Share

Part 94

“Ya Allah, Sayang. Kenapa kamu keluar? Ini sudah malam, loh.” Mata teduh si pemilik rahang tegas tidak lepas dari wajahku. Aku lihat ada sorot kecewa juga marah di dalam netranya, yang berusaha dia sembunyikan dariku.

“Jangan pergi. Jangan tinggalkan Adek, Mas. Adek minta maaf!”

“Sayang, dengerin Mas. Mas mau nyari Raihan dulu. Mas mau buktiin ke Adek, kalau Mas juga sangat menyayangi Raihan putra kita!” Dia membingkai wajahku dengan kedua telapak tangan.

“Adek ikut!”

Gus Azmi mendesah berat.

“Kamu itu sedang mengandung, Dek. Nggak mungkin Mas bawa kamu muter-muter cari Raihan, sementara kita saja belum tahu ke mana Mas Ibnu membawa putra kita pergi.”

“Pokoknya Adek ikut!” Menggamit tangan Gus Azmi dengan erat.

Pria berjaket hitam itu menyentak napas. Sepertinya dia sudah mulai terbakar emosi menghadapi kelakuanku.

“Dek, Kalau kamu ikut, bisa bahaya buat calon anak kita. Apa kamu juga tidak pernah memikirkan keselamatan calon anak-anak kita, Dek!” Terdengar ada emosi yang tertahan dar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status