tanganku! Sakit tahu!” Vera berusaha meronta.

“Gak bisa! Kamu harus cobain masakanmu yang gak enak itu! Ayok!”

Kami bertiga melanjutkan langkah menuju ruang makan. Bang Dino menyendok sayur, menyuruh Vera mencicipinya.

“Enak kok, Mas! Sayurnya enak!”

Kening Bang Dino mengkerut, tampak tidak mengerti.

“Bang, tadi kan aku bilang, sayur sop buatan Vera enak. Abang malah bilang gak enak.”

Vera terlihat bahagia mendengar aku membelanya lagi.

Bang Dino dengan kasar, mengambil sendok dari tangan Vera, lalu mencicipi sayur sop jamur tersebut.

Lelaki itu terlihat keheranan dengan rasa sop jamur buatan selingkuhannya.

“Enak ‘kan?”

“Kok, rasanya jadi berubah?” gumam Bang Dino, mencicipi lagi.

“Bukan rasanya yang berubah, tapi otakmu yang berubah, Mas!”

Kali ini, Vera yang merendahkan Bang Dino. Aku memilih duduk santai, sambil meneruskan makan yang sempat tertunda.

“Kamu bilang aku apa?”

Tak kupedulikan pertanyaan Bang Dino untuk Vera. Biarlah, dua pengkhianat itu bertengkar.

“Bukan rasanya yang berubah, tapi otakmu yang berubah, Mas!” jawab Vera dengan intonasi tinggi.

PLAAAKK!

Aku tersentak mendengar suara tamparan.

“Dasar verek!”

Ternyata, Bang Dino berani menampar Vera dan menghinanya? Wow!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status