Share

Part 93

Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sembilan malam. Mas Ibnu belum juga datang mengantar Raihan pulang ke rumah, membuat hatiku kian dilanda gelisah. Takut dia membawa Raihan menjauh dariku.

“Mas, kok Raihan belum pulang juga ya?” tanyaku seraya duduk di sebelah Gus Azmi dan menyandarkan kepala di bahu pria bertubuh tegap itu.

“Mungkin masih diajak muter-muter sama Papanya. Kamu yang tenang dong, sayang ....” Dengan lembut dia membelai rambutku yang tergerai.

“Gimana aku mau tenang kalau begini, Mas. Njenengan juga sih, pake ngizinin Mas Ibnu bawa Raihan!” sungutku mulai sedikit emosi.

“Mas minta maaf.”

Aku mendengkus kesal.

Beranjak dari sofa, pindah ke dalam kamar karena kaki serta kepalaku mulai terasa sakit.

Mengambil minyak kayu putih yang tergeletak di bawah bantal, menuangkannya di telapak tangan kemudian membalurkannya di betis serta paha yang terasa ngilu.

“Sini, Dek. Biar Mas saja yang pijat kakinya.” Gus Azmi mengambil minyak kayu putih dari tanganku, meletakkan kedua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status