Share

Part 92

“Silakan keluar dari tempat ini jika kamu hanya ingin membuat onar. Aku tidak mau menerima tamu laki-laki pecundang seperti kamu, Mas!” usirku murka.

“Sombong sekali kamu, Mayla.” Dia mengangkat satu ujung bibir.

“Aku datang ke sini bukan untuk menemui kamu. Tapi menemui anakku. Raihan!”

Aku beranjak dari duduk. Berjalan terburu-buru keluar, mencari Raihan di lapangan karena kata para santri dia sedang bermain bola. Biarpun Mas Ibnu selalu menyakiti hatiku juga tidak pernah menganggap kami ada, tapi dia tetap ayah biologisnya Raihan. Masih memiliki hak untuk bertemu dengan sang anak.

Dengan berjalan setengah berlari malaikat kecilku itu menghampiri. Menyalami serta mencium punggung tanganku, diikuti oleh santri-santri lainnya yang sedang bermain dengannya.

“Ada Papa. Ayo temui beliau,” ucapku pelan, sembari mengusap keringat yang menitik di dahi Raihan menggunakan telapak tangan.

“Iya, Ma.” Putraku mengangguk dan langsung berjalan mengikutiku.

“Kamu jangan terlalu capek, Rei. Kaki kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status