Share

44. MIMPI

Aku bermimpi lagi. Kak Sananta datang dengan wajah sendu dan mata sembap. Bibirnya bergerak seperti orang bicara tapi tak satupun yang kudengar. Aku sampai menangis memintanya mengeraskan suara, tapi Kak Sananta justru pergi bersama sampan nelayan. Membiarkanku menangis tersedu di pinggir pantai.

"Kak, Kak Hara." Suara Riang, gadis delapan belas tahun yang tidur bersamaku membuatku benar-benar tercabut dari mimpi itu. Wajahnya yang putih bersih dengan dua bola mata khas--berbinar-binar-- menyorotku dengan cemas.

"Kakak mimpi buruk lagi?"

Aku mengangguk pelan sambil menghapus sisa air mata. Bahkan aku benar-benar menangis di dunia nyata dan rasanya itu menyebalkan. Kenapa pria yang sudah menipuku harus masuk ke mimpiku dan membuatku menjatuhkan air mata?

Harusnya, semua tentang kami berakhir sampai di dunia nyata saja. Aku tak sudi mengingatnya di dalam mimpi lagi, karena itu hanya akan menunjukkan betapa ... lemahnya aku.

"Mun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status