Share

Part 89

Andita membuang muka menghindari tatapanku. Apa ini saatnya dia jujur bahwa sebenarnya dia menyimpan rasa kepadaku seperti apa yang dikatakan oleh Ibu?

Ah, jangan terlalu gede rasa, Bram.

“Maaf, Pak. Saya mau beres-beres barang yang baru datang. Permisi!” Dia beranjak dari duduknya, membuatku spontan mencekal lengannya.

Andita menatap wajahku kaget. Hingga tanpa sengaja pandangan kami salin berserobok.

“Duduk dulu, An. Saya belum selesai bicara sama kamu,” lirihku dan segera dituruti oleh wanita berparas cantik itu.

“Memangnya ada apa lagi, Pak?” Dia menatapku canggung.

Aku mengangkat kedua ujung bibir.

“Saya penasaran, kepingin tahu siapa wanita yang mencintai saya. Mau saya lamar!” godaku.

“Ba–Bapak serius?”

“Iya, serius.”

Andita menggigit bibir bawahnya yang terlihat gemetar. Aku terkekeh melihat ekspresinya itu. Lucu, lugu, menggemaskan.

“Noh, kan. Bapak belum apa-apa sudah tertawa. Pak Bram mah nggak asyik!” rutuknya sambil memonyongkan bibir manja.

Aku menatap lamat-lamat wajah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status