Share

86. Istana Genting

Tengah malam ponselku bergetar, aku menatap layarnya ternyata Iqbal yang menelepon. Tapi aku sudah curiga ini pasti kalau bukan Marwa pasti Faruq. Tidak mungkin selarut ini Iqbal meneleponku. Tapi rasa penasaranku yang mendorong aku memberanikan diri mengangkat ya.

"Assalamualaikum," sapaku.

"Waalaikum salam, Sayang!" itu suara Faruq.

Aku sedikit lega, karena bukan Marwa yang menelepon. Aku tercekam dengan ancaman-ancaman dan berbagai tekanan yang memojokkan aku.

"Kamu lagi tidak bisa tidur ya? Kangen sama aku?" canda Faruq dengan percaya diri.

"Aku sedang tidak ingin bercanda, Tuan muda," sahutku ketus.

"Ih galak amat!" kata Faruq.

"Ada apa malam-malam telepon, Tuan muda? Bagaimana kalau Nyonya tahu dia akan cemburu dan salah paham," tukasku.

"Fahim, tidakkah kamu merindukan aku? Sekarang Muzammil mencampakkan kamu kan, padahal kamu sedang hamil besar. Kalau kamu mau aku akan datang untuk membahagiakanmu, Fahim?" ujar

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
lien
bikin dekdegan menegangkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status