“Apakah maksudnya Pak Ratman?’ desak Pak Dibyo dengan raut wajah kesal.“Maafkan saya Pak!”“Sial, kenapa juga dia datang ke sini, buat apa coba yang ada hanya buat masalah saja,” ucapnya dalam hati dengan wajah cemberut.“Saya tidak ada maksud untuk membohongi Bapak, hanya saja saat itu saya hanya kesal dengan dia sudah beberapa tahun pergi tanpa kabar dan kini dia kembali begitu saja, dan tiba ke sini tahu-tahu sudah menikah jelasnya berbohong.“Oh begitu, baiklah saya minta maaf telah menuduh kamu yang bukan-bukan, tetapi apakah Bapak Ratmin juga mempunyai anak?” tanya Pak Dibyo seketika membuat Suratmin bingung.“Saya memang mempunyai satu anak perempuan, sama seperti Ayu usianya baru delapan tahun, maaf kenapa ya Pak menanyakan hal itu?” tanyanya lagi semakin penasaran.“Ah tidak ada apa-apa, nanti kita bicara lagi soalnya saya ada janji sama orang lagi dan apakah saya boleh meminta nomor telepon Pak Ratmin?”“Buat apa Dibyo, nggak penting juga, memang Bapak ada perlu apa dengan
Gadis kecil itu tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih, kulitnya pun tidak terlalu hitam yang mana dulu waktu masih bayi Suratman mengejeknya.“Assalamu’alaikum, Om!”“Wa-wa’alaikumsalam.”“Apa kamu yang bernama Hanin yang selalu menjadi teman Ayu?”“Iya Om, dan itu Ibu Hanin,” jawabnya sembari menunjuk Susi yang sedang menerima telepon di pojok kamar.Lagi-lagi Suratman terkejut dengan penampilan istri saudara kembarnya yang sekarang tampil dengan lebih anggun.Wajah Susi yang dulu kusam, tidak terawat kini menjadi lebih fresh, lebih kelihatan muda dan tentu saja wajahnya sekarang terlihat lebih menawan.Entah kenapa hatinya mulai berdesir sangat menyukai penampilan Susi yang sekarang.Padahal dulu dia tidak menyukai saudara iparnya itu yang terlihat jelek, kusam dan tidak terawat.“Benaran ini Susi, aku kok pangling melihat dia, apa aku nggak salah lihat nggak mungkin itu Susi.”“Setahuku dia sangat kusam, wajahnya saja abstrak tetapi ini dengan balutan jilbabnya tidak
Wanita berparas ayu itu mencium sesuatu yang mencurigakan dalam diri Suratman, entah kenapa hatinya mengatakan kalau dia hanyalah berpura-pura saja, walaupun terlihat akrab dengan saudaranya sendiri.Susi lebih memilih meninggalkan mereka untuk saling mengobrol dan dia pun kembali masuk ke kamar Ayu.Suasana di kamar itu pun sama, antara Ayu dan Hanin mereka saling berbicara tentang banyak hal.Ada canda tawa dari mereka, terlebih Ayu, Susi bisa melihat tawa gadis kecil itu, tetapi tawa itu sangat berbeda.Susi hanya mendengarkan celoteh mereka, umumnya anak-anak seusianya, tetapi lagi-lagi Susi merasa kalau Ayu hanya memanfaatkan kebaikan Hanin sama halnya dengan papahnya.Dia bisa merasakan kalau niat baik Hanin akan selalu diperdaya oleh seseorang.“Ya Allah kenapa aku ini?”“Kenapa aku bersikap seperti ini, aku terlalu mengkhawatirkan banyak hal, tetapi mereka seakan-akan mengganggu pikiranku, tetapi mana mungkin anak seusianya bisa melakukan hal itu kalau tidak belajar dari papahn
“Bukan!” jawabnya serentak dari mereka berdua.“Maksudnya?” “Oh ... nggak ada apa-apa, mari Bu, kami permisi dulu, ayuk Mas,” ucap Susi terburu-buru pergi dari sana dan meninggalkan ibu itu dengan kebingungan.Susi mengayunkan langkahnya dengan cepat untuk pergi dari acara tersebut yang untungnya sudah mau hampir selesai.Sudah satu jam lebih acara itu berlangsung dan dia harus segera meninggalkan sekolah Ayu.“Tunggu, Susi!”“Kamu mau ke mana acaranya belum selesai, nanti kalau Ayu mencari kamu bagaimana?” tanya Suratman pura-pura polos.“Maaf Mas, aku juga harus menghadiri acara sekolahnya Hanin, aku yang biasanya datang ke sana kalau ada acara dan jika aku tidak datang Hanin akan kecewa karena dia ikut lomba membaca AlQur’an,” jelasnya sembari menuju ke halaman parkir untuk mengambil motor maticnya.“Susi, kamu tidak bisa pergi begitu saja, kasihan Ayu, bagaiamana dengan perasaannya jika dia tahu kamu sudah pergi dari sini?”“Lagian apa susahnya sih suruh Suratmin yang datang ke
