Share

34. RISKAN

"Petualangan melarikan istri orang dimulai." Suara Ari terdengar tanpa beban. Di tangannya satu teh botol tergenggam, sementara tangan yang lain memegang biskuit dengan merek yang biasa kusukai.

"Jangan berkata seperti itu. Itu mengingatkanku akan rasa bersalah," ujarku pelan. Kami duduk di bangku ruang tunggu keberangkatan pesawat terbang. Jantungku berdebar kencang, tapi sebisa mungkin aku mencoba tenang.

Bagaimana jika Tuan Saddil atau Kak Sananta mengetahui ini dan saat ini dia sedang menuju ke sini?

"Hhmm ... rasa bersalah. Ya ya ya." Ari terlihat tak terganggu dengan suara senduku. "Nih. Makan ini dulu." Dia menyorongkan biskuit di tangannya.

"Tidak. Kamu saja." Aku mendorongnya kembali. Mual tiba-tiba saja menyerang.

"Biasanya kamu suka sekali ini." Ari nampak mengerutkan kening heran. Tapi kemudian segera mengerti melihat ekspresiku.

"Apakah ... itu menyulitkanmu?" tanyanya sedikit ragu. Pemuda itu menyimpan ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status