Share

71. Tangis Rindu Faruq

Entah kenapa malam ini aku begitu gelisah, teringat Muzammil membopong Hema ke kamarnya. Bahkan setelah itu dia tidak keluar lagi. Tidak sekejap pun mataku mampu terpejam, bayangan Muzammil mencumbu Hema sama seperti saat dia mencumbuku sangatlah menyakitkan.

Dret ... dret ... dret! Ponselku di atas nakas bergetar. Bergegas aku mengambilnya. Dari layar ponsel tampak foto profil Iqbal. Dengan ragu aku mengangkatnya.

"Assalamualaikum Sayang," sapaku ragu.

"Waalaikum salam, Sayangku Fahim," ternyata Faruq yang menjawab.

"Tuan muda? Kenapa malam-malam meneleponku pakai nomer Iqbal lagi?" tanyaku kesal.

"Ternyata selama ini kalian sembunyi-sembunyi di belakangku ya? Apakah kamu hanya merindukan Iqbal, kamu tidak merindukan aku juga, Fahim? Aku sangat tersiksa rindu padamu, Fahim," gumam Faruq lirih.

"Tuan muda kan tahu aku sudah punya suami, tolong hentikan semua ini! Aku sudah bahagia dengan suamiku, Tuan muda," pintaku memohon.

"Aku tida

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status