Share

Part 83

Menopang kepala di atas kemudi mobil, memejamkan mata mencoba menepis rasa. Tetap hancur. Tambah perih tersayat-sayat lalu tersiram air garam.

Ampun. Aku tidak kuat menghadapinya, ya Rabb.

Tanpa terasa dua bulir air bening meluncur meninggalkan jejak lurus di pipi, disusul buliran-buliran lainnya yang semakin deras bagai air bah. Tidak masalah jika ada yang mengatakan aku cengeng. Tidak ada larangan juga, kan, jika laki-laki sedang dirundung nestapa juga luka kemudian dia menitikkan air mata?

Ponsel yang tergeletak di atas dasbor terus saja berdering. Ada panggilan masuk dari Ibu.

Aku harus bilang apa jika dia menanyakan perihal tentang Mayla?

Aku gagal, Ibu. Anakmu kembali terluka untuk yang ke sekian kalinya.

Astaghfirullahaladzim...

Kembali mengucap istigfar, melegakan dada yang terasa terimpit batu besar. Aku ingin bangkit, tetapi tidak memiliki kekuatan. Otak serta pikiranku lumpuh seketika. Tidak mampu berbuat apa-apa hanya bisa membayangkan senyuman Mayla yang begitu menggoda.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status