Share

Part 73

Mengambil gawai, mengirim dia pesan menanyakan keberadaannya. Centang dua, tapi belum dibaca.

Ah, ternyata ponsel milik suamiku tergelatak di atas meja.

Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sepuluh pagi. Rasanya ingin menangis ditinggalkan sendiri di rumah, padahal masih pengantin baru.

“Assalamualaikum.” Cepat-cepat mengenakan kerudung ketika mendengar seseorang mengucap salam disertai suara deritan pintu terbuka.

“Njenengan dari mana, Gus?” tanyaku menahan emosi.

“Tadi pulang dari masjid langsung ke rumah Ummi,” jawabnya datar. Nyebelin.

“Aku nungguin dari pagi, kelaparan, belum sarapan sampai jam segini. Njenengan malah ke rumah Ummi nggak bilang-bilang. Padahal aku sengaja masak pagi-pagi biar kita bisa sarapan bareng malah njenengan jam segini baru pulang!” sungutku kesal. Tidak kuat lagi menahan amarah.

“Ya Allah, Dek. Maaf. Mas tadi ketiduran di kamar Ummi. Sekali lagi Mas minta maaf. Tolong jangan marah sama Mas ya.” Mata legam lelaki itu terus memindai wajahku. Riak wajah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status