Share

81. Tamasya Bersama Iqbal

Aku benar-benar geram dan emosi, kata-kata Faruq seperti orang tidak waras lagi.

Dret ... dret ... dret! Ponselku kembali berdering. Dengan geram aku mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon. Karena aku yakin telepon yang aku putus tadi akan membuat  Faruq penasaran.

"Hentikan, Tuan muda! Aku bukan Fahim, tidak ada lagi Fahimmu di tubuhku. Berhenti menggodaku!" teriakku marah.

"Zhee!" panggil Muzammil.

"Pangeran?" pekikku.

Betapa terkejutnya aku ternyata yang menelepon bukan Faruq melainkan pangeran. Aku segera menatap layar ponselku untuk memastikan.

"Maaf, Pangeran!" ucapku pelan.

"Apakah Faruq masih sering menghubungi kamu, Zhee?" tanya pangeran kecewa.

"Tidak, Pangeran. Nanti saja aku cerita di rumah ya?" ujarku lembut menenangkan.

Waktunya makan siang, Muzammil pulang untuk melayani aku makan siang. Setelah mendengar sendiri kelicikan Hema, dia takut meninggalkan aku meskipun di rumahku sendiri

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status