Share

Part 79

Aroma minyak kayu putih begitu menyengat, membuat seketika perut ini seperti sedang diaduk-aduk.

Aku membuka mata perlah, menyingkirkan tangan Ning Mahfia, karena dia terus saja menempelkan benda berisi cairan berbau menyengat tersebut di dekat hidung.

Huek!

Huek!

Membekap mulut, hendak beranjak dari tempat tidur namun kepalaku masih terasa sangat berat. Ning Mahfia menyodorkan sebuah kantong keresek, menyuruhku memuntahkan isi perut di dalamnya karena tidak kuat jika harus memapahku ke kamar mandi.

“Ini, Bu. Minum teh anget dulu. Sepertinya Ibu masuk angin.” Seorang santriwati mengangsurkan segelas teh hangat dan langsung kusesap perlahan.

“Terima kasih.” Aku berujar pelan sambil kembali menyandarkan kepalaku di sandaran dipan.

“Sama-sama, Bu.”

Pintu diketuk. Seraut wajah tampan nan memesona muncul sambil mengucap salam, berjalan menghampiri dengan wajah terlihat sangat khawatir.

“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Gus Azmi seraya mengusap lembut rambutku.

Para santriwati yang berdiri seger
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status