“Aku juga tidak tahu kenapa ini bisa terjadi.”“Apakah karena Siska sekarang tidak pernah memperhatikan aku lagi, sehingga saat Susi hadir di tengah-tengah, membuat hatiku yang kosong sekarang terisi oleh wajah dan senyumannya?”“Bagaimana dengan Siska, apakah dia juga mau di madu, atau kami bercerai saja, toh selama ini Siska semakin hari semakin jauh dari kami!”Suratman tampak berpikir keras, kini dia dihadapkan dengan dilema yang besar.Ayu yang sedari tadi mengoceh kini kembali terdiam saat melihat papahnya tidak merespons. Ayu pun sengaja menghentikan pembicaraannya langsung dan memperhatikan papahnya dengan tersenyum.“Ayu tahu, Pah! Kalau Papah juga menyukai tante Susi, dan Ayu harap Papah bisa berusaha agar bisa mendapatkan tante Susi dan menikah dengannya.”“Dengan begitu Ayu mempunyai Mamah, Ayu tidak mau yang lain,” ucapnya dengan tersenyum bahagia.“Ayu masih menyayangi mamah Siska, tetapi Tante Susi lebih mengerti Ayu, dia yang selalu ada buat Ayu.”“Ayu yang rindu akan
“Papah kok lama banget telepon sama Mbok Jum, ada apa, Pah?” tanya Ayu seketika di sela-sela makannya.“Oh, Papah suruh Mbok Jum ke sini soalnya Papah nanti sebentar ada mau meeting di hotel ini, jadi untuk sementara Ayu nanti ditemani oleh Mbok Jum dulu, nggak apa-apa kan, Sayang?” tanya Suratman.“Iya nggak apa-apa, Pah, tetapi nanti kita jadikan jalan-jalannya, lagian ini juga hari Sabtu dan besok libur, jadi bangun kesiangan, nggak apa-apa kan, Pah?” Izinnya kepada Suratman.“Coba ya Pah, ada Tante Susi, pasti tambah seru,” ucapnya lagi.“Iya sih, tetapi mana mau Tante Susi datang, dia kan lagi di sekolahnya Hanin,' sahut Suratman menjelaskan.“Atau bagaimana kalau Papah suruh Tante Susi datang ke sini, bisa kan Pah?” tanyanya yang sangat mengejutkan Suratman.“Tidak baik, Sayang, tidak segampang itu, harus perlahan-lahan, jika kamu selalu meminta terus lama-lama Tante Susi maupun Hanin akan merasa curiga kalau kamu memang sengaja untuk memisahkan mereka berdua, untuk menjadi mama
“Mila!” panggil Pak Sugeng kepada salah satu resepsionisnya.Gadis lalu menghampiri Pak Sugeng dan langsung menyapanya.“Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan ramah.“Begini Mil, adakah tamu kita seperti yang ada di foto ini?” tanya Pak Sugeng sembari memperlihatkan foto yang ada di dalam ponsel milik Suratman.Gadis itu mengambil dan mengamatinya sejenak dan dia pun langsung mengenal wanita yang ada di dalam foto itu.“Oh iya Pak, ada tamu kita yang menginap di sini namanya Bu Siska Wulandari,” jelasnya.“Maaf, Mbak sudah berapa lama Bu Siska menginap di hotel ini?”“Sudah hampir seminggu, Pak, beliau juga tamu kehormatan Bapak Aris Wardana, tadi barusan mereka datang dari luar, Pak.”“Siapa Aris Wardana itu, Mbak?”“Yang ini bukan orangnya?”“Iya, Pak, maaf Bapak ini ada perlu apa ya, menanyakan hal ini semua?” “Maaf, itu bukan urusanmu, kamu tinggal jawab apa yang saya tanyakan, tidak perlu tahu siapa saya!”“Dan tolong jangan bilang dengan mereka kalau saya sudah b
“Seharusnya aku yang langsung menceraikannya dan dia ... “ lagi-lagi Suratman memukul-mukul kembali kemudi setir itu sehingga cairan itu kembali membasahi tangannya.Pria tinggi itu selalu membayangkan istrinya yang sedang bercumbu mesra di kamar hotel itu, merasa jijik dan tidak ingin kembali menyentuh istrinya lagi karena sudah di sentuh oleh lelaki lain.Sesaat kemudian dia kembali konsentrasi untuk melajukan mobilnya keluar dari halaman parkir itu.Suratman dengan cepat membalut luka dengan sapu tangannya tanpa dibersihkan terlebih dahulu.Tak ingin membuat putri kecilnya menunggu akhirnya dia pun memutuskan untuk menyusul mereka di mall tempat mereka belanja.Suratman lalu menghubungi Mbok Jum kalau dia lagi dalam perjalanan menuju ke sana.Ayu yang mendengar hal itu langsung menunjukkan rasa bahagianya bahkan sangking girangnya gadis kecil itu berloncatan.***Saat Ayu sudah mulai bangga dan merasa papahnya sudah kembali seperti layaknya seorang ayah, dan Suratman di rundung ma